All Chapters of Hasrat Terlarang Sang Bodyguard: Chapter 31 - Chapter 40

47 Chapters

Bab 31

"Benar juga apa yang Nona katakan. Daripada memikirkan Tuan Liam, bukankah lebih baik kita membuat planning supaya anda cepat hamil, ya kan Nona?"Nayya menggigit bibir bawahnya, mencoba menenangkan dirinya setelah mendengar ucapan Galen yang membuat darahnya naik. Ia memalingkan wajah, berusaha tidak terpancing lebih jauh oleh komentar pemuda itu. Tapi, seperti biasanya, Galen terus mencoba memancingnya."Apa kita harus ke luar kota, Nona?" Galen bertanya dengan nada menggoda yang tidak terlalu kentara. "Saya baca di internet suasana bercinta yang baru bisa meningkatkan seksualitas.""GALEN!!" sergah Nayya dengan emosi. "Mending aku pulang naik taksi kalau kamu bicara aneh-aneh kayak gitu," ancamnya dengan nada dingin."Rileks Nona! Rileks!"Nayya menggeram. Demi Tuhan dia ingin sekali memecat pemuda itu. Rasanya dia muak sekali dengan Galen.Sesampainya di rumah, Nayya langsung keluar dari mobil dengan langkah cepat, meninggalk
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more

Bab 32

Nayya terus memperhatikan Galen dengan tatapan waspada, meski perlahan-lahan rasa skeptisnya mulai pudar.Pemuda itu terlihat begitu cekatan dan percaya diri di dapur. Ia mengeluarkan bahan-bahan yang ada di kulkas dan mulai mengolahnya."Kamu masak apa?""Udang.""Udang?" Nayya bertanya sambil menyandarkan tubuhnya di kursi, mencoba menyembunyikan rasa penasaran. "Mau dimasak apa?""Udang mentega."Nayya tergelak. "Emang kamu bisa?""Kalau saya gak bisa, mana mungkin saya masak ini." Galen dengan teliti membersihkan udang berukuran besar itu dari kotorannya.Setelah mencuci udang tadi hingga bersih. Dia mulai memanaskan wajan dengan sedikit mentega, membiarkan aroma gurih menyebar di dapur. Setelah itu, ia memasukkan bawang putih cincang dan membiarkannya layu, mengisi udara dengan wangi yang menggugah selera.Nayya, meskipun masih sibuk memperhatikan Galen. Pemuda itu cukup cekatan saat memasak. 'Baunya harum,' ucap Nayya dalam hati.“Sedikit lagi selesai, Nona,” kata Galen, menyad
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 33

"Imbalan buat saya mana, Nona?""Imbalan?" Nayya mengernyit, memiringkan kepala, menatap Galen dengan tatapan tidak percaya. "Nanti ya, pas akhir bulan,” balasnya sambil melipat tangan di dada.Galen menyeka tangannya dengan lap kering, langkahnya santai mendekati meja. “Jangan pura-pura tidak mengerti maksud saya, Nona." Pemuda itu mendekat ke arah Nayya. Langkahnya pelan tapi konstan.Sebaliknya, Nayya mundur selangkah, mendengus kecil. “Ngapain kamu? Stop! Jangan deket-deket aku!"Tapi Galen tetap mendekat. Langkahnya pelan, penuh percaya diri. Tatapan matanya terfokus pada Nayya, seperti sedang menikmati bagaimana ia membuat perempuan itu gelisah. “Kenapa, Nona? Takut?” katanya, sudut bibirnya melengkung membentuk senyum jahil. "Padahal imbalannya cukup mudah."Nayya menyipitkan matanya, mencoba terlihat tidak peduli, meskipun jantungnya mulai berdetak lebih cepat. Ia tahu betul apa yang dimaksud sang bodyguard, tapi Nayya lebih memilih untuk pura-pura bodoh."Jangan aneh-aneh
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 34

