Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 41 - Chapter 50

500 Chapters

BAB 41 - HARUS MEMILIKI BATASAN

Marsha baru saja tiba di mansion. Dia masuk ke dalam kamar, kini sudah pukul tujuh malam. William memang tadi berpesan, jika William akan pulang terlambat. Ingin rasanya Marsha menghubungi William. Bertanya di mana William sekarang, namun dengan cepat Marsha mengurungkan niatnya. Marsha sudah berjanji untuk menjaga jarak dengan William. Dia tidak boleh terlalu dekat William. Diaharus mengingat perkataan William, mereka harus memiliki batasan. Pernikahan ini hanya terikat dengan sebuah kontrak perjanjian. Marsha tidak ingin terjatuh karena bermain pada perasaannya. Terkadang Marsha melihat di internet kabar tentang Raymond. Tapi entah kenapa dia sudah tidak ada perasaan di mana dia mengharapkan Raymond kembali ke Kanada. Marsha memang ingin tahu bagaimana kabar Raymond, tapi ia hanya sebatas hanya ingin tahu. Berkali-kali Marsha meyakinkan diri, jika dirinya hanya mencintai Raymond. Namun semakin dia meyakinkan diri, semakin Marsha menyadari perasaannya pada Raymond mulai menghilang.
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 42 - KEDATANGAN LAURA

Marsha duduk di ranjang, dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Marsha tengah membaca novel kesukaanya. Marsha menyukai novel romance. Hari ini Marsha menikmati weekendnya di rumah. William juga berada di rumah, tapi William berada di ruang kerjanya. Semenjak pertengkaran antara William dan Marsha memang sudah menjaga jarak. Terkadang mereka hanya menyapa, setelah itu mereka melakukan aktivitas mereka. Jika weekend seperti ini, William menghabiskan waktunya di ruang kerja. Sedangkan Marsha, terkadang dia pergi dengan Karin. Tapi terkadang Marsha memilih menghabiskan waktunya di rumah. Dia menyukai membaca novel dan menonton film drama. Suara dering ponsel terdengar, membuat Marsha yang tengah membaca harus mengalihkan pandanganya ke ponselnya yang berada di atas nakas. Dia mengambil ponselnya, lalu menatap ke layar tertera nama Karin. Tanpa menunggu lama, dia langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian, meletakan ke telinganya. "Ya, rin?" j
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 43 - JACOB?

keesokan hari, Marsha sudah bersiap-siap untuk pergi ke kantor. Saat Marsha sudah selesai berias, dia menatap William yang juga sudah selesai mengganti pakaiannya. Namun mata Marsha tertuju pada dasi yang dipakai William kurang rapih. Sangat mengganggu ketika Marsha melihatnya. Tanpa menunggu Marsha melangkah mendekat ke arah William. Dia angsung merapihkan dasi William, sedangkan William hanya terpaku dengan tindakan Marsha yang merapihkan dasinya. Jarak mereka begitu dekat, meskipun tinggi Marsha hanya sebahu William, namun tetap saja William bisa melihat Marsha begitu cekatan saat merapihkan dasinya. "Selesai," Marsha menepuk pelan dada William. "Jika kau ingin meninggalkan kamar, kau harus perhatikan dirimu di cermin. Apa semuanya sudah rapih atau belum. Bagaimana jika kau sudah berangkat bekerja, tapi dasimu masih miring seperti tadi," gerutu Marsha yang membuat William tersenyum. "Aku tadi terburu-buru, jadi tidak memperhatikan ke cermin lagi." jawab William.Marsha mendengus
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 44 - AMARAH WILLIAM

