All Chapters of Daging Keong Untuk Tiga Anakku: Chapter 31 - Chapter 40

117 Chapters

Bab 31. Jangan Tebar Pesona

Seperti apa yang Mira duga, para perempuan memang jelas memperlihatkan ketidaksukaannya.“Rani, jadi dia karyawan baru itu?” tanya seorang wanita.“Iya, nanti Mbak Mira ini yang jadi salah satu juru masak di sini.”“Loh, kok langsung jadi juru masak? Giliran kita malah harus lewat banyak proses,” protes salah seorang karyawan.“Sudah, Ran. Aku di mana aja nggak masalah,” bisik Mira yang malas menimbulkan percikan dan membuat permusuhan.Rani tampaknya mengerti akan ketidaknyamanan Mira. Sehingga, meski ia ingin Mira yang memegang bagian masak tetap saja demi lingkungan yang damai mau tak mau Mira harus melalui bagian lain terlebih dahulu.“Memang bagian apa yang kosong sekarang?”Para wanita itu saling pandang, lalu menunjukan senyum penuh akal bulus.“Ya bagian cuci piring lah! Memang bagian apa lagi yang selalu kosong?!” jawab mereka serentak, lalu setelahnya tertawa seolah itu adalah hal lucu.Mira menghela napas panjang, sejak awal sudah menduga jika semua tidak akan berjalan deng
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 32. Sikap Aneh Sang Bos

Di klinik, Mira yang semula tak sadarkan diri itu akhirnya membuka mata. Ia tampak kebingungan saat pertama kali melihat Andi, yang ternyata terus berada di samping, menemani bersama dengan Rani.“Di mana ini?” ucap Mira, lirih.“Tadi Mbak pingsan. Makanya langsung kita bawa ke sini,” jawab Rani yang buru-buru beranjak dari tempat duduk. “Mbak kenapa nggak bilang kalau belum makan?” Mira tersenyum getir, merasa malu dengan pertanyaan Rani. Bukan ia tak mau makan, hanya saja uang yang tersisa hanya cukup untuk makan anak-anak.“Mbak lupa,” jawab Mira, lesu.“Mau nasi padang?” tanya Andi tiba-tiba.“Orang baru siuman langsung ditawari nasi padang. Ada juga beliin bubur dulu biar perutnya nggak kaget,” timpal Rani seraya mendelik ke arah Andi.Andi tersenyum, lalu berkata, “siapa tau Mira lagi nggak selera makan nggak mau makan bubur.”“Udah beli bubur saja!” Rani mendorong tubuh Andi agar pria itu segera membelik
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 33. Ucapan Hana yang Menyakitkan

Mira benar-benar canggung berada di situasi tersebut. Ia merasa jika mungkin kotak kecil tersebut adalah sesuatu yang penting.“Buat kalian saja. Ibu kan sudah besar, nggak main mainan.” Mira berusaha menolak secara halus.“Ini bukan mainan, Bu. Ini tuh coklat kasih sayang. Tante bilang sayang sama kita, jadi Tante kasih kita masing-masing dua coklat. Yang satu sudah dimakan jadi yang satu ini buat ibu.” Arka menjelaskan dengan antusias.Mira merasa semakin tak nyaman setelah mendengar penjelasan Arka. Sepertinya Mega tak suka jika coklat kasih sayang itu malah diberikan pada Mira.Kini, Mira berada di posisi serba salah. Ia tak ingin mengecewakan ketiga anaknya tapi juga tak mau membuat kesal Mega.“Ya, sudah. Kalian pegang dulu saja, ibu nggak bisa bawa sekarang karena mau lanjut kerja lagi.” Mira membelai lembut rambut ketiga anaknya.Ia buru-buru beranjak agar bisa melanjutkan pekerjaan, mengingat wajah Mega yang terlihat sem
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 34. Merindukan Hana

