Home / Pernikahan / Daging Keong Untuk Tiga Anakku / Bab 31. Jangan Tebar Pesona

Share

Bab 31. Jangan Tebar Pesona

Author: L.A. Zahra
last update Last Updated: 2024-11-21 18:07:51

Seperti apa yang Mira duga, para perempuan memang jelas memperlihatkan ketidaksukaannya.

“Rani, jadi dia karyawan baru itu?” tanya seorang wanita.

“Iya, nanti Mbak Mira ini yang jadi salah satu juru masak di sini.”

“Loh, kok langsung jadi juru masak? Giliran kita malah harus lewat banyak proses,” protes salah seorang karyawan.

“Sudah, Ran. Aku di mana aja nggak masalah,” bisik Mira yang malas menimbulkan percikan dan membuat permusuhan.

Rani tampaknya mengerti akan ketidaknyamanan Mira. Sehingga, meski ia ingin Mira yang memegang bagian masak tetap saja demi lingkungan yang damai mau tak mau Mira harus melalui bagian lain terlebih dahulu.

“Memang bagian apa yang kosong sekarang?”

Para wanita itu saling pandang, lalu menunjukan senyum penuh akal bulus.

“Ya bagian cuci piring lah! Memang bagian apa lagi yang selalu kosong?!” jawab mereka serentak, lalu setelahnya tertawa seolah itu adalah hal lucu.

Mira menghela napas panjang, sejak awal sudah menduga jika semua tidak akan berjalan deng
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 32. Sikap Aneh Sang Bos

    Di klinik, Mira yang semula tak sadarkan diri itu akhirnya membuka mata. Ia tampak kebingungan saat pertama kali melihat Andi, yang ternyata terus berada di samping, menemani bersama dengan Rani.“Di mana ini?” ucap Mira, lirih.“Tadi Mbak pingsan. Makanya langsung kita bawa ke sini,” jawab Rani yang buru-buru beranjak dari tempat duduk. “Mbak kenapa nggak bilang kalau belum makan?” Mira tersenyum getir, merasa malu dengan pertanyaan Rani. Bukan ia tak mau makan, hanya saja uang yang tersisa hanya cukup untuk makan anak-anak.“Mbak lupa,” jawab Mira, lesu.“Mau nasi padang?” tanya Andi tiba-tiba.“Orang baru siuman langsung ditawari nasi padang. Ada juga beliin bubur dulu biar perutnya nggak kaget,” timpal Rani seraya mendelik ke arah Andi.Andi tersenyum, lalu berkata, “siapa tau Mira lagi nggak selera makan nggak mau makan bubur.”“Udah beli bubur saja!” Rani mendorong tubuh Andi agar pria itu segera membelik

    Last Updated : 2024-11-21
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 33. Ucapan Hana yang Menyakitkan

    Mira benar-benar canggung berada di situasi tersebut. Ia merasa jika mungkin kotak kecil tersebut adalah sesuatu yang penting.“Buat kalian saja. Ibu kan sudah besar, nggak main mainan.” Mira berusaha menolak secara halus.“Ini bukan mainan, Bu. Ini tuh coklat kasih sayang. Tante bilang sayang sama kita, jadi Tante kasih kita masing-masing dua coklat. Yang satu sudah dimakan jadi yang satu ini buat ibu.” Arka menjelaskan dengan antusias.Mira merasa semakin tak nyaman setelah mendengar penjelasan Arka. Sepertinya Mega tak suka jika coklat kasih sayang itu malah diberikan pada Mira.Kini, Mira berada di posisi serba salah. Ia tak ingin mengecewakan ketiga anaknya tapi juga tak mau membuat kesal Mega.“Ya, sudah. Kalian pegang dulu saja, ibu nggak bisa bawa sekarang karena mau lanjut kerja lagi.” Mira membelai lembut rambut ketiga anaknya.Ia buru-buru beranjak agar bisa melanjutkan pekerjaan, mengingat wajah Mega yang terlihat sem

