Home / Fantasi / Tukang Pijat Super / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Tukang Pijat Super: Chapter 161 - Chapter 170

230 Chapters

Bab 161

“Winda, aku pikir kita harus menyelesaikan sesi pijat ini dengan lebih cepat,” kata Juned dengan nada tegas namun tetap sopan.Winda hanya tersenyum samar, tidak melepaskan tatapannya. “Kenapa terburu-buru, Juned? Kita masih punya banyak waktu.”Juned merasa semakin gugup, tapi dia mencoba tetap tenang. “Aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan sebagaimana mestinya, Winda.”Dia kembali memijat dengan hati-hati, berusaha menghindari kontak mata dengan Winda. Namun, Winda terlihat semakin nyaman dengan situasi itu, bahkan sesekali mendesah pelan, membuat Juned merasa situasinya semakin rumit.Ketika dia melirik ke pintu lagi, jantungnya berdegup kencang karena terlihat Rama yang sedang sibuk menatap layar laptopnya. Sementara Marina sedang memainkan ponsel dengan santai di ruang tamu. Juned berpikir harus segera menyelesaikan ini dan keluar dari situasi yang membingungkan ini secepat mungkin. Tapi Winda tiba-tiba membuka kain yang menutupi tubuhnya, memperlihatkan lekuk tubuh yang
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 162

Awalnya, Juned tidak terlalu memerhatikan, fokusnya tetap pada pijatan yang ia berikan kepada Winda. Namun, sesuatu membuatnya terus menoleh ke arah ruang tamu. Marina justru duduk di samping Rama dan mulai berbicara dengan nada yang lebih lembut, lebih menggoda.Juned mengerutkan keningnya, melihat bagaimana tangan Marina perlahan menyentuh bahu Rama, lalu berpindah ke dadanya, seolah memberikan pijatan ringan.“Apa yang di lakukan Marina? Apa dia serius menggoda suami sahabatnya?” Gumam Juned sambil terus melirik ke arah mereka di sela pijatannya kepada Winda.Rama, yang awalnya terlihat ragu, akhirnya tersenyum kecil dan membiarkan Marina melanjutkan. Dari celah pintu, Juned bisa melihat bagaimana Marina semakin berani membuka bajunya sendiri, hingga akhirnya Rama menutup laptopnya dan menatap Marina dengan tatapan yang berbeda.Juned menghela napas. Ia tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Ia sempat berpikir untuk menutup pintu dan mengabaikan semuanya, tapi rasa ingin tahunya
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 163

Tak lama, pintu ruangan tempat Winda dipijat terbuka, dan Winda keluar dengan wajah yang tampak segar dan senyum semringah.Melihat itu, Marina segera menyambutnya dengan tatapan menggoda. “Wah, sepertinya puas banget, ya?” katanya sambil tersenyum penuh arti.Winda tertawa kecil sambil mengangguk. “Iya, pijatan Juned enak banget, bikin badan rileks,” ucapnya sambil melirik Juned sekilas.Winda berjalan ke arah sofa dan duduk di sebelah Marina. Matanya kemudian menangkap sosok suaminya, Rama, yang sedang berdiri di dekat meja dengan wajah yang tampak tenang, tapi bajunya terlihat sedikit berantakan.Winda mengernyitkan dahi, lalu bertanya dengan nada santai, “Kok bajumu agak berantakan, Mas?”Rama menoleh sekilas, lalu dengan cepat merapikan kerah bajunya. “Oh, tadi aku baru aja membetulkan kulkas. Ada bagian yang longgar, jadi harus aku perbaiki sedikit,” jawabnya dengan nada meyakinkan.Juned memperhatikan interaksi mereka dengan seksama. Sekilas, dia sempat berpikir bahwa Winda mu
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 164

