Home / Fantasi / Tukang Pijat Super / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Tukang Pijat Super: Chapter 171 - Chapter 180

322 Chapters

Bab 171

Vivi menatap Juned dengan mata yang masih sembab. Dengan suara lirih, dia berkata, “Juned, aku memutuskan untuk kembali ke desa... setidaknya untuk sementara waktu. Aku ingin ikut mengantarkan Lastri ke peristirahatan terakhirnya.”Juned terdiam sejenak, menatap lantai rumah sakit dengan ekspresi berat. Dia tahu betapa Vivi sangat dekat dengan Lastri, dan dia juga merasa bahwa dia harus ikut mengantarkan sahabatnya itu ke tempat peristirahatan terakhir.“Aku akan ikut,” ujar Juned akhirnya, suaranya sedikit parau. “Aku ingin melihatnya untuk terakhir kali... Aku harus ada di sana.”Marina yang sejak tadi diam, memperhatikan keduanya dengan penuh empati. Tanpa ragu, dia segera menawarkan bantuan. “Aku bisa mengantar kalian ke desa dengan mobilku. Akan lebih cepat dan lebih nyaman dibanding naik kendaraan umum.”Vivi menatap Marina dengan penuh terima kasih. “Terima kasih, Marina. Itu sangat membantu.”Juned pun mengangguk. “Baiklah. Kita berangkat secepatnya. Aku ingin tiba di sana seb
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 172

Juned terdiam. “Pak, saya hanya ingin—““Aku nggak mau dengar apa pun darimu!” Ayah Lastri memotong tajam. “Kalau bukan karena kamu, anakku nggak akan ke kota! Dia nggak akan mati seperti ini!”Juned merasakan dadanya semakin sesak. “Saya benar-benar minta maaf, Pak... Saya nggak pernah bermaksud...”“Maaf kamu nggak bisa menghidupkan anakku lagi!” Ayah Lastri membuang muka. “Pergi! Saya nggak mau lihat wajahmu di sini!”Vivi mencoba membela Juned. “Pak, tolong... Juned juga kehilangan Lastri. Dia juga berduka.”Tapi Ayah Lastri menggeleng dengan tegas. “Saya nggak peduli! Dia bukan bagian dari keluarga kami. Bawa dia pergi dari sini sebelum aku benar-benar kehilangan kesabaran!”Juned merasakan kepedihan yang luar biasa. Namun, ia tahu bahwa tidak ada kata-kata yang bisa mengubah kemarahan dan kesedihan seorang ayah yang baru kehilangan anaknya.Dengan langkah berat, ia mundur perlahan. Vivi menatapnya dengan ragu, sementara Sugeng masih menatapnya tajam, seolah ingin memukulnya lagi
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 173

Vivi menoleh ke belakang, terkejut dengan keputusan Juned.“Lalu mau ke mana?” tanya Vivi hati-hati.Juned menggenggam kedua tangannya, matanya masih menatap jendela. “Aku ingin melihat pemakaman Lastri. Meskipun dari jauh.”Vivi menatapnya dengan ekspresi sulit ditebak. “Buat apa, Juned? Kita sudah diusir oleh keluarganya. Kau mau cari masalah lagi?”Juned menggeleng. “Aku hanya ingin berada di sana. Aku nggak akan mendekat. Aku hanya ingin melihatnya pergi… setidaknya seperti itu.”Vivi terdiam. Ia tahu betapa Juned merasa bersalah atas kematian Lastri, meskipun kenyataannya bukan dia penyebab kecelakaan itu. Ia juga tahu bahwa Juned bukan tipe orang yang bisa dengan mudah meninggalkan sesuatu tanpa memastikan semuanya berakhir.Marina menatap Vivi sejenak, lalu kembali fokus ke jalan. “Baiklah, kalau itu yang kau mau.”Vivi menatap ke arah jalan yang ada di depannya. “Marina, belok ke kanan. Aku tahu satu tempat di dekat pemakaman yang cukup tersembunyi. Dari sana, kita bisa melih
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 174