    Last Updated : 2024-11-21
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 34. Merindukan Hana

    “Permisi!” Suara seorang pria terdengar dari luar kamar.Mira yang saat itu sudah memegang gagang pintu mendadak ragu saat tahu jika di luar adalah seorang pria yang suaranya saja terasa begitu asing.‘Apa aku harus membuka pintu? Atau membiarkannya saja,’ batin Mira yang kala itu dilanda kebingungan.“Tolong buka pintunya! Aku suami Mega,” ucap pria itu dengan suara yang lembut.Setelah sempat ragu, akhirnya Mira membuka kunci dan segera memutar gagang pintu, lalu menariknya.“Ma-maaf, ada yang bisa saya bantu?” Mira merasa canggung, entah kenapa jika berurusan dengan laki-laki di situasi yang sedikit sepi membuatnya teringat akan kejadian yang telah lalu. Ia takut jika terjadi fitnah atau bahkan dituduh yang tidak-tidak, karenanya memilih untuk tidak keluar dari kamar dan tetap berdiri di ambang pintu dengan disaksikan oleh dua anaknya yang semula sedang berdebat.Bukannya menjawab, pria di hadapan Mira malah terus menatap Hana dan Arka.“Apa mereka Arka dan Hana?” tanya pria itu s

    Last Updated : 2024-11-22
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 35. Tak Berdaya

    “Mira, buka pintunya!” Mega mengetuk pintu cukup kencang.Mira seketika tersentak. Ia buru-buru beranjak dan membukakan pintu.“Iya, ada apa, Mbak?” tanya Mira yang wajahnya menunjukan rasa panik.Mega yang merasa heran dengan sikap panik Mira pun spontan melirik ke dalam, mencari sumber kecemasan wanita dihadapannya.“Apa yang terjadi pada Kiano?” Mega bergegas masuk dengan sedikit mendorong tubuh Mira yang berada diambang pintu.Mega terlihat begitu cemas, dengan cepat ia menggendong tubuh kecil Kiano yang kala itu terlihat lesu.“Biasanya hanya dengan di kompres saja demamnya akan reda,” ucap Mira yang sudah pengalaman merawat anaknya itu.Mega yang tengah menggendong Kiano seketika menghentikan langkahnya, lalu mendelik menatap Mira.“Apa kamu tidak punya perasaan? Hanya di kompres? Tentu saja seorang ibu akan memberikan yang terbaik untuk anaknya,” hardik Mega.Hati Mira terasa sakit saat Mega berk

    Last Updated : 2024-11-22
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 36. Merasa Sendiri dan Kesepian

    “Bu, Arka mau temenin ibu kerja saja,” ucap Arka seraya melangkah hendak masuk ke rumah Mega.“Arka di rumah saja, jagain adek-adek,” sahut Mira sembari tersenyum.Arka memanyunkan bibirnya. Meski bersama Mega ia begitu dimanja, tetap saja tempat ternyaman adalah berada di samping sang ibu.Kini ketiganya sudah melangkah masuk, Mega tampak duduk dengan Hanif di ruang tamu. Wajah Mega begitu jelas ditekuk, membuat Mira merasa sedikit tidak enak hati.“Permisi, Mbak Mega.” Mira segera berdiri di dekat atasannya itu.“Mas, tolong bawa anak-anak ke kamar dulu. Beri mereka es krim dan permen yang tadi kubelikan,” pinta Mega pada suaminya.“Baiklah, tapi tolong tenangkan dirimu!” Hanif menatap Mega lekat.“Ya,” jawab Mega, ketus.“Ayo anak-anak, tadi Om dan Tante habis belikan kalian pakaian, mainan dan makanan. Kita lihat ke kamar sekarang!” ajak Hanif.“Iya, Om.” Hana menjawab dengan antusias.Berb

