Home / Romansa / Cinta di Kursi Roda / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Cinta di Kursi Roda: Chapter 41 - Chapter 50

70 Chapters

Bab 41: Cinta yang Mendekat ke Hati Keluarga

Pagi itu, Laila memberanikan diri melangkah menuju rumah keluarga Raka. Langit berwarna cerah, menyuguhkan ketenangan yang diam-diam ia butuhkan. Meski hatinya dipenuhi perasaan cemas, ia tahu bahwa bertemu keluarga Raka adalah salah satu cara untuk memahami sosok pria yang begitu berharga baginya. Laila berulang kali mengingatkan dirinya untuk bersikap tulus dan terbuka, meski ia tahu betapa besar arti pertemuan ini.Ketika Laila tiba, rumah keluarga Raka terasa menyambut dengan kehangatan yang lembut. Di beranda, ibu Raka, Bu Diah, sedang menjemur beberapa kain di bawah sinar matahari yang hangat. Wanita paruh baya itu tersenyum saat melihat Laila mendekat, seolah sudah mengenal Laila lebih lama daripada yang sebenarnya.“Laila, datang juga akhirnya. Masuklah, jangan sungkan-sungkan,” sambut Bu Diah dengan ramah.Laila tersenyum, berusaha menutupi gugup yang ia rasakan. “Terima kasih, Bu Diah. Maaf merepotkan,” jawabnya sopan.Di dalam rumah, suasana terasa damai dan sederhana, namu
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 42: Pergulatan Hati yang Tenang

Dalam keheningan malam yang penuh dengan suara jangkrik dan semilir angin dingin, Raka duduk di teras rumahnya, memandang jauh ke cakrawala yang gelap. Keputusan-keputusan yang telah ia buat selama ini terasa seperti bayangan gelap yang terus menghantuinya, menebarkan rasa resah dalam hati yang tak kunjung surut. Di balik keteguhan yang selama ini ia tampakkan, ada keraguan yang pelan-pelan mulai meruntuhkan pertahanannya. Ia terus memikirkan Laila, gadis yang berhasil mengusik kesendiriannya, menghadirkan kilauan cahaya dalam kelam hatinya.“Mengapa aku masih terus menolak perasaanku sendiri?” batinnya berbisik. Ia menunduk, menyembunyikan wajah di balik kedua telapak tangannya.Bayangan wajah Laila terlintas dalam benaknya, senyum lembutnya yang penuh ketulusan, matanya yang penuh kasih, dan caranya bertahan meski ia selalu menjaga jarak. Laila, dengan segala kelembutannya, telah menunjukkan padanya bahwa cinta bukanlah tentang keindahan saja, tetapi juga keberanian untuk menerima l
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 43: Mengenang Jati Diri yang Terlupakan

Pagi yang tenang membawa kesegaran yang menyelinap hingga ke dalam hati Raka. Cahaya matahari menembus pepohonan, menciptakan bayangan yang berbaur dengan embun di rerumputan. Dalam keheningan ini, Raka duduk sendiri di teras, memandang jauh ke arah pepohonan yang menjulang di kejauhan. Udara pagi membawanya kembali pada kenangan lama, masa ketika jiwanya penuh semangat, penuh impian yang kini terasa seperti bayangan jauh di ujung waktu.Dulu, Raka adalah pemuda yang penuh tawa. Ia selalu bersemangat menghadapi hari-hari, merasakan setiap detik dengan gairah yang tak tertandingi. Di balik matanya yang teduh, ada kobaran api yang tak pernah padam. Namun kecelakaan itu mengubah segalanya. Ia kehilangan bukan hanya fisiknya yang terluka, tetapi juga bagian dari dirinya yang dulu selalu hidup dalam keberanian.Kehadiran Laila membuatnya merenung, membuatnya ingat akan siapa dirinya dulu, sebelum semua ini terjadi. Laila, dengan kelembutan dan kesabarannya, membangunkan sisi diri Raka yang
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