“Vivi, kenapa kamu malah membuka baju?” Marina kebingungan melihat Vivi yang dengan santai membiarkan tubuh atasnya terbuka.“Aku nggak bisa nyaman kalau pakai baju basah seperti ini,” kata Vivi sambil menyeringai. “Mendingan aku buka pakaian aja, kalau tetap pakai pakaian basah, kita justru bisa sakit.”Juned dan Marina saling melirik, merasa canggung. Namun, Vivi sepertinya tidak merasa terganggu. Dia bahkan melepas celananya sehingga hanya menyisakan pakaian dalam saja.Marina, yang juga kedinginan dan juga merasa tidak nyaman, mengangguk. "Ya, aku rasa itu ide yang baik."Marina mulai melepaskan busana yang melekat di tubuhnya satu per satu. Dengan sedikit keraguan, jarinya mulai menurunkan celana panjang yang dipakainya.Marina memang sudah pernah berhubungan intim dengan Juned. Tapi dia merasa canggung harus melakukan hal itu di depan Vivi.“Juned, kamu juga harus melepas bajumu yang basah dan kotor.” Kata Vivi sambil menggenggam ujung kaos Juned bagian bawah.Juned menat
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 175

Juned menatap Marina dengan mata yang masih dipenuhi kebingungan dan sisa kesedihan. Marina tersenyum tipis, jemarinya masih menempel di pipi Juned. “Cium aku,” bisiknya pelan. “Supaya kamu berhenti mikirin Lastri, walau Cuma sebentar.”Juned terdiam, hatinya berdebar. Dia tahu Marina sering menciumnya, tapi permintaan ini terasa berbeda. “Marina, aku…” Juned ragu.“Jangan banyak mikir,” potong Marina. “Aku nggak suka lihat kamu tenggelam dalam rasa bersalah. Aku di sini, Juned. Aku yang ada di sampingmu sekarang.”Juned menelan ludah. Dia bisa merasakan napas Marina yang hangat menyentuh wajahnya. Jarak di antara mereka begitu dekat, hanya butuh sedikit gerakan untuk memenuhi permintaan Marina.Juned menatap Marina dalam-dalam, kebimbangannya perlahan memudar. Tatapan Marina penuh dengan ketulusan, meski ada sedikit kecemburuan di dalamnya. “Aku di sini, Juned,” bisik Marina sekali lagi, kali ini lebih lembut.Juned akhirnya menghela napas panjang, lalu mengangkat tangannya untuk m
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 176

Marina tertawa kecil, lalu melirik Vivi yang masih terlelap di sisi lain. “Biasanya aku hanya tidur dengan satu orang laki-laki. Tapi semalam, aku tidur bertiga denganmu dan Vivi. Rasanya… menarik.”Juned menghela napas, tidak tahu harus merespons bagaimana. “Jadi kau menyukainya?”Marina mengangguk tanpa ragu. “Ya. Ini pengalaman pertama bagiku, dan ternyata menyenangkan. Aku merasa nyaman.”Juned hanya diam. Marina memang selalu blak-blakan soal apa pun, dan itu membuatnya sulit ditebak.Marina lalu menyentuh dada Juned dengan ujung jarinya. “Kau sendiri bagaimana? Merasa aneh?”Juned tersenyum samar. “Tidak tahu. Mungkin aku masih terbiasa berpikir seperti orang biasa.”Marina tertawa pelan. “Kalau begitu, biasakanlah. Karena aku tidak keberatan kalau suatu hari kita mengalami malam seperti ini lagi.”Juned hanya bisa menghela napas, sementara Marina bersandar di bahunya dengan senyum penuh arti.Juned ingin mengatakan sesuatu, tapi kata-kata seakan tersangkut di tenggoroka
last updateLast Updated : 2025-02-05
Read more

Bab 177

Marina dan Vivi mengangguk paham.Mereka duduk diam, menyaksikan rombongan yang berjalan di depan mereka. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya terdengar suara langkah kaki yang saling beradu di luar.“Kamu benar, Juned.” kata Marina dengan suara pelan, “kalau mereka melihat kita sekarang, bisa mempersulit semuanya.”Beberapa menit kemudian, rombongan pengiring jenazah semakin jauh, mereka masih berjalan dengan hati-hati menuju tujuan mereka. Setelah memastikan rombongan itu tak lagi berada di sekitar mereka, Marina akhirnya menyalakan mesin mobil.“Baik, kita pergi sekarang,” kata Juned dengan suara mantap.Marina melajukan mobilnya perlahan hingga akhirnya berhenti di pinggir jalan, tepat di depan pintu masuk pemakaman. Dari kejauhan, dia bisa melihat para pelayat berkumpul mengelilingi liang lahat. Suara lantunan doa terdengar lirih di tengah suasana duka. Hujan yang sempat turun semalam meninggalkan aroma tanah basah yang menusuk hidung.Marina dan Vivi duduk diam di k
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 178