Keesokan paginya, Nayya bangun lebih awal dari biasanya. Setelah mandi dan berganti pakaian, ia turun ke dapur untuk sarapan. Namun, langkahnya terhenti ketika mendapati Galen sudah berdiri di sana, menyeduh kopi dengan santai, seolah tidak ada apa-apa yang terjadi malam sebelumnya.“Pagi, Nona,” sapa Galen tanpa menoleh, suaranya terdengar santai namun mengandung nada menggoda. Nayya mendengus pelan, mencoba terlihat tidak peduli. “Ini masih pagi Galen! Jangan membuatku kesal!"Galen menoleh, matanya yang tajam langsung menangkap wajah Nayya yang berusaha keras terlihat tenang. Ia tersenyum kecil sambil menyerahkan cangkir kopi ke arah Nayya. “Mungkin kopi ini bisa membantu meredakan emosi Anda.”Nayya hanya menatap kopi yang berada di tangan Galen dan berkata, "Taruh aja di meja sana. Aku masih ada urusan.""Nona mau pergi?" tanya Galen saat menyadari jika Bosnya itu sudah berpenampilan rapi. Bahkan Nayya juga sudah siap dengan tas jinjing kecil dan laptop di kedua tangannya."Aku
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 35 (21+)

Nayya melangkah ke ruangannya, mencoba mengabaikan perasaan tidak nyaman karena Galen. Begitu pintu tertutup, ia duduk di kursi dan menghela napas panjang. Perempuan itu merasa jengah.Tangannya meraih ponsel di meja. Ia membuka aplikasi pesan dan mencari nama Liam, suaminya. Tidak ada pesan baru. Nayya menggigit bibir bawahnya, perasaan kecewa mulai merayap. Sejak kemarin, Liam hanya mengirim satu pesan untuknya. Itu pun cuma kabar kalau dia sudah sampai di hotel tempatnya menginap."Mas Liam lagi apa ya?""Kenapa dari kemarin gak kirim chat ke aku?""Padahal kemarin janji mau standby kalau lagi gak sibuk. Sekarang dia malah kayak ngilang di telan bumi."Nayya tak berhenti mengeluh. Rasanya kesal sekali karena Liam tidak menepati janjinya."Mending aku chat duluan aja deh."Dengan hati-hati, Nayya mengetik pesan. "Mas, kamu lagi apa? Udah sarapan belum? Dari kemarin kamu gak balas chat aku. Telfonkujuga gak diangkat. Emang sesibuk itu ya di sana?"Dengan sekali ketik, Nayya mengirimk
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 36

"Galen... aku mohon... jangan... jangan kayak gini!" Entah sudah berapa kali Nayya merintih, memohon agar lelaki di depannya ini berhenti 'menyiksanya'. Sentuhan Galen membuatnya lemah. Tubuhnya seolah tidak bisa bekerja sama dengan otaknya. Dia hanya bisa menangis ketika Galen membimbingnya ke sofa panjang yang ada di ruangan Nayya tepat setelah dia mendapatkan orgasmenya yang pertama. Tidak berhenti di sana, Galen juga mulai melanjutkan aksinya dengan melucuti gaun Nayya hingga menyisakan dalamannya saja. "Kenapa Nona? Bukannya anda ingin segera punya momongan? Waktu anda juga tidak banyak kan?" "Galen..." Nayya menatap Galen dengan sendu, sementara air matanya menggenang di sudut mata. "berapa kali aku bilang, waktu itu aku mabuk. Aku gak benar-benar minta kamu buat ngelakuin hal konyol itu." Galen mengunci kedua tangan Nayya di atas kepalanya. Sementara kedua lututnya berada di antara kedua paha Nayya yang terbuka. "Kenapa kamu gak mau dengerin ucapanku!! Bukannya kamu
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 37

["Nasi goreng sama kopi aja. Ja—"]Namun, saat Liam akan menyelesaikan jawabannya, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh dari arah telepon, disusul suara perempuan yang terdengar samar, namun cukup jelas bagi Nayya."Mas, itu suara apa?" tanya Nayya, nada suaranya berubah, lebih serius.Liam terdiam sejenak sebelum menjawab, terdengar sedikit gugup. ["Ah, enggak apa-apa, Sayang. Cuma piring jatuh dari meja. Pelayan tadi kayaknya agak ceroboh."] Nayya memicingkan mata, merasa ada yang aneh. "Tapi aku dengar suara perempuan juga, Mas. Itu siapa?"["Perempuan? Itu... pegawai hotel yang ngantar makanannya, Nayya."] Suara Liam terdengar seperti memaksa, mencoba menutup sesuatu. "Mas Liam gak bohong kan?"["Iya sayang. Aku gak bohong."]"Ya udah, aku mau video call."Liam terdiam sejenak setelah mendengar permintaan Nayya. Suaranya terdengar semakin tegang ketika akhirnya menjawab, ["Sayang, di sini sinyalnya agak susah kalau buat video call."]"Tapi aku penasaran siapa yang ada di kama
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 38