    Last Updated : 2024-11-22
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 37. Semakin Menjadi-jadi

    “Kenapa nggak mau? Bukannya kakak selalu ingin punya kamar sendiri?”Mega dan Mira langsung bisa menangkap apa yang dia bocah itu bicarakan. Mega menorehkan senyum, merasa senang dengan keinginan Hana tersebut.“Jadi, apa Hana ingin punya kamar sendiri?” tanya Mega seraya melirik ke belakang sekilas.“Iya, Tante. Dari dulu Hana sangat ingin punya kamar sendiri. Padahal waktu kita tinggal di kandang kambing saja Hana juga ingin memilih kamar, tapi ibu nggak boleh, katanya takut Hana kedinginan.” Hanya bercerita dengan begitu antusias.Bocah itu sama sekali tak tahu jika Mira kini selalu salah di mata Mega. Perlakuan Mira pada anak-anaknya seringkali terdengar kejam dan tak berperasaan, padahal hanya itu yang bisa ia lakukan demi ketiga anak dengan ketidakmampuannya.Benar saja, Mega seketika mendelik menatap Mira yang kala itu hanya diam tertunduk.“Jadi, kalian pernah tinggal di kandang kambing?” Tatapan Mega semakin tajam menatap Mira.“Iya, Tante. Kandang kambingnya bau dan dingin.

    Last Updated : 2024-11-23
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 38. Luka yang Dipendam

    Mata Mega sudah membelalak, bersiap untuk beranjak dan memberi Mira pelajaran karena sudah bersikap tidak sopan.“Permisi.” Pelayan datang dengan membawa sisa pesanan. “Semua sudah lengkap, ada lagi yang bisa saya bantu?” Kedatangan pelayan tersebut tentu menjadi penengah antara Mega dan Mira. Meski sedang tersulut emosi, setidaknya masih bisa membedakan mana hal baik dan buruk.“Bu ….” Arka memegangi tangan Mira yang saat itu mengepal.Sentuhan lembut si sulung sedikit meluruhkan emosi yang semula terus bergejolak. Begitu pun dengan Mega yang tangannya tak henti Hanif genggam.“Tadi makanan ibu Arka belum datang. Jadi Arka jangan bersedih lagi, ya!” Hanif menyodorkan sepiring nasi beef teriyaki yang semula ia pesan. Ya, dia sengaja memesan dua karena tahu jika sang istri sama sekali tak berniat memberi Mira makan.Mengetahui suaminya memberi Mira satu porsi, Mega lantas semakin tersulut emosi. Hanya saja, ia tidak ingin terlihat kalah di depan Mira sehingga berpura-pura tidak terjad

    Last Updated : 2024-11-23
  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 39. Ke Mana Perginya Mira?

    “Ada apa, Om?” Hana penasaran melihat wajah Hanif yang tampak begitu terkejut.Hanif bingung harus menjawab apa, terlebih isi surat tersebut berisikan tentang sesuatu yang tidak enak untuk didengar.“Ada apa? Katakan saja! Tidak perlu disembunyikan begitu,” ujar Mega menatap sinis sang suami.Hanif terdiam. Unntuk beberapa saat ia terus melirik anak Mira satu persatu.“Memang ke mana ayah kalian pergi?” tanya Hanif tiba-tiba. Tentu saja pertanyaan tersebut membuat situasi semakin membingungkan.“Kata ibu ayah sedang pergi bekerja di tempat yang sangat jauh,” sahut Arka yang semakin tak mengerti kenapa Hanif malah menanyakan tentang ayahnya.Hanif menghela nafas panjang. Jelas terlihat jika ia begitu berat untuk mengatakan apa yang tertulis di surat tersebut. Namun, tidak mungkin juga baginya untuk menutupi, sehingga mau tak tetap harus menjelaskan pada anak-anak.“Dalam surat ini tertulis jika Ibu kalian hendak menyusul ayah. Dia sengaja pergi tiba-tiba agar kalian tidak merengek mint