Bab 44: Kekuatan Hati yang Tak Terbatas

Kehangatan senja yang mereka bagi di taman malam itu masih terpatri jelas di hati Laila. Dalam setiap langkahnya di kantor, ia merasa ringan, seolah percakapan dengan Raka telah menjadi kekuatan yang menuntunnya. Raka mulai menunjukkan secercah harapan, dan bagi Laila, itu lebih dari cukup untuk membuatnya bertahan.Namun, di tengah perasaan yang ia bawa dengan hati-hati itu, bisikan-bisikan kecil dari rekan kerjanya mulai terdengar. Suatu siang saat Laila tengah mengerjakan laporan, suara mereka terdengar begitu jelas di balik dinding tipis kubikelnya.“Apa dia benar-benar tulus sama Raka? Terlalu perhatian, kalau menurutku.”“Ya, aku juga pikir begitu. Lagipula, siapa yang mau repot-repot begitu pada seseorang yang punya banyak masalah.”Laila terdiam mendengar percakapan itu, tapi bibirnya tetap tersenyum. Ia tahu, keputusan untuk selalu mendukung Raka memang bukan keputusan yang semua orang akan mengerti. Mungkin bagi sebagian orang, perasaannya terlihat seperti beban, atau bahkan
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 45: Jarak yang Menyiksa Jiwa

Pagi itu, Raka duduk di meja kerjanya, pandangan terpaku pada layar komputer, tetapi pikirannya melayang jauh. Hatinya terasa berat, seperti ada batu besar yang menekan setiap desah napasnya. Setelah percakapan terakhirnya dengan Laila, ia merasa ketulusan perempuan itu terlalu murni untuk dirinya yang penuh dengan keraguan. Semakin ia memahami cinta Laila, semakin besar pula rasa takutnya untuk menyakitinya. Ia tidak ingin Laila terluka, tetapi ia juga tidak yakin apakah dirinya bisa mencintai Laila dengan cara yang ia pantas dapatkan.Ketakutan itu membuat Raka memutuskan untuk menjaga jarak. Ia menghindari Laila di kantor, berusaha menghindari tatapan mata lembut yang selalu memberinya kedamaian. Setiap kali Laila mencoba mendekat, Raka berusaha mencari alasan untuk pergi. Hatinya tersiksa melihat perempuan yang begitu ia sayangi harus menahan kesedihan, tetapi ia merasa bahwa ini adalah cara terbaik untuk melindungi Laila dari rasa sakit yang lebih dalam.Di sisi lain, Laila mulai
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 46: pengakuan yang Tertahan

Senja itu, Raka dan Laila duduk di sebuah bangku taman yang dikelilingi bunga-bunga musim semi yang bermekaran, seakan alam turut merayakan keheningan yang menyelimuti mereka. Di antara keheningan itu, ada kerinduan yang lama tertahan dan perasaan yang mengalir tanpa henti, memenuhi setiap inci udara di sekitarnya.Raka menatap ke depan, tatapannya kosong namun hatinya bergejolak. Rasanya seperti menanti sesuatu yang begitu mendalam, yang sudah terlalu lama disembunyikan. Ia tahu, Laila pantas mendapatkan kejujuran—tapi bagaimana ia bisa mengatakannya tanpa merusak keindahan ini? Ia menghela napas panjang, sebelum akhirnya memberanikan diri untuk berbicara.“Laila…” suara Raka lirih, namun penuh dengan makna yang tersembunyi. Laila menoleh, menatap Raka dengan mata penuh harap, seakan sudah menunggu momen ini sejak lama. “Aku… aku menyayangimu,” lanjutnya dengan suara yang hampir tertelan angin malam.Pengakuan itu, meski sederhana, terasa seperti batu yang terangkat dari hatinya. Unt
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 47: Ketakutan Akan Masa Depan

Raka duduk di tepi jendela kamarnya, menatap langit yang mulai memudar di ufuk timur. Sinar mentari perlahan mengusir kegelapan malam, namun di hatinya, bayang-bayang ketakutan masih bertahan. Ucapan Laila malam itu, yang penuh ketulusan dan janji cinta tanpa syarat, masih terngiang dalam benaknya. Namun, semakin ia merenungkan kata-kata Laila, semakin pula ia dilanda rasa takut yang tak terbendung.Bagaimana jika, di masa depan, ia tak bisa memberikan kebahagiaan yang layak bagi Laila? Bagaimana jika cinta mereka yang begitu dalam ini pada akhirnya tidak cukup untuk menghadapi realitas dunia yang keras?Perasaan ragu terus menggerogoti hati Raka. Ia merasa seperti terperangkap dalam pusaran emosi, di mana ketakutan dan cinta berbaur menjadi satu, saling tarik-menarik. Ia sangat mencintai Laila, bahkan melebihi dirinya sendiri, namun justru karena cinta itulah ia merasa tidak ingin menjadi beban bagi hidup Laila. Ia ingin Laila bahagia, meskipun kebahagiaan itu mungkin tak bisa ia ber
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 48: Bayang-Bayang Masa Lalu

