All Chapters of Hasrat Terlarang Sang Bodyguard: Chapter 71 - Chapter 80

96 Chapters

Bab 71

Di dalam mobil yang melaju kencang menuju rumah sakit, suasana terasa begitu tegang. Galen yang duduk di kursi pengemudi menekan pedal gas lebih dalam, matanya fokus ke jalan, tapi pikirannya sepenuhnya tertuju pada wanita yang kini terbaring lemah di pelukan Liam. Liam, yang duduk di kursi belakang, memangku Nayya dengan hati-hati. Tangannya menggenggam erat jemari istrinya yang terasa dingin. Wajahnya pucat, napasnya masih lemah, dan itu cukup membuat dada Liam terasa sesak. “Nayya...” bisiknya, menyelipkan rambut istrinya yang berantakan ke belakang telinga. Namun, Nayya tetap diam, tak merespons. Liam menghela napas panjang, lalu menunduk, mengecup dahi istrinya dengan penuh kasih. "kamu tahan sebentar ya!"Galen melirik sekilas dari kaca spion. Rahangnya mengeras saat melihat bagaimana Liam memperlakukan Nayya dengan begitu lembut—dengan kepedulian yang seharusnya membuatnya lega. Tapi entah kenapa, ada sesuatu di dalam dadanya yang terasa panas. CEMBURU.Galen tahu tempa
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 72

Setelah mendengar kabar dari dokter, Liam keluar dari ruang perawatan dengan langkah gontai. Kepalanya terasa penuh, pikirannya berantakan. Kabar kehamilan ini seharusnya menjadi kebahagiaan terbesar dalam hidupnya—sesuatu yang selama ini ia dan Nayya perjuangkan bersama. Tapi kenapa justru ada perasaan aneh yang menyelip di dadanya? Ia berdiri di depan jendela besar rumah sakit, menatap keluar tanpa benar-benar melihat pemandangan di depannya. Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, pikirannya terus memutar pertanyaan yang tak bisa ia abaikan. Bagaimana mungkin Nayya bisa hamil? Itu sangat mustahil.'Apa jangan-jangan Nayya bohong? Dan sebenarnya dia berhenti mengonsumsi obat itu?''Kalau memang Nayya berhenti minum, wajar jika dia hamil. Tapi kemarin dia bilang—'"Anda kenapa Tuan? Kenapa anda terlihat tidak bahagia?" Liam tersentak dari lamunannya. Ia menoleh dan mendapati Galen berdiri di dekatnya, wajahnya tenang seperti biasa, tetapi sorot matanya terlihat agak berbeda.L
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 73

Nayya menutup mulutnya dengan kedua tangan, matanya mulai berair. Ini seperti mimpi. Selama bertahun-tahun ia mencoba, menahan segala rasa sakit—baik secara fisik maupun emosional. Berulang kali ia menghadapi tatapan iba, sindiran, bahkan tuduhan. Dan kini, dokter mengatakan bahwa ia hamil? Liam yang duduk di tepi ranjang masih menatapnya dengan ekspresi yang sulit ditebak. Namun, kali ini tidak ada lagi pertanyaan atau kecurigaan di wajahnya. Yang ada hanya keterkejutan yang sama seperti yang dialami Nayya. "Kamu beneran... gak bohong?" suara Nayya nyaris bergetar, masih tidak percaya. Liam tersenyum kecil. "Dokter yang bilang, sayang. Aku juga sama kagetnya seperti kamu." Air mata akhirnya jatuh di pipi Nayya. Ia tidak bisa menahannya lagi. Bahagia, lega, dan juga perasaan tidak percaya bercampur menjadi satu. Ia menangis dalam diam, mengingat segala rasa sakit yang selama ini ia pendam. "Ternyata… selama ini aku tidak mandul," gumamnya di antara isak tangis. "Semua tudu
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 74

