Beranda / Fantasi / Tukang Pijat Super / Bab 181 - Bab 190

Semua Bab Tukang Pijat Super: Bab 181 - Bab 190

230 Bab

Bab 181

Juned dan Marina berjalan cepat menuju area pemakaman yang sudah sepi. Namun begitu mereka tiba di tempat di mana Marina terakhir kali memarkir mobilnya, mereka langsung tertegun.Marina merasakan jantungnya berdegup lebih kencang. “Juned… mobilku hilang.”Juned langsung merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi Vivi. Nada sambung terdengar, tapi Vivi tidak mengangkatnya. Dia mencoba sekali lagi—tetap tidak ada jawaban.“Sial,” desis Juned, menekan layar ponselnya dengan frustrasi.Marina menatapnya dengan wajah penuh kecurigaan. “Juned, kau masih percaya dengan Vivi?”Juned terdiam. Di dalam kepalanya, ia mencoba mengingat kembali semua hal yang terjadi. Vivi memang selalu ada bersamanya, tapi perkataan Pak Samijo tadi masih terngiang jelas di telinganya.“Aku tidak tahu… Tapi ini aneh.” Juned akhirnya berkata. “Dia tidak mungkin meninggalkan kita begitu saja, kecuali…”Marina menyilangkan tangan di dadanya, ekspresinya semakin gelap. “Kecuali dia memang sudah merencanakan sesuatu s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 182

Di tengah perjalanan Marina tiba-tiba tertawa kecil. Juned yang masih sibuk dengan pikirannya meliriknya sekilas melalui kaca spion.“Kenapa?” tanya Juned tanpa mengurangi kecepatan motornya.“Nggak menyangka aja,” jawab Marina sambil tetap memeluk pinggang Juned. “Apa kamu tahu? Ini pertama kalinya aku naik motor.”Juned sedikit terkejut. “Serius? Kamu belum pernah naik motor sebelumnya?”“Iya, aku selalu pakai mobil atau naik taksi kalau ke mana-mana. Rasanya beda banget, anginnya langsung kena wajah, jalanan terasa lebih dekat... Aku nggak tahu harus takut atau senang.”Juned tersenyum tipis. “Kalau pertama kali naik motor dan langsung kabur dari desa kayak gini, sih, ya wajar kalau campur aduk rasanya.”Marina tertawa kecil lagi. “Tapi anehnya, aku malah merasa senang. Kayak... kita lagi berpetualang.”Juned tidak langsung membalas. Dalam hati, ia tahu ini bukan sekadar petualangan. Mereka sedang kabur dari bahaya, dan entah apa yang akan terjadi selanjutnya. Tapi mendenga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 183

Marina mencoba menahan tawa, namun akhirnya dia justru semakin tertawa lepas.“Hahaha.. bukankah barusan aku bilang sama kamu, aku orangnya tak pilih-pilih makanan.” Kata Marina sambil mencubit hidungnya dengan lembut.“Syukurlah kalau kamu tak alergi dengan telur,” Wajah Juned memerah. “Soalnya aku suka dengan telur, jadi pikirku kamu juga suka.”Marina tersenyum melihat wajah Juned yang khawatir padanya.Saat mereka tengah mengobrol, pemilik warung datang mengantarkan pesanan mereka. Sepiring nasi hangat dengan telur balado berwarna merah menggoda terhidang di depan Marina, sementara Juned mendapatkan sepiring nasi dengan telur dadar dan lalapan.Begitu melihat makanan di hadapannya, Marina tersenyum lebar. “Wah, kelihatannya enak! Terima kasih ya, Bu.” ucapnya dengan nada penuh kegirangan.Juned mengangkat bahunya. “Aku pikir makanan sederhana seperti ini tak bisa membuatmu senang.”Marina terdiam sesaat, senyum di wajahnya perlahan melembut. “Kalau begitu, aku makan dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 184