    Last Updated : 2024-11-24

Latest chapter

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 65. Barang yang Hilang

    “Becak!” teriak Jojo sambil melambai ke arah becak motor yang berada tak jauh dari sana.Mira dan Hana saling pandang.“Maaf, tapi saya tidak berniat untuk naik becak.”“Udah nggak usah dipikirin! Ini tukang becak langganan Abang, setiap hari Jumat dia suka kasih tumpangan gratis buat Jumat berkah,” ungkap Jojo yang kala itu hanya sedang mengarang cerita.“Tapi, ini hari Rabu,” balas Mira.Jojo pun gelagapan. Ia yang seorang pengangguran terkadang sering lupa hari.“Kalau begitu biar Jumat berkahnya di pindah ke hari Rabu saja,” jawab Jojo dengan santainya.Mira menggeleng pelan, heran dengan sikap Jojo yang baginya sangatlah aneh. Hanya saja, ia merasa sudah sangat kelelahan sehingga pada akhirnya berniat untuk tetap naik becak dengan uangnya sendiri.“Eh, Bang Jojo. Mau naik becak, Bang?” tukang becak yang sudah sepuh tersebut tersenyum menatap Jojo yang sama sekali belum pernah menaiki becaknya tersebut.“Bukan, tapi si Neng ini yang mau naik.” Jojo melirik Mira.Tukang becak terse

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 64. Jangan Ganggu Anakku!

    Matanya terus menatap dengan lekat. Tak sedikitpun Jojo ingin melepaskan pandangannya dari Mira yang kala itu sedang menemui masalah besar.“Apa yang harus kulakukan? Kalau aku membantu Mira sekarang maka masalah akan semakin panjang.”Meski Jojo dikenal sebagai seseorang yang tak takut pada siapa pun, tetapi untuk urusan wanita ia malah menjadi sosok pria yang begitu banyak pertimbangan. Terlebih yang berhadapan dengan Mira kali ini adalah Siska yang pastinya akan membuat masalah semakin panjang dan runyam.Di sisi lain, Mira yang tengah dicegat oleh Siska pun lantas berusaha bersikap tenang agar anak-anak tidak merasa takut.“Heh, ngapain kamu dekat-dekat sama Bang Jojo?! Jangan pikir bisa menarik simpati Banh Jojo dengan cara sok polos begitu!”Mira mengerutkan alis, tak menyangka kenapa malah harus dihadapkan dengan masalah asmara orang lain. Sejak awal pun ia terus diam dan bersikap ketus pada Jojo, dan sekarang malah dituduh yang tidak-tidak.“Maaf, sepertinya Anda telah salah p

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 63. Mengintip Dari Kejauhan

    “I-itu, Bos … Anu.” Anak buah Jojo masih ragu untuk mengatakannya.“Kelamaan! Sekarang kita ikuti perempuan itu saja!”Baru saja Jojo hendak melangkah di saat itu juga sang anak buah dengan cepat menariknya.“Jangan, Bos!”“Memang ada apa, sih? Kenapa kamu terus menghalangiku?”Lagi-lagi saat di tanya anak buah Jojo lebih memilih diam sampai akhirnya sang preman yang sudah tak sabar itu pun segera melepas genggaman tangan anak buahnya dan berniat untuk segera berlari.“Siska bilang mau kasih perhitungan ke perempuan itu kalau sampai Bos ketahuan lagi sama dia,” teriak anak buah Jojo.Jojo yang semula sudah berlari pun seketika menghentikan langkahnya, lalu kembali menghampiri sang anak buah.“Apa kamu bilang? Siska? Kapan dia bilang begitu?” Jojo menatap tajam.“Sebelum saya ke sini, Bos. Saya cari Bos juga karena di suruh Siska buat bilang begitu.” Anak buah Jojo tertunduk lesu karena merasa tak nyaman berada di situasi yang tak menguntungkan.“Apa-apaan Siska itu. Berani sekali meng