Marsha, Karin dan Jacob sudah tiba disalah satu restoran terdekat dengan Stefano Company. Jacob memesan sirloin steak untuk Marsha dan Karin. Sedangkan dirinya lebih memilih seafood. Tidak lama kemudian, pelayan mengatarkan makanan yang sudah di pesan oleh Jacob. Mereka pun langsung menikmati makanan yang sudah terhidang di atas meja. "Jacob, sekarang kau harus menjawab ku. Kenapa kau ada di Kanada? Dan kenapa kau berada di Stefano Company?" tanya Marsha yang sejak tadi sudah penasaran. "Aku-" "Tunggu Jacob," potong Marsha dengan cepat. Jacob mengerutkan dahinya, dia menatap bingung kenapa Marsha menghentikan ucapan yang bahkan dia belum menyelesaikannya. "Aku minta maaf, aku lupa mengenalkanmu pada sahabatku," kata Marsha dengan senyum lebarnya. Jacob tersenyum, gadis di hadapannya begitu menggemaskan. "Jacob, ini Karin sahabatku. Dia asli orang Indonesia. Dia satu kuliah dengan ku," ucap Marsha yang memperkenalkan Karin."Karin, ini Jacob dia orang yang menemaniku saat dompet
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 45 - JANGAN MEMBUATKU MARAH

William menggeram, tanpa memperdulikan ucapan Marsha. Dia langsung menarik paksa tengkuk leher Marsha. Dia mencium kasar bibir Marsha, Dia menghisap kuat bibir Marsha. Marsha mendorong kuat dada William. Namun, William tidak memperdulikannya. William terus mencium kasar bibir Marsha. Bahkan tangan William meremas dengan kuat gundukan kembar di dada Marsha. Hingga membuat Marsha memekik terkejut.Masrha memukul dada William, memberontak saat William menyentuh dadanya. Tapi tetap saja tenaganya hanya bagaikan kapas. Semakin Marsha berusaha untuk melepaskan diri, William semakin menciumnya dengan kasar. Hingga akhirnya Marsha diam dan membiarkan William mencium bibirnya. "Jangan lagi memancing amarahku Marsha! Menurutlah atau kau akan tahu akbibatnya," geram Wiliam. Tatapannya menatap Marsha, penuh dengan peringatan."Kenapa William? Kenapa kau tidak bertindak adil? Kenapa hanya aku yang harus menurutimu? Jika hanya karena kau menghidupiku dan membiayai seluruh hidupku. Maka mulai detik
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 46 - AKU MERINDUKANMU

William berdiri di depan kamar tamu. Marsha memilih untk mengunci diri di kamar tamu. Ketika William ingin mengetuk pintu, dia memilih untuk mengurungkan niatnya. Percuma saja, dia pasti akan kembali bertengkar dengan Marsha. Lebih baik baginya saat ini, untuk membiarkan Marsha menenangkan dirinya. William memilih melangkah menuju kamarnya, namun tidak lama kemudian terdengar dering ponsel miliknya. Dia mengambil ponselnya dan melihat ke layar tertera nama Alice. William membuang napas kasar, dia baru mengingat jika dirinya memiliki janji untuk bertemu dengan Alice. Jika dia tidak datang, sama saja akan menambah masalah baru. Tidak ada pilihan lain, William langsung menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan. Sebelum kemudian meletakan ke telinganya. "Ya Alice." jawab William saat panggilannya terhubung. "William, kau di mana? Kenapa belum datang?" tanya Alice dari seberang line. "Alice, sepertinya aku tidak bisa datang malam ini." "Tidak! Kau harus datang malam ini! Jika ka
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 47 - KENYATAANNYA DIA TIDAK KEMBALI

Sinar matahari pagi menembus jendela kamar Marsha, perlahan Marsha membuka kedua matanya. Dia mengerjap, lalu mengedarkan pandangan ke setiap sudut kamar. Marsha baru mengingat, dia tertidur di kamar tamu. Marsha mengikat rambutnya asal. Dia beranjak dari ranjang dan melangkah menuju kamar mandi untuk menggosok gigi dan membasuh wajahnya. Marsha melangkah menuju kamarnya dan William. Saat dia masuk, dia sudah tidak melihat William. Marsha memilih untuk segera mandi."Sykurlah dia sudah ke kantor," gumam Marsha ketika William tidak ada di kamar. Setelah Marsha selesai mandi, dan mengganti pakaiannya. Marsha langsung menuju ruang makan. Suasana hatinya masih sangat buruk. Tapi sebisa mungkin, Marsha berusaha untuk melupakan semuanya. Saat tiba di ruang makan, seperti biasa pelayan mengantarkan sandwich tuna dan susu kacang untuknya. "Apa William sudah berangkat ke kantor?" tanya Marsha pada pelayan yang berdiri di hadapannya. "Tuan tidak pulang dari kemarin malam nyonya," jawab pel
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 48 - KARIN'S BIRTHDAY

Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam mansionnya. Hari ini adalah ulang tahun Karin, dia harus segera bersiap-siap. Jika dirinya sampai terlambat, sahabatnya itu pasti akan mencari marah padanya. Marsha mempercepat langkahnya masuk ke dalam kamar. Saat Marsha masuk ke dalam kamar, dia menatap jam dinding di kamar, kini sudah pukul enam sore, dia langsung berisap-siap. Karena pesta ulang tahun Karin pukul sembilan malam. Untunglah William sejak kemarin tidak pulang. Marsha pun tidak menanyakan keberadaan William, untuk apa bertanya dia tidak ingin ikut campur dalam kehidupan pribadi William. Dia terlalu lelah untuk menangisi suatu hal yang tidak seharusnya dia tangisi. Marsha melangkah menuju kamar mandi, dia memilih untuk berendam. Dia melepas pakaiannya dan mulai berendam di jacuzzi. Aroma jasmine dicampur dengan milk membuat tubuhnya lebih rileks dan tenang. Berendam membuatnya setidaknya sedikit melupakan masalahnya. Marsha mulai memejamkan mata sebentar, Saat dia
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 49 - KERIBUTAN

Karin menyenggol lengan Marsha, "Marsha itu bukannya-"Marsha kini menatap yang telah di tunjuk oleh Karin, Karin menunjuk pasangan pria dan wanita itu dengan tatapan mata Karin. Seketika, tubuh Marsha menegang melihat pasangan itu. Terlihat sang wanita memeluk erat pria tampan tampan itu. Dan mereka begitu mesra."Marsha," bisik Karin."Ya, William dengan kekasihnya yang cantik datang," jawab Marsha dingin."B-Bagaimana bisa?" Karin mulai gugup, dia memikirkan bagaimana perasaan sahabatnya. Marsha mengalihkan padangannya, dia mengulas senyuman tipis. "Biarkan saja Karin. Ketika dia telah menemukan kebahagiaanya. Maka aku juga pantas menemukan kebahagianku."Disisi lain, tepat bersebrangan dengan Marsha. William masih belum menyadari Marsha berada di dalam klub malam itu. Wiliam hanya melihat Frans bersama dengan seorang wanita yang dia tidak kenal. William memilih untuk duduk bergabung dengan Frans. "Kau datang bersama Alice?" tukas Frans, dingin. "Ya." jawab William singkat,"Hi
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more

BAB 50 - UNGKAPAN HATI

Marsha turun dari mobil, dia berlari masuk ke dalam mansion. Kali ini sudah cukup kesabarannya, William terlalu ikut campur masalahnya. Sudah jelas bahkan William berciuman dengan wanita lain. Marsha tidak ikut campur dalam masalah pribadi William. Tapi ini hanya Marsha berdansa dengan Jacob, Wiliam sudah menghajar Jacob. Bukan hanya sekedar menghajar tapi hampir membunuh Jacob. Marsha berlari masuk ke dalam kamar, dia tidak memperdulikan teriakan William yang memanggilnya. Tidak hanya diam, William langsung mengejar Marsha ke dalam kamar. Rahangnya mengeras mengingat Marsha berdansa dengan pria lain. Bahkan mereka berpelukan."Marsha berhenti!" bentak William. Dia berhasil menarik kasar tangan Marsha. "Lepaskan aku William!" seru Marsha. Dia berusaha melepaskan cengkraman tangan William. Namun sia-sia, karena Wiliam semakin mencengkram kuat lengannya. "Apa maksudmu ke klub malam dengan pakaian seperti ini Marsha! Dan kenapa kau berani-beraninya berdansa dengan pria itu!" geram Wil
last updateLast Updated : 2024-11-16
Read more
PREV
1
...
34567
...
50
DMCA.com Protection Status