Semua Bab Menjadi Istri Kedua Kembaran Suamiku: Bab 31 - Bab 40

45 Bab

31. Brankas

Merasa harga dirinya tercabik setelah kerah kemejanya ditarik paksa seorang bawahan, Romi mengeluarkan senjata dari balik pinggangnya lantas di arahkan tepat ke kepala pria itu. “Aku benci tubuhku disentuh manusia rendahan sepertimu!” Dengan mulut berdesis marah Romi menegaskan perbedaan diantara mereka. “Sama sepertimu, mereka juga sangat sensitif pada siapapun yang berani merendahkan aku. ”Ghavin menyingkirkan moncong senjata Romi menjauhi dahi bawahannya. “Kita memang sudah sepakat kerjasama, tapi kau juga harus ingat! Tanpa aku kau tidak akan mendapat akses semudah itu sekalipun bersama istrinya.” Sebenarnya Romi tahu, hanya saja ia tidak mau mengakuinya. Bisa dengan mudah menemui Ghavin tanpa adanya pemeriksaan lebih dulu, sudah pasti ada campur tangan pria di depannya itu. Tapi sekali lagi, Romi bukanlah jenis manusia yang bisa menghargai hasil dari jerih payah manusia lain. “Aku tegaskan! Jangan terlalu percaya diri uangmu bisa mengendalikan aku dan orang-orangku! Kita ha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

32. Tamu tak diundang

Ghavin memutuskan berhenti ketika ponsel di saku atas terus bergetar, berpikir mungkin saja Dyra yang menghubunginya, ia buru-buru memastikan. Tetapi ketika bukan panggilan masuk ataupun notifikasi pesan, ia segera memasukan lagi ponsel ke dalam saku lantas memutar kendaraannya dan melesat kencang. Padahal kurang dari lima menit lagi Ghavin sudah sampai rumah, tapi ternyata pilih kembali membelah jalan raya dengan motornya. Kendati tahu tamu tak diundang itu hanya akan mendapatkan kekecewaan, tetapi atas keberanian mereka Ghavin merasa perlu memberi kejutan. Terus berkendara di jalan yang mulai sepi, Ghavin tampak begitu lihai mengendalikan kuda besinya. Kemampuan yang sebenarnya pilih ia pendam selama ini, lantaran tidak pernah mendapat persetujuan orang tua, terutama mendiang sang ibu yang mengatakan kendaraan roda dua lebih beresiko. Padahal yang Ghavin rasakan dengan mengendarai motor ia bisa mempersingkat waktu. Bisa lebih mudah mendahului kendaraan lain. Setelah hampir satu j
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-23
Baca selengkapnya

33. Gadis kecil

“Mas baru kembali? Jam berapa sekarang?” Dyra bertanya setelah mengangkat kepala, memastikan apakah yang berbaring di depannya benar Ghavin—suaminya.“Sudah hampir pagi, Sayang.” Ghavin mengulurkan tangan di bawah ceruk leher Dyra dan membawa tubuh itu ke dalam pelukannya. Setelah kembali dan membersihkan diri, Ghavin memutuskan langsung naik ke atas ranjang. Masuk ke dalam selimut yang sama dengan sang istri, hal yang sekarang paling membuatnya nyaman dan tenang. “Apa dia berulah?” Dyra menganggap Ghavin pulang terlambat lantaran Romi yang menahannya.“Sebenarnya aku baru dari kantor.” Tapi begitu tahu bukan Romi penyebabnya, Dyra yang cemas kembali mendongak. Menatap wajah Ghavin yang ternyata sedang memperhatikan langit-langit kamar. “Apa sesuatu terjadi?”Mengetahui Ghavin mengangguk sambil mengeratkan dekapannya, Dyra menegang. Kali ini berubah khawatir dirinya telah melakukan kesalahan tanpa disadari. “Marissa dan ibunya berusaha mencuri dokumen penting yang aku simpan di kam
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

