All Chapters of IDENTITAS TERSEMBUNYI SANG PEWARIS ASLI: Chapter 61 - Chapter 70

106 Chapters

BAB 37

“Hay, Ra! Kebetulan sekali! Ehm, kamu kuliah di sini?” sapa Aksa setelah jarak menyisakkan beberapa langkah. Ameera yang berjalan sambil menunduk dan fokus pada gawai, mendongak. Beberapa detik, sepasang netra mereka bersitatap. “Eh, Abang! Iya aku kuliah di sini. Abang sedang apa di sini?” Ameera tersenyum tulus. Ditatapnya wajah lelaki yang tampak terlihat tegang itu. “Habis ketemu temen! Oh ya, ini buat kamu!” Aksa mengulurkan kartu undangan yang dia pegang itu seketika. Terlalu aneh jika dibilang bertemu dengan tidak sengaja sebetulnya, tetapi Ameera tetap menerima kartu undangan itu dan membaca isinya.“Wah, selamat ya, Bang! Akhirnya diresmikan juga!” tutur Ameera. Dia melipat kembali kartu undangan itu dan memasukkan ke dalam tasnya. Sepasang netra bening itu tampak berkilat-kilat senang. Lengkung bibir yang membentuk senyuman membuat secercah rasa hangat itu seolah merambat. Aksa yang berdiri di depannya, perlahan ikut tersenyum juga. Melihat senyum itu saja sudah ada yang t
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

BAB 38A

“Mari!” Suara bariton Aksa terdengar. Ameera mengangguk pelan dan melangkah mendekat ke arahnya. Tanpa dia sadar, dari balkon, ada sepasang alis yang saling bertaut memperhatikan mereka. Lelaki bertubuh tegap dengan kemeja resmi itu menghembuskan napas kasar ketika mobil yang membawa Ameera perlahan melaju meninggalkan gerbang. Hening, suasana menjadi kaku. Keduanya duduk bersisisan, tetapi kompak hanya saling terdiam. Dibiarkannya alunan musik slow rock yang Aksa putar saja yang mengisi ruang. Sesekali, Aksa mencuri-curi pandang, dari sudut matanya tampak Ameera sibuk dengan benda pipih di tangan. Ada senyum tersungging di bibir Aksa. Entah kenapa, hanya berdekatan dengan Ameera saja, ada secercah hangat mengalir dalam dada.Hanya, saja. Sebagai lelaki. Aksa merasa harus memulai percakapan. Otak Aksa pun berputar-putar tengah mencari cara bahan untuk memulai pembicaraan. Suara tang ting dari ponselnya, dia abaika. Tampak beberapa panggilan masuk, tetapi hanya Aksa biarkan. Sementar
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

BAB 38B

Beberapa menit berlalu, Gavin tampak melepas gespernya dan mengambil benda tajam dari kepala gesper, pisau lipat. Meskipun senjata mereka tak berimbang, tetapi ilmu bela diri Gavin yang notabene seorang bodyguard, cukup membuat pertandingan menjadi lebih imbang. Beberapa kali, orang-orang berpakaian hitam yang menyerang mereka, terkena serangan, bahkan beberapa bagian tubuh mereka terluka oleh serangan Gavin yang membabi buta. Kondisi dua lawan empat, membuat perkelahian cukup alot. Beberapa kali salah satu dari mereka hendak menyerang langsung ke arah Ameera, tetapi Gavin maupun Aksa, berhasil menghalaunya. Kondisi jalanan sebetulnya ramai lancar, tapi sepertinya para pengendara enggan terlibat. Mereka hanya melaju lambat dan memperhatikan. Hingga akhirnya suara sirine mobil polisi membuat keempat orang yang tadi menyerang itu kelabakan. Mereka sigap melarikan diri. Namun, Gavin tak kalah cepat menangkap salah satu dari mereka. Sementara itu, Aksa yang terkena beberapa sayatan pada
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