“Permisi!” Suara seorang pria terdengar dari luar kamar.Mira yang saat itu sudah memegang gagang pintu mendadak ragu saat tahu jika di luar adalah seorang pria yang suaranya saja terasa begitu asing.‘Apa aku harus membuka pintu? Atau membiarkannya saja,’ batin Mira yang kala itu dilanda kebingungan.“Tolong buka pintunya! Aku suami Mega,” ucap pria itu dengan suara yang lembut.Setelah sempat ragu, akhirnya Mira membuka kunci dan segera memutar gagang pintu, lalu menariknya.“Ma-maaf, ada yang bisa saya bantu?” Mira merasa canggung, entah kenapa jika berurusan dengan laki-laki di situasi yang sedikit sepi membuatnya teringat akan kejadian yang telah lalu. Ia takut jika terjadi fitnah atau bahkan dituduh yang tidak-tidak, karenanya memilih untuk tidak keluar dari kamar dan tetap berdiri di ambang pintu dengan disaksikan oleh dua anaknya yang semula sedang berdebat.Bukannya menjawab, pria di hadapan Mira malah terus menatap Hana dan Arka.“Apa mereka Arka dan Hana?” tanya pria itu s
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 35. Tak Berdaya

“Mira, buka pintunya!” Mega mengetuk pintu cukup kencang.Mira seketika tersentak. Ia buru-buru beranjak dan membukakan pintu.“Iya, ada apa, Mbak?” tanya Mira yang wajahnya menunjukan rasa panik.Mega yang merasa heran dengan sikap panik Mira pun spontan melirik ke dalam, mencari sumber kecemasan wanita dihadapannya.“Apa yang terjadi pada Kiano?” Mega bergegas masuk dengan sedikit mendorong tubuh Mira yang berada diambang pintu.Mega terlihat begitu cemas, dengan cepat ia menggendong tubuh kecil Kiano yang kala itu terlihat lesu.“Biasanya hanya dengan di kompres saja demamnya akan reda,” ucap Mira yang sudah pengalaman merawat anaknya itu.Mega yang tengah menggendong Kiano seketika menghentikan langkahnya, lalu mendelik menatap Mira.“Apa kamu tidak punya perasaan? Hanya di kompres? Tentu saja seorang ibu akan memberikan yang terbaik untuk anaknya,” hardik Mega.Hati Mira terasa sakit saat Mega berk
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 36. Merasa Sendiri dan Kesepian

“Bu, Arka mau temenin ibu kerja saja,” ucap Arka seraya melangkah hendak masuk ke rumah Mega.“Arka di rumah saja, jagain adek-adek,” sahut Mira sembari tersenyum.Arka memanyunkan bibirnya. Meski bersama Mega ia begitu dimanja, tetap saja tempat ternyaman adalah berada di samping sang ibu.Kini ketiganya sudah melangkah masuk, Mega tampak duduk dengan Hanif di ruang tamu. Wajah Mega begitu jelas ditekuk, membuat Mira merasa sedikit tidak enak hati.“Permisi, Mbak Mega.” Mira segera berdiri di dekat atasannya itu.“Mas, tolong bawa anak-anak ke kamar dulu. Beri mereka es krim dan permen yang tadi kubelikan,” pinta Mega pada suaminya.“Baiklah, tapi tolong tenangkan dirimu!” Hanif menatap Mega lekat.“Ya,” jawab Mega, ketus.“Ayo anak-anak, tadi Om dan Tante habis belikan kalian pakaian, mainan dan makanan. Kita lihat ke kamar sekarang!” ajak Hanif.“Iya, Om.” Hana menjawab dengan antusias.Berb
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 37. Semakin Menjadi-jadi

“Kenapa nggak mau? Bukannya kakak selalu ingin punya kamar sendiri?”Mega dan Mira langsung bisa menangkap apa yang dia bocah itu bicarakan. Mega menorehkan senyum, merasa senang dengan keinginan Hana tersebut.“Jadi, apa Hana ingin punya kamar sendiri?” tanya Mega seraya melirik ke belakang sekilas.“Iya, Tante. Dari dulu Hana sangat ingin punya kamar sendiri. Padahal waktu kita tinggal di kandang kambing saja Hana juga ingin memilih kamar, tapi ibu nggak boleh, katanya takut Hana kedinginan.” Hanya bercerita dengan begitu antusias.Bocah itu sama sekali tak tahu jika Mira kini selalu salah di mata Mega. Perlakuan Mira pada anak-anaknya seringkali terdengar kejam dan tak berperasaan, padahal hanya itu yang bisa ia lakukan demi ketiga anak dengan ketidakmampuannya.Benar saja, Mega seketika mendelik menatap Mira yang kala itu hanya diam tertunduk.“Jadi, kalian pernah tinggal di kandang kambing?” Tatapan Mega semakin tajam menatap Mira.“Iya, Tante. Kandang kambingnya bau dan dingin.
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 38. Luka yang Dipendam