"Mungkin emang Mas Liam bermasalah."Keheningan menggantung di antara mereka, begitu pekat hingga rasanya bisa memotong udara. Nayya ingin menarik kembali kata-katanya, tetapi sudah tidak ada gunanya. Galen mengambil napas dalam, lalu mengepalkan tangannya di balik punggungnya. "Apa yang baru saja Anda katakan, Nona?" Suara pria itu terdengar rendah, nyaris berbisik, tetapi ada ketegangan yang jelas terasa. Nayya tidak menjawab. Ia menggigit bibirnya, merasa panik. Kenapa ia mengatakan itu? Kenapa justru di depan Galen? Pria itu kini menatapnya lebih dalam, seakan menembus pertahanannya. Ada sesuatu di sana, sesuatu yang selama ini mereka abaikan. Nayya menunduk, hatinya berkecamuk. Ia tahu ucapannya barusan bisa menimbulkan banyak pemikiran. Seolah-olah... Seolah-olah ia sedang menegaskan sesuatu. Bahwa bayi yang dikandungnya bukan anak Liam. Melainkan… milik seseorang yang selama ini selalu ada di dekatnya. Seseorang yang kini berdiri di hadapannya dengan eks
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

Bab 75

Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, akhirnya mobil Liam memasuki halaman rumah mereka. Begitu mesin dimatikan, Liam bergegas keluar untuk membukakan pintu bagi Nayya. “Pelan-pelan,” ucapnya lembut sambil mengulurkan tangan untuk sang istri.Nayya tersenyum kecil, menyambut uluran tangannya. Sentuhan Liam terasa begitu hangat, seolah ingin memastikan bahwa ia benar-benar ada di sisinya.Begitu mereka masuk ke dalam rumah, suasana yang tenang langsung menyelimuti. Udara di dalam jauh lebih hangat dibanding di luar, tetapi Nayya bisa merasakan sesuatu yang berbeda kali ini. Ia pulang ke rumah dengan mengandung calon penerus keluarga di perutnya. Itu yang membuat Nayya lebih tenang dan merasa hangat.Liam menggenggam jemarinya erat saat mereka menaiki tangga menuju kamar. "Senang akhirnya kamu bisa pulang?" tanyanya, suaranya terdengar lebih lembut dari biasanya. Nayya mengangguk. "Iya, rasanya lebih nyaman kalau udah di rumah." "Ayo aku antar ke kamar!" Begitu me
last updateLast Updated : 2025-03-15
Read more

Bab 76

Cintya terpaku di tempatnya. Nayya hamil? Berita itu seperti petir di siang bolong. Ia bahkan belum sempat mencerna semuanya ketika pintu lift terbuka dan Liam melangkah keluar dengan cepat. “Pak—” Cintya ingin menahan, tetapi pria itu sudah berjalan tegap menuju ruangannya. Ia menghela napas, lalu buru-buru mengejar. Begitu masuk ke dalam ruangan Liam, ia menutup pintu dan menatap pria itu yang kini berdiri di depan jendela besar, menatap pemandangan kota dengan ekspresi yang sulit ditebak. "Jadi... Nayya benar-benar hamil?" tanyanya akhirnya. Liam mengangguk pelan, masih belum menoleh ke arahnya. "Iya." Cintya terdiam sejenak, mencoba memahami situasi ini. "Bukannya kamu udah—"Liam akhirnya berbalik, menatapnya dengan sorot mata yang tajam. "Itu juga yang aku pikirkan sejak semalam."Wanita dengan setelan blouse warna maroon dan bawahan pink itu hanya menatap Liam dan membiarkannya untuk meneruskan apa yang hendak dia katakan."Seharusnya Nayya tidak bisa hamil. Dia s
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

Bab 77

Liam menghela napas berat sebelum akhirnya berjongkok di depan Cintya. Ia menatap wajah wanita itu yang kini tertunduk, bahunya berguncang kecil seiring dengan isak tangisnya yang semakin kencang. “Cintya…” suaranya terdengar lebih lembut kali ini. “Maaf.” Wanita itu menggeleng pelan, menutup wajahnya dengan kedua tangan. “Kenapa kamu minta maaf?” suaranya bergetar. “Ini bukan cuma salah kamu, Liam. Aku juga salah…” Liam terdiam, membiarkan Cintya meluapkan emosinya. Ia paham betapa berat perasaan wanita itu sekarang—karena ia juga merasakannya. Cintya menarik napas dalam sebelum akhirnya menurunkan tangannya, menatap Liam dengan mata yang sudah memerah. “Lalu sekarang bagaimana, Liam? Apa yang akan terjadi denganku? Dengan kita?” Pria itu tak langsung menjawab. Ia berdiri dan berjalan ke jendela, menatap pemandangan kota yang tiba-tiba terasa begitu sempit dan menyesakkan. “Aku belum tahu…” katanya jujur. Cintya tertawa hambar. “Belum tahu?” ia menggeleng. “Aku ini istri
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

