All Chapters of Daging Keong Untuk Tiga Anakku: Chapter 51 - Chapter 60

117 Chapters

Bab 51. Tinggal Satu Langkah Lagi

“Wah, Kak Rani datang. Kita bisa–”Arka dengan cepat membekap mulut Hana. Ia tak ingin jika sang adik menyulut emosi Mega lagi.Tingkah Arka dan Hana tentu memancing emosi Mega. Ia berbalik mendelik kedua bocah yang sedang ketakutan tersebut.“Jangan melakukan hal yang aneh kalau ingin ibu kalian selamat,” ancam Mega.Arka dan Hana hanya bisa diam seraya membelalak. Tak menyangka akan mendengar ucapan seperti itu keluar dari mulut Mega.Padahal Mega hanya berniat agar anak-anak mau patuh. Dalam benaknya itu adalah salah satu bentuk kasih sayang akibat dari saking tak ingin kehilangan.Mega pun segera beranjak, menghampiri Rani yang baginya datang tak diundang.“Apa yang kamu lakukan di sini? Kenapa tidak telepon dulu? Malah tiba-tiba datang begini,” timpal Mega dengan raut wajah tak senang.Rani mengerutkan alis, sedikit bingung melihat respon Mega.“Loh, Rani kan kalau datang memang kadang tiba-tiba. Kenapa Mbak kayak yang bingung begitu?”Mega membuang napas kasar. Kehadiran Rani be
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 52. Rencana Berhasil

Daging panggang sudah matang, hanya tinggal menyajikan untuk dimakan bersama. Namun, sebelum itu Rani menambahkan dulu sebuah bumbu yang katanya akan menjadi pelengkap akhir dari daging panggang tersebut.“Memang bumbu apa?” tanya Mega, ketus.“Ini bumbu dari luar negri, Mbak. Oleh-oleh dari temen,” sahut Rani dengan santainya.Mega tak banyak bertanya lagi, karena memang aroma dari bumbu yang Rani bawa itu begitu menggugah selera.Setelah selesai dengan daging panggang ya, Rani pun segera menaruhnya di meja. Tak lupa green tea sebagai pelengkap sudah tersedia begitu banyak.Rani mendatangi anak buah Mega satu persatu. Sekilas orang-orang berpikir jika gadis itu begitu perhatian pada karyawan kakaknya. Namun, hal tersebut tidak seperti yang terlihat, meski menawarkan kesenangan faktanya Rani sedang menyiapkan sesuatu dibaliknya.“Ayo jangan sungkan, makan daging yang banyak. Kapan lagi bisa makan daging sepuasnya, kan?” ujar Rani dengan begitu ramahnya.Semua karyawan Mega sampai lupa
last updateLast Updated : 2024-12-08
Read more

Bab 53. Tak Ingin Berpisah Lagi

“Tidak perlu khawatir,” ucap Andi seraya tersenyum lebar.Mira menatap Andi sambil mengerutkan alis.“Apa maksudnya?” Mira masih terlihat kebingungan.“Ya, kamu tidak perlu khawatir, sebelumnya Rani sudah memberikan uang titipan Pak Hanif. Katanya itu uang gajimu kemarin dan uang ganti rugi atas apa yang telah Bu Mega perbuat,” jelas Andi.Mira tersenyum simpul, merasa lega setelah mendengar jawaban Andi.“Jadi, ke mana tujuanmu? Biar sekalian kuantar.” Andi sesekali melirik Mira.Sejenak Mira terdiam, memikirkan langkah yang terbaik baginya dan anak-anak. Hanya saja, kala itu ia malah berakhir merasa buntu.“Aku tidak tahu harus ke mana.” Mira menghela napas lagi, berusaha berpikir keras di tengah rasa cemasnya.“Aku tidak punya kerabat di kota, kenalanku juga kebanyakan laki-laki, jadi tidak bisa menitipkanmu pada orang yang kukenal. Hanya saja, mungkin untuk sementara kamu bisa tinggal di penginapan dulu, lalu besok pagi baru mulai mencari kontrakan.”“Ide bagus. Apa kalian tahu di
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 54. Mereka Itu Anak-anakku!