Marko tersenyum tipis dan menatap keduanya dengan tatapan penuh arti. “Aku cuma ingin memastikan sesuatu… tentang tempat yang akan kalian sewa.”Marko membuka tas kerjanya dan mengeluarkan sebuah map berwarna cokelat yang terlihat tebal. Ia meletakkannya di atas meja dan menyodorkannya ke arah Marina dan Juned."Ini surat perjanjian sewa tempat dari Bu Ratna," katanya dengan nada santai namun penuh keangkuhan.Marina menyipitkan mata dan mengambil map itu, membukanya sekilas untuk melihat isinya. Namun, ada sesuatu yang membuatnya curiga. "Bukankah Bu Ratna sendiri yang akan menyerahkan ini kepada kami nanti?" tanyanya, menatap Marko dengan penuh selidik.Marko tertawa kecil, lalu bersandar santai di sofa dengan tangan terlipat di dadanya. "Bu Ratna punya banyak urusan yang jauh lebih penting. Dia tidak punya waktu untuk bertemu dengan… orang biasa seperti kalian berdua."Nada suaranya begitu meremehkan, membuat Juned mengepalkan tangannya diam-diam. Ia sudah menduga kalau Marko
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 165

Namun sebelum tangannya sempat menyentuh wajah gadis itu, sebuah tangan lain lebih dulu mencengkeram pergelangannya dengan kuat.Juned menatap Marko dengan sorot tajam, suaranya dalam dan penuh ketegasan. “Jangan pernah coba-coba menyakiti perempuan di hadapanku.”Marko terkejut ketika tangannya tertahan oleh Juned. Ia menatap Juned dengan tatapan marah, merasa harga dirinya diinjak.“Lepaskan tangan saya, Juned!” bentaknya dengan nada penuh emosi.Juned tetap diam sejenak, menatapnya tajam, sebelum akhirnya melepaskan genggamannya dengan perlahan. “Aku bilang, jangan pernah menyakiti perempuan,” ucapnya tegas.Siti masih berdiri di tempatnya, sedikit gemetar, namun tetap berusaha terlihat tenang. Marina yang sejak tadi menyaksikan kejadian itu hanya menyilangkan tangan di dada, menatap Marko dengan tatapan mencemooh.Marko menggeram, merasa dipermalukan. Ia merapikan pakaiannya, mencoba menjaga wibawa, lalu mendekatkan wajahnya ke arah Juned. “Kau akan menyesal karena ikut campur ur
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 166

Pak Darma menghela napas, seperti sedang mengingat sesuatu. “Dulu, kata orang-orang Bu Marina sempat sakit cukup lama, tapi nggak pernah jelas soal penyakitnya. Saya juga nggak pernah lihat obat-obatan yang dia konsumsi. Tapi ada beberapa kali saya perhatikan, dia sering pergi ke dokter bahkan rumah sakit untuk mengobati penyakitnya.”Juned terdiam sejenak, pikirannya mulai dipenuhi spekulasi. “Sepertinya aku tahu apa yang dimaksud Pak Darma.” Gumam Juned dalam hati. Jika benar Marina masih menderita penyakit yang sama, mengapa ia terlihat baik-baik saja selama ini? Atau mungkin, ada sesuatu yang disembunyikannya?Namun, Juned memilih untuk tidak terlalu larut dalam pikirannya. Ia menghela napas pelan dan mengangguk. “Ya sudah, Pak. Mungkin dia Cuma beli obat biasa.”qPak Darma mengangguk setuju. “Iya, Mas. Semoga aja bukan sesuatu yang serius.”Di tengah obrolan Juned dan Pak Darma, tiba-tiba Siti muncul dari arah dapur dengan senyum ramah.“Mas Juned, Pak Darma, makanannya su
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 167

Pak Darma hanya terkekeh di ujung meja, sementara Juned menggeleng pelan melihat tingkah mereka berdua. “Aduh, kalian ini. Makan dulu, nanti aku jelasin.”Ratih masih tertawa kecil, sementara Siti mencoba menenangkan diri dari rasa malunya. Suasana makan malam itu semakin akrab dengan candaan mereka, meskipun di dalam hati Juned tahu, cepat atau lambat dia harus menjelaskan semuanya.Setelah suapan terakhirnya, Juned meletakkan sendok dan berniat untuk berdiri dari kursinya. Namun, belum sempat dia benar-benar bangkit, Ratih dengan cepat menahan lengannya.“Eits! Tunggu dulu, Mas Juned! Tadi katanya mau jelasin! Aku sama Siti udah penasaran banget nih,” kata Ratih dengan wajah penuh antusias.Siti yang duduk di seberangnya hanya tersenyum malu-malu, sementara Pak Darma ikut menatap Juned dengan penuh minat.Juned menghela napas, lalu kembali bersandar di kursinya. “Oke, oke. Jadi gini... Tempat yang aku dan Marina sewa itu memang buat usaha pijat.”Siti dan Ratih langsung saling ber
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 168