Mata Mega sudah membelalak, bersiap untuk beranjak dan memberi Mira pelajaran karena sudah bersikap tidak sopan.“Permisi.” Pelayan datang dengan membawa sisa pesanan. “Semua sudah lengkap, ada lagi yang bisa saya bantu?” Kedatangan pelayan tersebut tentu menjadi penengah antara Mega dan Mira. Meski sedang tersulut emosi, setidaknya masih bisa membedakan mana hal baik dan buruk.“Bu ….” Arka memegangi tangan Mira yang saat itu mengepal.Sentuhan lembut si sulung sedikit meluruhkan emosi yang semula terus bergejolak. Begitu pun dengan Mega yang tangannya tak henti Hanif genggam.“Tadi makanan ibu Arka belum datang. Jadi Arka jangan bersedih lagi, ya!” Hanif menyodorkan sepiring nasi beef teriyaki yang semula ia pesan. Ya, dia sengaja memesan dua karena tahu jika sang istri sama sekali tak berniat memberi Mira makan.Mengetahui suaminya memberi Mira satu porsi, Mega lantas semakin tersulut emosi. Hanya saja, ia tidak ingin terlihat kalah di depan Mira sehingga berpura-pura tidak terjad
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 39. Ke Mana Perginya Mira?

“Ada apa, Om?” Hana penasaran melihat wajah Hanif yang tampak begitu terkejut.Hanif bingung harus menjawab apa, terlebih isi surat tersebut berisikan tentang sesuatu yang tidak enak untuk didengar.“Ada apa? Katakan saja! Tidak perlu disembunyikan begitu,” ujar Mega menatap sinis sang suami.Hanif terdiam. Unntuk beberapa saat ia terus melirik anak Mira satu persatu.“Memang ke mana ayah kalian pergi?” tanya Hanif tiba-tiba. Tentu saja pertanyaan tersebut membuat situasi semakin membingungkan.“Kata ibu ayah sedang pergi bekerja di tempat yang sangat jauh,” sahut Arka yang semakin tak mengerti kenapa Hanif malah menanyakan tentang ayahnya.Hanif menghela nafas panjang. Jelas terlihat jika ia begitu berat untuk mengatakan apa yang tertulis di surat tersebut. Namun, tidak mungkin juga baginya untuk menutupi, sehingga mau tak tetap harus menjelaskan pada anak-anak.“Dalam surat ini tertulis jika Ibu kalian hendak menyusul ayah. Dia sengaja pergi tiba-tiba agar kalian tidak merengek mint
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 40. Ingin Memiliki Anak-anak Seutuhnya

“Arka?” Hanif tercengang melihat kedatangan Arka yang muncul tiba-tiba.Berbanding dengan Mega yang malah menorehkan senyum tipis di saat Arka sedang terpuruk.“Jadi, ayah Arka sudah meninggal? Bukannya ayah pergi bekerja untuk membahagiakan kami semua?” Suara Arka bergetar saking tak menyangka dengan fakta tentang ayahnya yang sudah meninggal.“Jadi, ibu Arka tidak pernah memberitahu itu?” tanya Mega yang kini memasang wajah cemas. Ia segera berjalan perlahan menghampiri Arka yang kala itu hanya diam terpaku.“Enggak! Tante pasti bohong! Ibu bilang ayah sedang bekerja.” Arka tiba-tiba menaikkan suaranya, matanya tajam menatap Mega.“Untuk apa Tante berbohong? Apa untungnya bagi Tante?” Mega terus mendekati Arka sambil melangkah perlahan dan berhati-hati.Arka menggelengkan pelan, air matanya terus bercucuran membanjiri pipi.Di saat bersamaan Hana datang, bocah perempuan itu sama sekali belum paham situasi yang ada di hadapannya.“Kenapa Kak Arka nangis begitu? Apa kakak ingat Ibu la
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
123456
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status