BAB 39

Anesya yang baru saja keluar dari kamar mandi terpegun. Ruangan yang beberapa saat lalu mereka tempati untuk memadu kasih, sudah kosong. Dia berjalan mencari keberadaan Didit, lelaki yang sudah berjanji, akan membantunya menyingkirkan Ameera. Hanya saja, Anesya tak menemukannya.Anesya menautkan alisnya. Perempuan dengan rambut basah itu merasa heran, kenapa tiba-tiba lelaki itu menghilang. Awalnya, Anesya hanya mengira jika Didit mungkin sedang merokok di luar. Hanya saja, setelah setengah jam menunggu, lelaki itu tak kunjung kembali ke dalam kamar hotel murahan itu. Anesya mencoba menghubunginya. Namun, baik pesan maupun panggilan, diabaikan. Meski dengan hati kesal, Anesya pun lekas mencari mobil online dan lekas pulang ke rumah Ardi. Awalnya dia hanya hendak menggertak Tuan Rivaldo dengan menolak pemberiannya yang sedikit. Dia tahu, Tuan Rivaldo begitu sayang dengan Safiyya, tetapi sekarang, bahkan akses untuk menghubunginya pun tidak bisa. “Ck, Shit!” Anesya memijit pelipisnya
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

BAB 40A

Aksa harus menjalani perawatan intensif di rumah sakit. Kondisinya masih drop setelah melewati serangkaian operasi. Karena hanya Sasha yang tak memiliki kegiatan, jadi, hampir dua puluh empat jam dia yang berjaga. Hanya sesekali saja bergantian dengan ayah, ibu maupun kakaknya.Akhir-akhir ini Ameera meminta Prita membuatkan jadwal khusus untuk menjenguk Aksa disela-sela kesibukannya yang segudang. Apalagi, minggu ini harusnya dia fokus pada acara perhelatan akbar yang akan diadakan oleh Tuan Rivaldo, Sang Papa. Siap tak siap, Ameera harus sudah siap menyandang gelar Sang Pewaris itu segera. Tuan Rivaldo tak bisa menunggu terlalu lama untuk mengumumkan kembalinya sang putri yang hilang. Entah kenapa, dia khawatir usianya tak lagi panjang. Hari ini, selepas kuliah, Ameera kembali mengunjungi Aksa. Informasi dari Sasha, abangnya itu baru saja dipindahkan ke ruang rawat inap.Langkah Ameera mengayun pasti tanpa ragu. Berhari-hari menjenguk Aksa, hanya bisa menatap dari jauh, karena tak
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

BAB 40B

“Ahm, antri.” Ameera menjawab sambil tersenyum masam.“Antri? Kayak di toilet aja!” Sasha menautkan alis.“Calon kakak ipar kamu gak mau diganggu,” tukas Ameera sambil mencebik.“Dih, siapa?” Sasha memonyongkan bibirnya.“Siapa lagi, dr. Felani lah! Cocok kan nanti keluarga kamu semuanya bergelar dokter!” ejek Ameera sambil mencebik.“Ish ada yang baper, nih! Cemburu, ya!” kekeh Sasha sambil mencubit pipi Ameera. Seketika Ameera mendelik dan menepis jemari Sasha sambil menyangkal tuduhan itu. Hanya saja, semua itu dibalas kekehan saja oleh Sasha. Lekas dia mendorong daun pintu dan membuat Felani menoleh ke arah mereka.Ameera yang mengekor di belakang Sasha, terpegun beberapa detik ketika melihat tangan Felani yang menggenggam jemari Aksa. Dunia seakan menyempit. Kebisingan di kanan kiri menguar dengan sendiri. Kini seolah hanya ada dia yang terhipnotis dengan adegan yang ada di depan mata. Ada rasa yang tak bisa diartikan oleh Ameera.Hanya saja, Aksa seperti sadar tengah diperhatik
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

BAB 41A

Sebuah ballroom hotel sudah ramai dengan para tamu undangan. Orang-orang dengan dress code batik bercorak hijau sudah menempati masing-masing kursi yang mengelilingi sebuah meja bundar. Nuansa hijau putih terasa segar. Gavin dan Prita merupakan dua orang yang paling disibukkan. Meskipun semua bagian sudah didelegasikan pada masing-masing pic, tetapi tetap saja, keduanya harus memantau agar semuanya berjalan seusai dengan yang diinginkan. Tuan Rivaldo terlihat berkharisma meski tetap duduk pada kursi roda. Dia mengenakan jas berwarna hitam, kontras dengan kemejanya yang berwarna putih bersih. Begitupun Gavin, Prita dan para staff yang ditugaskan menjadi panitia. Dress codenya adalah jas dan blazer warna gelap. Para kolega bisnis dan karyawan yang sengaja diundang dengan keluarganya, perlahan berdatangan. Mereka undur datang menyapa pada bos besar. Tuan Rivaldo didampingi Gavin membalas sapaan mereka satu per satu. Salah satu dari seluruh para tamu undangan itu adalah keluarga Ardi.
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