Namun, sebelum mobil bisa melaju lebih jauh, terdengar suara teriakan dari belakang.Anton berdiri di tengah kerumunan, tangannya menunjuk ke arah mobil Marina dengan ekspresi penuh kemarahan. “Dia yang menyebabkan Lastri mati! Jangan biarkan dia kabur!”Saat mobil mulai bergerak meninggalkan area pemakaman, terlihat bayangan beberapa orang dengan motor berdiri di tengah jalan sambil melintangkan motor mereka.Beberapa warga yang masih terbawa emosi mulai bergumam satu sama lain, ragu, namun juga terpengaruh oleh provokasi Anton dan Sugeng. Perlahan, beberapa dari mereka bergerak maju, mengepung mobil Marina.“Bagaimana ini, Juned?” Keringat dingin mulai membasahi wajah Marina.Juned menoleh ke kiri dan kanan, mencari jalan keluar. Namun, semakin banyak warga mendekat, ekspresi mereka penuh kemarahan dan kekecewaan.Seorang pria tua dari kerumunan berteriak, “Kenapa kalian datang ke sini?! Kalau bukan karena kalian, Lastri pasti masih hidup!”Anton melangkah mendekat dengan seny
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 179

Itu adalah Pak Samijo, ketua RT setempat, yang baru saja tiba setelah mendengar kegaduhan di balai desa.“Apa yang kalian lakukan ini?!” suaranya tegas, penuh wibawa. Dia menyapu pandangan ke arah kerumunan yang mulai mereda. Beberapa warga yang tadinya berteriak langsung tertunduk, menyadari bahwa mereka telah bertindak terlalu jauh.Anton menggerutu, tetapi tetap mencoba memprovokasi. “Pak RT, mereka ini penyebab kematian Lastri! Kita tidak bisa membiarkan mereka begitu saja!”Pak Samijo mendengus, lalu melangkah maju, berdiri di antara Juned dan warga. “Apakah ada yang bisa membuktikan tuduhan itu?” tanyanya tajam.Sugeng yang sedari tadi diam hanya menggertakkan gigi, sementara Anton kembali berusaha membakar emosi warga. “Bukti? Semua orang tahu Juned punya hubungan dengan Lastri! Gara-gara dia, Lastri jadi menderita!”Pak Samijo mendengus sinis. “Tahu dari mana kau kalau Juned yang membuatnya menderita? Lastri sudah pergi, kalian tidak bisa seenaknya menuduh tanpa bukti! Aku tid
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more

Bab 180

Pak Samijo menghela napas panjang, matanya mulai berkaca-kaca. Ia menundukkan kepala sejenak sebelum akhirnya menjawab dengan suara lirih, “Aku sendiri sudah lama tidak bertemu dengannya.”Juned dan Marina saling berpandangan, mulai memahami betapa dalam luka yang disimpan oleh pria tua itu.“Sejak lahir, Anton sudah menahannya dariku,” lanjut Pak Samijo dengan suara bergetar. “Bukan hanya karena aku dulu bekerja untuknya, tapi juga karena aku memiliki hutang besar yang tidak bisa kubayar. Sebagai gantinya, dia mengambil anakku dan menjauhkannya dariku.”Juned mengepalkan tangannya di atas meja. “Jadi kau melakukan semua perintah Anton hanya agar anakmu tetap hidup?”Pak Samijo mengangguk lemah. “Aku tidak punya pilihan, Juned. Aku orang kecil, tidak punya kekuatan. Tapi aku juga seorang ayah… Aku hanya ingin anakku selamat.”Suasana dalam ruangan itu menjadi lebih sunyi. Marina yang biasanya sinis pun terlihat sedikit melunak.Pak Samijo menatap mereka dengan mata yang mulai basah. “
last updateLast Updated : 2025-02-06
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
33
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status