Saat Juned dan Marina baru saja hendak naik ke motor, suara pria itu kembali terdengar di belakang mereka.“WOI! Lo pikir bisa pergi gitu aja?!” teriaknya sambil berjalan menghampiri mereka dengan wajah merah padam.Marina memutar mata, merasa kesal dengan pria itu yang tidak tahu kapan harus berhenti. Sementara Juned hanya menoleh sekilas, masih dengan ekspresi tenangnya.“Apa lagi?” tanya Juned datar.Pria itu menunjuk celananya yang terkena noda makanan. “kamu udah bikin celanaku kotor! Aku mau ganti rugi! Ini celana mahal, ngerti?! Kamu harus bayar sesuai harga celana ini!”Marina hampir tertawa mendengar itu. “Celana mahal? Yang benar aja. Paling juga beli di pasar malam.”Pria itu mendelik marah. “Eh cewek, kalau nggak tahu barang bermerek, jangan sok tahu! Ini celana bisa lebih mahal dari motor bututmu itu!”Juned menarik napas panjang, lalu menatap pria itu dengan tenang. “Dengar, aku udah minta maaf tadi. Kamu yang menyenggol tanganku duluan. Dan sekarang kamu minta ganti rug
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 185

Pria itu—si pengganggu dari warung makan tadi—juga langsung mengenali mereka. Begitu melihat Juned dan Marina berjalan kaki, dia menyeringai lebar.“Hahaha! Aku pikir tadi aku salah lihat, tapi ternyata benar! Motor bututmu itu rusak ya?” katanya dengan nada mengejek, menunjuk ke arah motor Juned yang masih terparkir di pinggir jalan.Juned tidak menanggapi, hanya menatap pria itu dengan wajah datar. Sementara Marina sudah mulai kesal, tapi berusaha menahan emosinya.“Kenapa? Tidak punya uang buat servis motor? Wah, kasihan sekali. Pantas kalian jalan kaki begini,” lanjut pria itu dengan nada menyebalkan.Marina menatapnya tajam. “Setidaknya kami tidak hidup mengandalkan koneksi orang dalam untuk bisa bekerja di suatu tempat.”Pria itu mendengus. “Oh, jadi kamu masih ingat omonganku tadi? Bagus! Sebentar lagi aku akan diterima di Bumi Marina. Kalau sudah diterima, mungkin aku bisa kasih kamu kerjaan jadi OB di sana!” Dia tertawa puas, seolah merasa dirinya sudah menang.Juned tetap di
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

Bab 186

“HAHAHAHA! Pemilik Bumi Marina?! Yang bener aja? Cewek kayak kamu? Aduh, kalau mau bohong, yang pinter dikit, dong!”Beberapa orang yang berada di sekitar halte mulai tertarik dengan keributan ini, melirik ke arah mereka dengan rasa ingin tahu.“Kamu kira aku bercanda?” Marina menatapnya tajam. Aku pastikan namamu ada di daftar hitam. Kamu tidak akan pernah bisa bekerja di sana seumur hidupmu!”Pria itu mencibir. “Oh ya? Terus aku harus gemetar ketakutan sekarang? Dengar ya, aku punya kenalan orang dalam di sana! Kalau aku melamar, aku pasti diterima. Jadi, siapa pun kamu, aku gak peduli!”Juned menarik napas dalam, menatap pria itu dengan dingin. “Sebaiknya kau pergi sebelum semuanya makin buruk untukmu.”Pria itu malah menyeringai. “Kenapa? Mau berkelahi? Sok jagoan di depan cewek? Mau tunjukkan kalau kamu pria sejati?”Marina menggeleng sambil tersenyum sinis. “Kasihan sekali kamu. Orang seperti kamu hanya bisa membanggakan ‘kenalan orang dalam’ untuk sukses. Tidak heran kalau ment
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 187

“Marko! Kamu ke sini buat memantauku agar di terima kerja ya?” Sapa Jefri dengan senyum lebarnyaMarko turun dari mobilnya dengan percaya diri, mengenakan setelan rapi dan kacamata hitam. Dia berjalan mendekati Jefri dan menepuk bahunya.“Jefri! Aku sengaja datang ke sini buat memastikan kamu diterima di Bumi Marina,” katanya dengan nada penuh kebanggaan. “Tapi selain itu, aku juga punya urusan penting. Aku harus bertemu dengan pemilik perusahaan ini.”Jefri terkekeh dan melirik Marina serta Juned dengan angkuh. “Wah, kebetulan banget, Marko! Katanya sih ini,”—Jefri menunjuk Marina dengan sinis—“pemiliknya. Aneh, kan? Masa iya pemilik perusahaan besar tampilannya lusuh banget?”Marko menatap Marina dengan penuh kebingungan, lalu menoleh ke arah Juned. “Tunggu sebentar... Aku kenal mereka. Mereka ini penyewa properti di PT Cakra Buana! Tapi kok sekarang mengaku-ngaku pemilik Bumi Marina?”Marko tertawa kecil, lalu menggelengkan kepalanya. “Jujur saja, aku nggak habis pikir. Mereka ini
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 188