34. Sepasang kaki

Sebagai pria sejati yang memegang teguh ucapannya, hari itu setelah lebih dari sepuluh tahun Ghavin kembali datang mencari gadis kecilnya. Namun ternyata, setelah sepuluh tahun berlalu, banyak perubahan yang membuatnya bingung, dan menganggap telah tersesat. Setelah menemukan palang pembatas yang diyakini menjadi tempat pertemuan pertama mereka dulu, Ghavin pilih mengambil jalan lurus menurut ingatannya. Akan tetapi sampai tiba di ujung jalan, Ghavin tidak menemukan lagi deretan hunian sederhana tempat tinggal gadisnya. Sekarang hanya ada satu bangunan dan menghadap jalan raya—membelakangi dirinya. Tidak tahu harus bertanya pada siapa, mengingat tidak ada siapapun disana, Ghavin akhirnya memutuskan mendatangi bangunan tersebut yang ternyata kios buah. “Permisi..” Begitu mendekat Ghavin segera bertanya pada pemilik buah yang seketika bangkit dari kursinya.“Mau buah yang mana, Dek?” Sushmita berpikir saat itu Ghavin datang untuk membeli dagangannya. Tapi ternyata kekecewaan yang ia d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

35. Dua lawan satu

Galih masih memperhatikan puluhan heels yang tersusun rapi di lemari besar di depannya, dan kedua daun pintunya sudah dibuka lebar. Kendati matanya masih menyusuri satu-persatu heels koleksi sang istri, tapi hati kecilnya terus berharap apa yang dicari tidak ada disana. Dalam kata lain pemilik heels di video itu bukanlah istrinya. Kalimat yang sering Bella katakan ketika marah melihat Ghava bersama Dyra dulu, memicu berspekulasi negatif dalam dirinya. Sehingga dugaan itu muncul mengingat heels seperti bagian hidup Bella yang glamor.“Besar harapanku bukan kau yang melakukannya. Karena sekalipun itu kau, aku pasti akan memihak mereka, dan membuatmu mendapat balasan yang sepadan.”Namun, di tengah kondisi harap-harap cemas, Galih dikejutkan dengan kemunculan Bella yang berlari menuju kamar mandi. Tadinya Galih mengabaikan, menganggap sang istri tengah terdesak oleh hajatnya, tapi ternyata ia tetap panik saat mendengar suara… “Apa kau sakit?” Galih membantu memijat tengkuk Bella yang m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

36. Siapa lebih tahu

Dyra membalas tindakan kasar Marissa dengan menancapkan tumit heelsnya di kaki wanita itu yang seketika mengaduh kesakitan, sehingga cengkraman rambutnya pun terlepas.“Sayang.. apa kau terluka?” Sushmita panik memastikan kaki depan putrinya yang memerah. “Kau sangat keterlaluan! Wanita sialan! Tidak tahu diri!” Sushmita mengumpat marah pada Dyra.Tapi Dyra tidak peduli. Ia yang sudah kembali tenang hanya mengibaskan rambut ke belakang. “Seharusnya kalimat itu aku ucapkan untuk kalian!” Kali ini Dyra tidak bisa menahan diri lagi. Bahkan belum juga Marissa berdiri dengan sempurna, Dyra bergerak cepat melayangkan tamparan keras di pipi Marissa. “Itu untuk keluguan palsumu!” Plak! Tamparan kedua Dyra berikan di pipi Marissa yang lain. “ Dan itu untukmu yang sudah merebut apa yang seharusnya menjadi milikku.”Murka putrinya mendapat dua tamparan secara bersamaan, Sushmita mendorong kuat Dyra hingga terjatuh di dekat meja sofa.“Kau sadar dengan apa yang sudah kau katakan, Jalang?” Sushmit
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

37. Kabar bahagia

Setelah pria bertopeng itu menemui dirinya dan mengatakan ada dipihaknya untuk menghancurkan G2 Group khususnya keturunan Pramana, sebenarnya Romi tidak percaya begitu saja. Sebelum mengetahui wajah dibalik topeng itu, ia merasa belum tenang. Karena selain misterius, pria itu bisa saja hanya ingin menjebaknya dengan membuat tak tik licik. Karena itu begitu mendapat informasi pria bertopeng tinggal di tengah hutan, Romi dengan beberapa anak buahnya langsung meluncur malam itu juga. Mereka tidak peduli meski harus memasuki hutan saat hari sudah pagi. Setelah melakukan pengintaian, dan tidak melihat pergerakan dari dalam rumah gubuk tersebut, Romi langsung bergerak. Naasnya, setelah melubangi pintu dengan banyak timas panas, sebelum akhirnya jebol oleh tendangan salah satu anak buah Romi, ternyata di dalam tidak ada siapapun. Rumah itu hanya gubuk reyot yang tak terawat. Sempat terkejut saat diberitahu ada mayat di dekat gubuk, Romi justru semakin terkejut saat tahu mayat itu tiba-tib
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-29
Baca selengkapnya