Cahaya pagi menembus jendela, menyinari kamar Raka yang sunyi. Suara burung berkicau di luar terdengar sayup, seakan berusaha meredakan kegelisahan yang telah bersarang dalam dirinya. Raka duduk termenung, pandangannya kosong menatap dinding. Dalam diam, pikirannya terjebak antara cinta yang begitu kuat untuk Laila dan bayangan masa lalunya yang kelam, yang tak pernah benar-benar pergi.Laila telah memberinya ruang. Ia tahu, perempuan itu tak ingin memaksanya. Cinta Laila begitu lembut, penuh ketulusan yang Raka rasakan sampai ke dasar hatinya. Namun justru kelembutan itu, kebaikan dan kepercayaan yang diberikan tanpa syarat, yang semakin menambah bebannya. Ia ingin mencintai Laila dengan sepenuh hati, tetapi ada sesuatu yang seakan menariknya kembali ke dalam gelap, mengingatkannya akan kegagalan dan kesalahan masa lalunya.Ia menarik napas panjang, mencoba meredakan perasaan yang semakin lama semakin menyiksanya. Namun, suara-suara itu kembali—suara dari masa lalu yang berbisik, men
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 49: Cinta yang Bertumbuh di Tengah Keteguhan

Siang itu, di ruang rapat kantor yang dipenuhi dengan aroma kertas dan suara detik jam dinding, Laila berdiri di depan layar presentasi. Di hadapannya, para petinggi perusahaan memandang penuh perhatian, seolah menimbang setiap kata yang keluar dari bibirnya. Proyek besar ini telah lama menjadi fokus Laila. Ia tahu bahwa keberhasilan proyek ini akan menjadi bukti dedikasi dan kemampuan yang selama ini ia perjuangkan tanpa kenal lelah.Dengan suara tegas namun lembut, Laila menjelaskan konsep, rencana, dan strategi yang telah ia susun dengan cermat. Setiap kata yang keluar dari mulutnya membawa keyakinan, setiap penjelasan menyiratkan betapa ia mencintai pekerjaannya dan betapa tulus ia memberikan yang terbaik. Ia tak hanya menginginkan kesuksesan, tapi juga ingin menunjukkan pada dunia bahwa ia mampu berdiri teguh, meskipun banyak badai yang telah menerpa hidupnya.Raka, yang berada di antara peserta rapat sebagai tamu undangan, menyaksikan semua itu dengan hati yang campur aduk. Mata
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 50: Melangkah Bersama dalam Cinta

Di bawah langit malam yang penuh bintang, angin sejuk menyelusup lembut, membawa bisikan alam yang tenang dan damai. Raka berdiri di depan pintu rumah Laila, berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar. Malam ini, ia telah mengumpulkan semua keberanian untuk melakukan hal yang selama ini ia takuti—berbicara jujur dari lubuk hatinya yang terdalam.Pintu terbuka, dan sosok Laila muncul dengan wajah lembut namun penuh kekhawatiran. Tatapannya seolah menanyakan, “Apakah kau baik-baik saja?” Laila selalu seperti itu; meski ia sendiri merasakan keraguan dan sakit hati, ia tetap menjaga agar cinta dan kepeduliannya pada Raka tak pernah surut. Itu adalah kekuatan yang memanggil Raka kembali, setiap kali ia merasa terpuruk dalam kegelapan.“Laila…” Raka mulai, suaranya terdengar berat namun penuh ketulusan. “Bolehkah kita bicara? Aku tahu, mungkin sudah terlambat, tapi aku ingin mengatakan sesuatu yang penting.”Laila mengangguk lembut, lalu mengajaknya duduk di bangku kayu di beranda
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more
PREV
1234567
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status