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 62. Ingin Menafkahi Mira dan Anak-anak

    “Kalau begitu biarkan aku mengantar anakku pulang dulu.” Mira berharap bisa meminta bantuan tetangganya.“Ya sudah, aku temani kamu sampai kontrakan biar nggak kabur.” Preman itu tertawa dengan kencang, membuat Mira sedikit bergidik ngeri.Karena tak ada pilihan lain Mira pun mengiyakan tawaran preman tersebut. Setidaknya ia tidak ingin membuat anak-anak merasa ketakutan dengan tingkah preman yang menyebalkan tersebut.Setelah membawa anak-anak ke kontrakan, Mira tak sengaja berpapasan dengan Nia yang kala itu malah terlihat biasa saja meski Mira sedang bersama preman.“Ngapain abang di sini?” tanya Nia seolah sudah akrab dengan preman tersebut.“Mau data warga baru.”Nia menoleh sekilas ke arah Mira yang kala itu menatapnya dengan harapan bisa mendapat bantuan dan lolos dari preman tersebut.“Nggak apa-apa, Mir. Bang Jojo itu memang sering data warga baru, katanya sih buat keamanan.” Tampaknya Nia tau kecemasan Mira.Mira sedikit bisa menghela napas lega, ternyata preman tersebut han

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 61. Preman dan Pedagang Menyebalkan

    Hari telah berganti, seperti biasa saat langit masih gelap Mira sudah menyiapkan barang dagangannya. Tidak seperti kemarin, kali ini Mira terus berpesan pada anak-anaknya agar mereka tak membantu jualan nanti mengingat ancaman kemarin sudah jelas dapat merugikan mereka nantinya.“Kenapa orang-orang itu jahat sekali, kak? Cuma mau bantu ibu saja nggak boleh,” protes Hana yang kini hanya duduk di bawah meja sambil kesal karena tak bisa membantu sang ibu.“Kemarin katanya ibu berbuat curang karena dibantu kita. Kenapa mereka nggak dibantu anak mereka juga, ya?” celetuk Arka yang masih belum paham jika bantuan dari mereka hanya alasan saja mengingat kontribusi yang besar membuat para pedagang lain iri.“Arka dan Hana di bawah saja, ya! Jangan sampai kita malah dilarang jualan lagi di sini,” pinta Mira sambil menyodorkan beberapa kue untuk ketiga anaknya agar betah di kolong meja.“Iya, Bu,” jawab Arka dan Hana serentak.Meski dalam hati sangat ingin membantu sang ibu. Namun, mereka tak me

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 60. Dituduh Mengeksploitasi Anak

    Di tengah kebimbangannya tersebut Nia mendadak muncul.“Ada apa? Kenapa wajahmu terlihat seperti orang kebingungan begitu?” tanya Nia sambil merangkul Mira.“Mira mau jualan sarapan pagi. Tapi aku sedikit ragu untuk itu.”“Kenapa tidak mencoba dulu saja. Kamu tidak akan tahu kalau belum mencobanya,” sahut Nia dengan santainya.Mira setuju dengan apa yang Nia katakan, hanya menduga-duga saja malah membuatnya berlarut dalam pikiran buruk yang belum terbukti.“Kalau begitu, mungkin aku memang harus mencobanya.” Mira telah memantapkan hati dan yakin untuk berjualan besok.“Ya sudah, yang terpenting kamu harus tetap berhati-hati, jangan sampai menyinggung pedagang lainnya,” ujar salah seorang tetangga Mira.“Iya, insyaallah saya akan bersikap sebaik mungkin.” Mira tersenyum lebar, berpikir jika mungkin ini adalah awal baginya untuk memulai sesuatu yang baru.Mira lantas segera kembali ke kontrakannya. Setelah mengecek semua kesiapan untuk jualan besok, ia juga tak lupa mengambil meja pembe