Di tengah ketidaktahuan Mira, di sisi lain Mega yang mulai sadarkan diri pun langsung mengamuk saat menyadari anak-anak tak berada di sisinya lagi. Ia mengacak-acak pesta dan menghancurkan peralatan yang ada. Para karyawan yang hadir di sana pun hanya bisa menatap sambil tertunduk takut.“Berani sekali dia mengambil anakku! Dasar pencuri! Takkan kubiarkan dia mengambil anak-anakku,” teriak Mega sambil mengacak-acak rambutnya.Tatapan Mega terus terfokus pada adiknya yang masih tergeletak tak sadarkan diri. Ia menantikan Rani siuman demi bisa menagih penjelasan atas apa yang terjadi. Hingga tak berselang lama, Rani pun terbangun dengan wajah kebingungan.“Bagaimana? Apa tidurmu nyenyak?” tanya Mega dengan sinis.Rani terkejut, bukan karena dikelilingi oleh orang-orang, tetapi khawatir karena nada suara Mega seakan menunjukan kecurigaan.“Ada apa ini, Mbak?” tanya Rani seraya mengedarkan pandangan, menatap karyawan Mega satu persatu sambil memasang tampang bodoh.“Di mana anak-anak?” ha
last updateLast Updated : 2024-12-09
Read more

Bab 55. Pakaian Lusuh Seperti Pengemis

Mira dan anak-anak dengan penuh rasa bahagia segera menuju ke area kontrakan yang berada tak jauh dari sana. “Permisi, apa ada kontrakan yang kosong?” tanya Mira pada salah seorang penghuni di sana. “Wah, kurang tahu, ya! Coba tanya sama yang punya saja! Rumahnya di ujung yang paling bagus itu.” “Oh, terima kasih, Mbak.” “Ya, sama-sama.” Tanpa membuang waktu Mira segera pergi menuju rumah yang orang tadi maksud. “Assalamualaikum, permisi,” teriak Mira. Entah sudah berapa menit Mira berdiri di sana, tetapi masih saja tidak ada yang membukakan pintu. Hingga berulang kali memanggil barulah seseorang membukakan pintu. “Aduh, berisik sekali. Ada apa sih?” tanya seorang wanita yang dari penampilannya terlihat seperti baru bangun tidur. “Itu, saya mau tanya, apa masih ada kontrakan kosong?” tanya Mira. Bukannya langsung menjawab, perempuan itu malah memandangi Mira dari ujung kaki sampai ujung kepala, lalu menatap anak-anak satu persatu. “Memangnya kamu punya uang? Kontr
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 56. Kontrakan Kumuh

“Bekasi … Bekasi!” teriak kondektur yang kala itu sedang mencari penumpang.Mira seakan pernah mendengar nama tempat tersebut. Hanya saja ia tak tahu di mana dan seperti apa Bekasi. Dalam hati hanya berharap jika dirinya bisa menemukan tempat yang nyaman dan bisa menerima kehadirannya.Perjalan Mira berakhir saat bus berhenti di terminal. Beruntung saat itu ongkos tidak terlalu mahal mengingat jarak yang tak begitu jauh.“Bu, di mana kita?” tanya Arka sambil menatap sekeliling, merasa asing dengan tempat tersebut.“Kita ada di Bekasi. Setelah ini kita cari kontrakan di sekitar sini saja,” sahut Mira yang sebenarnya merasa cemas, khawatir jika kesulitan mencari kontrakan.Karena hari semakin siang, Mira mampir ke warung nasi terlebih dahulu, khawatir anak-anak merasa lapar.“Hana dan Arka mau makan apa? Pilih saja,” titah Mira.“Hana mau ayam sama mie.”“Arka mau ikan, Bu.”“Itu saja?” Mira khawatir jika anaknya merasa kekurangan setelah sekian lama makan enak saat bersama Mega.“Sudah
last updateLast Updated : 2024-12-10
Read more

Bab 57. Bantal Dari Jilbab Yang Dilipat

Tatapan orang-orang yang mengontrak di sana sedikit aneh. Ternyata yang tinggal di sana bukan hanya para pedagang kecil saja, sekilas jelas terlihat beberapa perempuan berpakaian seksi pun turut menghiasi kursi panjang yang berada di teras salah satu kontrakan.“Ada apa, Bu?” sapa salah seorang wanita berpakaian mini yang sedang memainkan ponsel.“Nah, begini Neng. Lingkungannya agak kumuh lah dibanding kontrakan sekitar sini. Belum lagi orang-orang yang tinggal di sini….” Pemilik kontrakan seolah ragu melanjutkan kalimatnya dan hanya melirik sekilas ke arah para perempuan berpakaian seksi.Mira seketika menghela napas dalam. Dari penampilan para perempuan itu saja sudah jelas terlihat jika mereka bukan perempuan baik-baik. Selain seksi, beberapa dari mereka bahkan menato bagian tubuhnya. Benar-benar sesuatu yang menakutkan untuk dilihat anak-anak. ‘Apa yang harus kulakukan? Kontrakan lain sangat mahal, sedangkan aku masih belum tau apa bisa mendapatkan uang dalam waktu dekat,’ batin
last updateLast Updated : 2024-12-11
Read more