Di teras rumah yang diterangi lampu temaram, Juned mulai memijat tangan Pak Darma dengan gerakan perlahan. Pak Darma mendesah lega sambil menyandarkan punggung ke kursi."Aduh, Mas Juned, ini baru enak. Udah seminggu tangan saya pegal begini. Kalau tahu dipijat Mas Juned enak begini, saya pasti udah minta dari kemarin-kemarin," keluhnya sambil terkekeh.Juned tersenyum tipis sambil tetap fokus pada pijatannya. "Makanya, Pak, kalau pegal jangan ditahan. Bisa-bisa tambah parah. Bapak kan sering kerja berat, pasti suka kecapekan juga."Pak Darma mengangguk. "Iya, bener juga. Tapi ya gimana, Mas. Saya juga kepikiran sama keluarga di kampung. Anak saya yang paling kecil baru masuk sekolah, butuh banyak biaya."Juned sedikit melonggarkan tekanannya dan bertanya, "Anak Pak Darma yang paling kecil umur berapa sekarang?""Baru tujuh tahun, Mas. Masih kelas satu SD," jawab Pak Darma dengan nada bangga. "Tapi ya itu, biayanya lumayan. Untung aja ada kerjaan di sini, jadi bisa kirim uang ke
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 169

Juned menghela napas sejenak untuk menenangkan pikirannya. Lalu, ia menatap Siti dan Ratih dengan serius.“Kalian berdua tetap di rumah saja,” katanya tegas. “Aku dan Pak Darma yang akan ke rumah sakit. Kalau ada kabar baru, nanti aku hubungi kalian.”“Tapi, Mas Juned…” Siti tampak ragu. “Mungkin aku bisa bantu kalau ada apa-apa di sana.”Juned menggeleng. “Nggak perlu, Siti. Ini sudah malam, kalian lebih baik di rumah. Kalau aku butuh sesuatu nanti, aku akan menelponmu.”Ratih menatap Juned dengan cemas. “Mas, kalau butuh sesuatu, kasih tahu ya. Aku bakal siapin apa pun kalau kamu butuh.”Juned mengangguk. “Iya, Ratih. Makasih.”Pak Darma sudah siap dengan motornya. “Ayo, Mas. Kita berangkat sekarang sebelum makin malam.”Tanpa membuang waktu, Juned naik ke motor, dan mereka segera melaju menuju rumah sakit. Siti dan Ratih hanya bisa menatap kepergian mereka dengan penuh harap agar tidak ada kabar buruk yang menanti.Juned duduk di belakang Pak Darma, berpegangan pada bahu pria paru
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 170

“Saat kejadian, dia sedang berjalan dengan Lastri. Mereka berdua ditabrak oleh sebuah mobil.” Air mata mulai mengalir membasahi pipinyaJuned terdiam sejenak, mencerna kata-kata Marina. Dahinya berkerut. “Lastri? Dia juga tertabrak?”Juned menatap Marina dengan penuh harap, meskipun hatinya sudah dipenuhi kecemasan. “Bagaimana dengan Lastri? Dia sekarang ada di ruangan mana?”Marina terdiam sejenak. Matanya berkaca-kaca, bibirnya bergetar seakan ragu untuk menjawab. Vivi yang berdiri di sampingnya menundukkan kepala, tampak menahan tangis.Juned semakin tidak sabar. “Marina, tolong jawab. Di mana Lastri sekarang?”Tiba-tiba Marina melangkah mendekat, lalu memeluk Juned erat. Tubuhnya bergetar, dan dari bibirnya keluar suara yang dipenuhi kesedihan. “Lastri... ada di ruang jenazah, Juned...”Dunia Juned terasa berhenti seketika. Tubuhnya menegang, napasnya tercekat. “Apa...?” suaranya hampir tak terdengar.Marina semakin terisak, meremas bahu Juned dengan erat. “Maaf, Juned... Las
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
23
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status