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 59. Mira Jadi Bimbang

    Setelah selesai menunaikan shalat subuh, Mira berjalan-jalan sebentar ke jalan untuk memperhatikan orang-orang yang mulai berjualan. Kala itu, sepanjang jalan utama mulai ramai para pedagang yang tengah bersiap menggelar lapak jualan mereka.Diperhatikannya satu persatu para pedagang yang tengah sibuk itu. Rata-rata kebanyakan dari mereka menjual makanan berat untuk sarapan seperti nasi uduk, nasi kuning dan nasi lainnya yang biasa dimakan saat pagi hari.“Apa aku harus mencoba untuk jualan sarapan juga?” celetuk Mira yang merasa jika mendapat sebuah ide bagus.Setelah membulatkan tekad, Mira pun yakin untuk mencoba berjualan. Hanya saja, mungkin tidak di jalan utama, melainkan jalan dekat gang kontrakannya saja.Tak terasa hari mulai terang, setelah selesai memperhatikan para pedagang Mira pun membeli beberapa nasi dari tempat berbeda untuk sekedar mengetahui rasa yang umum di daerah sana.Di saat Mira baru pulang, di saat itu pula ternyata Hana dan Arka sudah terbangun dari tidurnya

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 58. Terima Kasih Orang Baik

    ‘Apa yang akan mereka bicarakan?’ batin Mira yang kala itu merasa sedikit was-was.Mira sedikit ragu untuk menemui para tetangga barunya itu. Hanya saja ia tak ingin menambah masalah di kemudian hari karena dianggap sombong.“Kenapa malah bengong? Yang lain sudah menunggu,” ujar Nia sambil menarik lengan Mira.Mira pun dengan cepat menurut dan bergegas ikut menghampiri para tetangganya yang sedang menunggu.Sesampainya Mira di tempat para tetangga yang tengah menunggu. Ia malah mendapati tatapan tajam seolah ada hal serius yang ingin dibicarakan.“Sebelumnya kami mau minta maaf,” ucap Nia tiba-tiba.Mendengar ucapan tersebut seketika jantung Mira berdebar tak karuan. Ia memiliki trauma dengan kehidupan bertetangga yang membuatnya menjadi berpikiran buruk.“Maaf kalau saya telah melakukan kesalahan. Tolong izinkan saya dan anak-anak tinggal di sini,” Mira mengatupkan kedua tangannya.Para tetangga pun seketika saling pandang, bingung dengan respon Mira. Padahal mereka sama sekali tak m

  • Daging Keong Untuk Tiga Anakku   Bab 57. Bantal Dari Jilbab Yang Dilipat

    Tatapan orang-orang yang mengontrak di sana sedikit aneh. Ternyata yang tinggal di sana bukan hanya para pedagang kecil saja, sekilas jelas terlihat beberapa perempuan berpakaian seksi pun turut menghiasi kursi panjang yang berada di teras salah satu kontrakan.“Ada apa, Bu?” sapa salah seorang wanita berpakaian mini yang sedang memainkan ponsel.“Nah, begini Neng. Lingkungannya agak kumuh lah dibanding kontrakan sekitar sini. Belum lagi orang-orang yang tinggal di sini….” Pemilik kontrakan seolah ragu melanjutkan kalimatnya dan hanya melirik sekilas ke arah para perempuan berpakaian seksi.Mira seketika menghela napas dalam. Dari penampilan para perempuan itu saja sudah jelas terlihat jika mereka bukan perempuan baik-baik. Selain seksi, beberapa dari mereka bahkan menato bagian tubuhnya. Benar-benar sesuatu yang menakutkan untuk dilihat anak-anak. ‘Apa yang harus kulakukan? Kontrakan lain sangat mahal, sedangkan aku masih belum tau apa bisa mendapatkan uang dalam waktu dekat,’ batin

DMCA.com Protection Status