38. Pura-pura bahagia

“Lumpuhkan anak buahnya yang paling berpengaruh. Jika dia tidak mau diajak berdamai, habisi tanpa melibatkan orang terdekatnya.” Ghavin langsung memberi ultimatum. “Mas.” Mendengar suara Dyra baru melewati pintu membawa nampan, Ghavin seketika bangkit dan langsung memutus panggilan bahkan ketika orang di seberang sana masih bicara. “Aku buatkan kopi untukmu.“ Dyra bicara sambil berjalan mendekati meja kerja suaminya. Ghavin lantas berjalan memutar setelah meletakkan ponsel ke atas meja. “Terima kasih.” Begitu sudah berdiri di depan Dyra, ia ambil alih nampan dari tangan sang istri dan memindahkanya ke atas meja kerjanya. Setelahnya membawa tubuh Dyra ke dalam pelukannya. “Maafkan aku.” “Maaf untuk apa lagi?” Dyra pura-pura tidak tahu. Sambil membalas pelukan Ghavin, Dyra tengah menghirup dalam-dalam aroma maskulin lelakinya. Ia sedang berdamai dengan keadaan. Meleburkan kemarahan pada orang-orang serakah yang telah merebut miliknya lewat pelukan hangat Ghavin. Sekarang Dyr
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

39. Kakak penyelamat

“Bagaimana kau hidup sebelum datang ke kota untuk menjadi sekretarisku?” Memijat pelan punggung Dyra yang duduk di atas pengakuannya—menatap gelapnya malam lewat kaca jendela yang sudah dibuka, Ghavin masih belum percaya mereka bisa sedekat sekarang.“Dua tahun setelah pertemuan kita, ibuku meninggal. Sampai akhirnya nenek dari mendiang ayahku datang. Mengajakku tinggal bersamanya di kampung berbeda.” Dyra menghela nafas panjang lebih dulu sebelum lanjut bercerita.Setelah ibunya meninggal, Dyra sempat berhenti sekolah lantaran harus bekerja menghidupi dirinya sendiri. Tidak banyak yang bisa ia lakukan, karena untuk melakukan pekerjaan berat juga tenaganya belum mampu. Dyra bekerja di warung kecil yang pemiliknya merupakan teman baik sang ibu. Ia akan mendapat makan tiga kali sehari serta sedikit uang setelah seharian bekerja.Tidak hanya mencuci piring, Dyra juga ditugaskan mengantar pesanan pelanggan yang tidak bisa datang ke warung. Berun
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

40. Mual

“Apa sudah merasa lebih baik?” Galih bertanya seraya menoleh Bella yang memungunginya. Seharian hanya berbaring seperti orang sakit, Galih merasa seluruh tubuhnya seperti remuk redam. Tidak tahu kenapa Bella hari itu benar-benar manja padanya, bukan hanya melarangnya pergi ke kantor, tapi juga minta ditemani berbaring. Benar-benar hanya berbaring, seperti dua orang dewasa yang tidak punya keinginan kesenangan duniawi. “Belum. Kepalaku masih pusing setiap aku membuka mata.” Jawaban yang sudah beberapa kali Galih dengar sejak siang. “Ini jelas ada yang tidak beres. Aku panggilkan dokter.” Tidak bisa menahan diri lagi, Galih bicara sambil beranjak turun dari ranjang. Kali ini Bella tidak lagi melarang suaminya meninggalkan ranjang. Setelah berjam-jam berada di situasi yang tidak biasa, ia juga mulai curiga. Tidak lama Galih kembali datang, dan langsung memberitahu Bella. “Dokter akan datang sebentar lagi.” Bella hanya mengangguk. Bahkan mengintip pun tidak dilakukan saat me
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status