Nayya menahan napas, berusaha tetap tenang meskipun hatinya sudah mulai bergejolak. Matanya melirik ke arah Liam, yang kini memasang ekspresi datar, namun Nayya tahu suaminya sedang merasa tak nyaman."Liam, kamu masih ingat Safira, kan?" Widuri berbicara dengan nada riang, seolah-olah tak menyadari suasana yang berubah tegang. "Dulu kalian sering main bersama waktu kecil."Safira tersenyum manis, melangkah lebih dekat ke meja makan. "Tentu saja aku ingat, Tante. Waktu itu aku bahkan sempat menangis karena Liam lebih memilih main bola daripada menemani aku main boneka."Widuri tertawa kecil. "Ya, Liam memang selalu begitu. Tapi dia anak yang baik, kan?"Nayya mengeratkan genggaman tangannya di bawah meja. Wanita ini bukan sekadar tamu, tapi jelas calon yang Widuri siapkan untuk Liam. Rasanya seperti jantungnya diremas. Ia mencoba tersenyum meski hatinya terbakar.Liam berdeham, mencoba menetralkan situasi. "Senang bertemu lagi, Safira. Sudah lama sekali, ya?"Safira mengangguk antusia
Last Updated : 2025-02-15 Read more