Marko juga tampak ragu sejenak, sebelum akhirnya tertawa lagi. “Hahaha! Pak Hendi? Jangan bercanda, Marina! Mana mungkin kamu bicara dengan orang sekelas Wakil Direktur PT Bumi Marina? Aku baru saja bilang kalau Pak Hendi adalah koneksi pentingku! Dia nggak mungkin kenal kamu, apalagi sampai disuruh nganterin mobil!”Jefri menambahkan, “Waduh, ini makin kocak! Jadi, kamu ini Cuma tukang bersih-bersih yang suka berkhayal ya?”Marina hanya tersenyum kecil sambil mengembalikan ponsel Cahya. Sementara Juned melirik Marina dengan tatapan penuh arti, tahu bahwa sebentar lagi, kebenaran akan terungkap dengan sendirinya.Cahya melirik jam di pergelangan tangannya. Waktu wawancara semakin dekat, dan ia tidak bisa terus berada di sini. Dengan sedikit ragu, ia akhirnya berkata, “Mbak, Mas, aku pamit dulu. Aku harus segera ke Bumi Marina sebelum terlambat.”Marina yang masih berdiri di tempat, memiringkan kepalanya. “Kamu mau ke Bumi Marina? Buat apa?”Cahya tersenyum sopan. “Aku mau melamar k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 189

Pak Hendi tidak langsung merespons mereka. Ia justru berjalan ke arah Marina dengan ekspresi serius. Lalu, dengan penuh hormat, ia sedikit membungkukkan badan dan berkata, “Mohon maaf atas keterlambatan saya, Bu Marina. Ternyata mobil anda sudah sampai di sini.”“Mobilnya sudah sampai tapi yang mengantarkannya belum tahu siapa yang punya mobil itu.” Kata Marina sambil menunjuk mobil hitam yang tadi di pakai Marko.Marko dengan cepat menghampiri Pak Hendi sambil membungkuk hormat saat pria itu berbalik menatapnya. “Paman, kebetulan sekali Paman datang!” katanya penuh semangat.Pak Hendi, pria berusia sekitar lima puluhan dengan wajah tegas dan sorot mata tajam, menatap keponakannya dengan ekspresi dingin. “Ada apa, Maryudi?” tanyanya dengan suara dalam.Marko langsung menunjuk ke arah Marina dengan wajah meremehkan. “Paman harus dengar ini. Wanita itu mengaku sebagai pemilik PT Bumi Marina! Jelas-jelas dia cuma seorang penyewa kecil di tempat kami!” katanya, lalu tertawa kecil, berhar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

Bab 190

Setelah memastikan Marko dan Jefri mendapat pelajaran yang setimpal, Marina dan Juned segera masuk ke dalam mobil. Marina menyalakan mesin dan melajukan kendaraan dengan cepat namun tetap hati-hati.“Kita langsung ke rumah sakit, kan?” tanya Marina sambil melirik Juned yang tampak sedikit gelisah.“Iya,” jawab Juned dengan nada serius. “Aku penasaran dengan kondisi Tante Lilis. Tadi Pak Darma menelepon, katanya kondisi tante Lilis sudah membaik.”Marina mengangguk dan mempercepat laju mobil. Ia tahu betapa pentingnya Lilis bagi Juned. Wanita itu adalah satu-satunya keluarga yang selama ini merawat Juned sejak kecil.Setibanya di rumah sakit, mereka menuju ruang ICU dengan langkah yang cepat akhirnya mereka tiba di ruangan kemarin yang sempat didatangi. Namun Juned dan Marina mendapati ruangan itu telah kosong.Juned melihat seorang perawat yang baru saja keluar dari ruangan itu sambil membawa perlengkapan medis bekas pakai. “Permisi, suster. Pasien atas nama Lilis Wijayanti, dipin
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
23
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status