BAB 41B

“Marilah! Hadirin sekalian pasti sudah tak sabar menunggu … siapa sosok yang begitu istimewa yang disebutkan oleh Tuan Rivaldo sejak tadi. Inilah putri Tuan Rivaldo yang sempat terpisah oleh takdir … Nona Ameera Syahnaz Hafiza Rivaldo!”MC menyebutkan kata Rivaldo di belakang nama panjang Ameera. Lalu riuh tepuk tangan terdengar ketika tampak sosok manis dengan gaun mewah bertabur berlian. Gaun itu tampak indah dengan sayap pada sisi kanan kirinya menjuntai. Gaun berwarna perak itu dipadu padankan dengan jilbab kekinian yang membuat penampilan Ameera semakin memukau.Ameera berjalan melenggang. Warna yang berbeda sendiri membuatnya tampak bersinar di antara semua hadirin yang menggunakan pakaian serba hijau. Hentakan highheel teredam karpet merah yang dibentangkan. Di sisi kanan kirinya berdiri beberapa pengawal. Ameera melangkah dengan yakin, tatapannya menatap lurus ke arah jalanan yang akan dilewatinya, senyum yang penuh dengan rasa percaya diri itu tersungging. Tuan Rivaldo yang
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

BAB 42A

Suara ambulance melengking. Prita dan Ameera sudah berada di dalamnya. Ameera masih mengenakangGamis elegan yang tercecer oleh darah. Tembakan itu hampir mengenai Ameera jika Prita tak sigap mendorong tubuhnya. Hanya saja, sial. Peluru itu harus bersarang di tubuh Prita. Prita berulang kali mengerjap dengan napas tersengal. Bibirnya terkatup menahan sakit yang tiada tara. Ameera duduk di sisinya sambil menangis dan menggenggam jemari Prita. Hanya satu orang tim bodyguar yang ikut serta di dalam mobil ambulance itu. Dia tampak siap siaga. Hanya saja, dia tak bisa menolong lebih selain hanya berdoa dan berharap ada keajaiban-Nya. Semua berharap gadis serba bisa itu selamat.“Nhon …,” lirih suara Prita hampir tak terdengar. “Ya, Prita?” tanya Ameera dengan suara seraknya.“S—Saya t—titip adhik – adhik dan I—Ibu s—saya, Non.” Air mata mengalir pada sudut mata Prita. Di saat tengah genting sekalipun, dalam pikiran Prita yang ada hanyalah keluarganya.“Iya, Prita. Kamu harus kuat, ya! Kam
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

BAB 42B

“Tega sekali kamu, Mas! Di mana perasaanmu, hah? Di mana? Tidak terpikirkah kalau Safiyya sekarang tengah nangis sambil nonton acara ini di tivi?” hardik Anesya lagi. Tuan Rivaldo bergeming. Ada rasa sakit menyelinap, tetapi lebih sakit lagi ketika dia tahu putri semata wayangnya dibesarkan dengan kehidupan yang serba kekurangan. “Lupakah sesayang apa kamu pada Fiyya dulu?! Lalu gara-gara gadis itu, kamu bahkan tak mencari kami! Kamu biarkan kami terlunta-lunta! Kamu gak bertanggung jawab, Mas! Kamu jahat! Baj*ngan! Brengs*k!” teriak Anesya histeris. Tuan Rivaldo menarik napas kasar. Ada segelintir perasaan bersalahnya pada Safiyya. Gadis itu tak berdosa. Dia pun tak meminta tempatnya ditukar. Jika tak bersamanya, mungkin gadis itu tengah berbahagia dengan orang tuanya. Hanya saja, tetap saja … semua harus kembali sesuai porsinya. “Aku hanya mengembalikan semua sesuai porsinya! Bukan aku yang abai! Kamu yang keras kepala, Anesya! Bukankah rumah dan fasilitas yang aku berikan buat F
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more
PREV
1
...
56789
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status