"Nona, anda kenapa?"Nayya langsung berjengit ketika Galen muncul di depannya secara tak terduga."Anda terluka?""E- enggak!" Nayya menarik tangannya dari wastafel dan menjaga jarak dari sang bodyguard. "Aku gak apa."Nayya pikir Galen adalah bocah TK yang gampang dibohongi. Namun kenyataannya pemuda itu bisa langsung sadar jika ada sesuatu yang terjadi pada majikannya."Nona, Anda terluka." Ia menatap lurus ke arah punggung tangan Nayya yang memerah."Ini cuma luka bakar biasa.""Tunggu sebentar! Saya ambilkan salep.""Enggak u—"Galen menatapnya tajam, hingga membu Nayya sulit bergeming. Selanjutnya ia hanya memperhatikan pemuda berkemeja putih yang digulung sebatas lengan tersebut sedang mencari sesuatu di kotak P3K."Ini salep luka bakarnya, Nona."Nayya terdiam, memandang Galen yang berdiri di depannya sambil menyodorkan salep. Pandangan pemuda itu tampak tenang, namun ada kekhawatiran tersirat di dalamnya. "Makasih," ujar Nayya sambil meraih salep di tangan pemuda itu."Mau sa
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 39

["Maaf ya sayang, aku benar-benar sibuk banget. Klien banyak permintaan jadi aku gak bisa sering-sering telfon kamu."]["Soal kemarin aku juga minta maaf. Aku gak ada maksud buat nolak VC kamu. Di sini beneran gak ada sinyal."]["Tolong jangan khawatir dan terlalu OVT. Aku sayang sama kamu."]Nayya menghela nafas panjang. Ia memeluk lututnya untuk menenangkan diri. "Capek banget ya Tuhan. Gak enak banget cinta sendiri kayak gini."Karena kelelahan, Nayya tertidur di sofa ruang tamu, pelukan di lututnya perlahan melonggar. Wajahnya tampak lesu dalam tidurnya, meski ada jejak air mata dan kecemasan yang masih tersisa. Sebuah selimut tebal tergantung di sandaran sofa, tapi tak disentuh olehnya. Galen muncul dari arah pintu, berniat membuat teh hangat karena di luar hujan sedang lebat. Ia berhenti sejenak ketika melihat Nayya terbaring di sana. Ekspresi datarnya berubah lunak seketika.Ia mendekat perlahan, memastikan langkahnya tak menimbulkan suara yang bisa membangunkan Nayya. Saat be
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 40

Pagi itu, sekitar jam delapan, Nayya berdiri di depan cermin besar di kamarnya. Ia mengenakan blus putih dengan rok selutut berwarna krem, sederhana namun anggun. Wajahnya tampak sedikit lebih segar setelah semalaman akhirnya bisa tidur meski di sofa. Namun, ada kecemasan yang tidak bisa ia sembunyikan. Hari ini, ia harus pergi ke rumah mertuanya, Widuri. Entah apa yang wanita itu ingin bicarakan, tapi Nayya tahu, setiap kali Widuri memanggilnya secara khusus, itu tidak pernah menjadi perbincangan yang menyenangkan."Nona, mobil sudah siap," suara Galen terdengar dari luar pintu."Baik, aku segera keluar," jawab Nayya sambil merapikan tas tangannya.Di perjalanan, Nayya tak banyak bicara. Ia hanya memandangi pemandangan di luar jendela mobil dengan pikiran yang melayang-layang. Galen, seperti biasa, duduk di kursi pengemudi dengan ekspresi datar, sesekali melirik ke arah kaca spion untuk memastikan majikannya baik-baik saja.Mobil berhenti di depan sebuah rumah besar dengan gaya klas
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status