Bab 78

Cintya menatap Liam dengan mata yang berkilat penuh kemarahan dan luka. Air matanya masih mengalir, tetapi kini bukan hanya karena kesedihan—melainkan karena rasa kecewa yang begitu dalam. “Kamu tahu, Liam? Seharusnya kita sudah menikah enam tahun lalu. Seharusnya aku yang berdiri di samping kamu sebagai istri sah-mu. Tapi apa yang terjadi?” suaranya bergetar, tapi tetap terdengar tajam. “Karena rasa bersalah kamu pada Nayya, aku harus puas hanya menjadi istri sirih kamu. Aku harus puas dengan pernikahan yang tidak diakui!” Liam terdiam. Wajahnya mengeras, tetapi ia tidak menyela. “Dan sekarang? Aku sudah berkorban sejauh ini, tapi dia malah mengandung anak kamu? Sementara aku harus terus hidup dalam bayang-bayang kalian!” Cintya tertawa sinis. “Seberapa tidak adil lagi hidup ini untukku, Liam? Untuk anak kita?” Liam mengepalkan tangan, menahan perasaan yang berkecamuk di dadanya. “Cintya, aku tidak pernah berniat menyakiti kamu,” katanya pelan. “Kalau begitu, kenapa kamu ti
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

Bab 79

FlashbackLampu warna-warni berkelap-kelip di langit-langit, musik berdentum memenuhi ruangan, dan gelas-gelas berisi alkohol terus berdenting satu sama lain. Suasana bar malam itu begitu hidup, penuh dengan suara tawa dan orang-orang yang menari menikmati malam mereka.Di salah satu sudut VIP lounge, Liam dan Cintya muda duduk berdampingan di sofa panjang. Keduanya sudah beberapa gelas dalam kondisi mabuk, tetapi tawa mereka masih lepas, menikmati kebersamaan yang terasa begitu bebas dan tanpa beban.“Liam, aku seneng banget akhirnya kita lulus,” ujar Cintya dengan senyum lebar, pipinya sedikit merona karena alkohol. “Kita gak usah pusing lagi mikirin skripsi. Ga usah capek kejar-kejar dosen, aaah... Aku happy banget."Liam tertawa kecil, mengangkat gelasnya. "Aku juga sayang. Akhirnya kita bisa bebas."Mereka berdua saling bersulang sebelum menenggak minuman masing-masing. Cintya mendekatkan tubuhnya ke Liam, jemarinya bermain di kerah kemeja pria itu. "Sekarang ayo kita party sam
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

Bab 80

Hari-hari pertama setelah kecelakaan itu, Liam masih bisa berpura-pura tenang. Ia tetap beraktivitas seperti biasa, bekerja, bertemu teman-temannya, dan menghabiskan waktu dengan Cintya seolah tidak ada yang terjadi. Namun, semakin hari, rasa bersalah mulai menghantui pikirannya. Setiap malam, mimpi buruk itu datang. Suara benturan keras, jeritan yang tertahan, dan kepulan asap dari mobil yang ringsek. Dalam mimpinya, ia selalu melihat bayangan seseorang yang terjebak di dalam mobil itu, menatapnya dengan mata kosong penuh tuduhan. Liam terbangun dengan napas memburu, keringat dingin membasahi dahinya. Ia menatap langit-langit kamar, mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa itu hanya mimpi. Tapi perasaan bersalah itu tidak hilang. Bahkan di siang hari, pikirannya terus dipenuhi oleh kejadian malam itu. Saat berkendara, setiap suara klakson terdengar seperti teriakan dari orang yang mereka tinggalkan. Setiap lampu merah terasa seperti pengingat bahwa ia seharusnya berhenti da
last updateLast Updated : 2025-03-26
Read more
PREV
1
...
5678910
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status