Bab 58. Terima Kasih Orang Baik

‘Apa yang akan mereka bicarakan?’ batin Mira yang kala itu merasa sedikit was-was.Mira sedikit ragu untuk menemui para tetangga barunya itu. Hanya saja ia tak ingin menambah masalah di kemudian hari karena dianggap sombong.“Kenapa malah bengong? Yang lain sudah menunggu,” ujar Nia sambil menarik lengan Mira.Mira pun dengan cepat menurut dan bergegas ikut menghampiri para tetangganya yang sedang menunggu.Sesampainya Mira di tempat para tetangga yang tengah menunggu. Ia malah mendapati tatapan tajam seolah ada hal serius yang ingin dibicarakan.“Sebelumnya kami mau minta maaf,” ucap Nia tiba-tiba.Mendengar ucapan tersebut seketika jantung Mira berdebar tak karuan. Ia memiliki trauma dengan kehidupan bertetangga yang membuatnya menjadi berpikiran buruk.“Maaf kalau saya telah melakukan kesalahan. Tolong izinkan saya dan anak-anak tinggal di sini,” Mira mengatupkan kedua tangannya.Para tetangga pun seketika saling pandang, bingung dengan respon Mira. Padahal mereka sama sekali tak m
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 59. Mira Jadi Bimbang

Setelah selesai menunaikan shalat subuh, Mira berjalan-jalan sebentar ke jalan untuk memperhatikan orang-orang yang mulai berjualan. Kala itu, sepanjang jalan utama mulai ramai para pedagang yang tengah bersiap menggelar lapak jualan mereka.Diperhatikannya satu persatu para pedagang yang tengah sibuk itu. Rata-rata kebanyakan dari mereka menjual makanan berat untuk sarapan seperti nasi uduk, nasi kuning dan nasi lainnya yang biasa dimakan saat pagi hari.“Apa aku harus mencoba untuk jualan sarapan juga?” celetuk Mira yang merasa jika mendapat sebuah ide bagus.Setelah membulatkan tekad, Mira pun yakin untuk mencoba berjualan. Hanya saja, mungkin tidak di jalan utama, melainkan jalan dekat gang kontrakannya saja.Tak terasa hari mulai terang, setelah selesai memperhatikan para pedagang Mira pun membeli beberapa nasi dari tempat berbeda untuk sekedar mengetahui rasa yang umum di daerah sana.Di saat Mira baru pulang, di saat itu pula ternyata Hana dan Arka sudah terbangun dari tidurnya
last updateLast Updated : 2024-12-12
Read more

Bab 60. Dituduh Mengeksploitasi Anak

Di tengah kebimbangannya tersebut Nia mendadak muncul.“Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat seperti orang kebingungan begitu?” tanya Nia sambil merangkul Mira.“Mira mau jualan sarapan pagi. Tapi aku sedikit ragu untuk itu.”“Kenapa tidak mencoba dulu saja. Kamu tidak akan tahu kalau belum mencobanya,” sahut Nia dengan santainya.Mira setuju dengan apa yang Nia katakan, hanya menduga-duga saja malah membuatnya berlarut dalam pikiran buruk yang belum terbukti.“Kalau begitu, mungkin aku memang harus mencobanya.” Mira telah memantapkan hati dan yakin untuk berjualan besok.“Ya sudah, yang terpenting kamu harus tetap berhati-hati, jangan sampai menyinggung pedagang lainnya,” ujar salah seorang tetangga Mira.“Iya, insyaallah saya akan bersikap sebaik mungkin.” Mira tersenyum lebar, berpikir jika mungkin ini adalah awal baginya untuk memulai sesuatu yang baru.Mira lantas segera kembali ke kontrakannya. Setelah mengecek semua kesiapan untuk jualan besok, ia juga tak lupa mengambil meja pembe
last updateLast Updated : 2024-12-13
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status