Semua Bab Takdir Perjanjian Pernikahan: Bab 301 - Bab 310

528 Bab

BAB 301 - DISAPPEARED

Sinar matahari pagi menembus jendela. Suara kicauan burung saling bersahutan. Dua wanita yang tengah tertidur pulas dibalik selimut, begitu enggan membuka mata mereka. Dering alarm pagi itu membuat Karin mengumpat dan langsung mematikan alarmnya. Sedangkan Marsha kini mulai membuka matanya, ketika cahaya matahari menyentuh wajahnya. Marsha menguap dan menggeliat dan menatap ke samping Karin masih tertidur pulas."Karin, apa kau tidak ingin bangun? Sejak tadi malam kau tidur pulas sekali." Suara serak khas baru bangun tidur Marsha menyapa sahabatnya itu. Dengan terpaksa Karin membuka matanya. "Aku masih mengantuk, twadi malam kau pulang jam berapa?" "Jam delapan," jawab Marsha. "Kau sudah tertidur pulas. Jadi aku tidak membangunkanmu." "Maaf, aku sangat mengantuk," balas Karin. Kemudian Karin bangun dari tempat tidurnya, dia mengambil ponsel dan menelepon pelayan untuk mengantarkan makanan ke kamarnya. "Aku ingin mandi dulu," kata Marsha. Karin mengangguk. Marsha beranjak dari tem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 302 - SURPRISED

Perlahan Marsha mulai membuka matanya, dia menatap sebuah ruangan putih. Marsha memijat pelipisnya. Marsha mengedarkan pandangannya, keseluruh ruangan. Kening Marsha berkerut dalam melihat ruangan yang sudah tertata dengan bunga mawar dan bunga lily. Marsha beranjak dari ranjang. Dia kembali mengingat alasan dirinya bisa ada di sini. Seketika, saat Marsha berusaha mengingat alasan dirinya ada di sini, wajah Marsha langsung menegang. Ingatan Marsha ketika ada orang yang membekapnya hingga membuat dia tidak sadarkan diri. "Siapa yang membawa aku ke sini," gumam Marsha.Marsha mengatur napasnya, sebisa mungkin Marsha bersikap tenang. Meski terlihat jelas kepanikan dan rasa takut di wajah Marsha. Kemudian, Marsha memberanikan diri melangkah menuju pintu, dia langsung membuka pintu kamar itu. Namun, saat Marsha membuka pintu kamar. Marsha sedikit terkejut karena pintu tidak terkunci. Tanpa menunggu lama, Marsha berjalan keluar. Seketika langkah Marsha terhenti saat melihat sosok pria yan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 303 - SHE IS FINE

"Frans, kenapa kau lama sekali! Aku sudah mengatakan padamu, Marsha hilang dan kau terlihat santai! Bagaimana jika terjadi sesuatu pada sahabatku? Astaga aku pasti dibunuh William!" seru Karin kesal ketika melihat Frans yang baru saja tiba di rumahnya. Padahal sudah sejak tadi, dia menghubungi kekasihnya itu untuk datang. Dan sekarang, Karin menatap wajah Frans yang terlihat begitu santai dan tidak cemas atau pun panik. Frans tidak menjawab, dia mendekat dan langsung mengecup kening Karin. "Jangan marah-marah sayang. Nanti kau akan terlihat lebih tua." Karin mendelik, dia menatap tajam Frans. "Kenapa kau terlihat santai? Aku sudah mengatakan padamu, Marsha hilang! Kenapa kau tidak khawatir?" "Marsha baik-baik saja sayang." Frans memeluk pinggang Karin, memberikan kecupan bertubi-tubi di pipi Karin. "Jangan mencemaskan Marsha. Jika terjadi sesuatu pada Marsha, Wiliam tidak mungkin diam saja." Karin mendorong keras dada Frans. "Kau ini bagaimana! Willliam belum tahu jika Marsha hil
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 304 - NEW HOUSE

William dan Marsha duduk di sofa sambil menonton film. Mereka masih berada di rumah baru yang William beli. Khusus hari ini, William meminta Albert untuk mengurus pekerjaannya. "William, aku rasa aku harus bertemu Karin. Dia pasti mencemaskanku," kata Marsha sembari menyandarkan kepalanya di dada bidang suaminya.William mengeratkan pelukannya. Dia mengecup pucak kepala Marsha. "Tidak perlu, Albert sudah mengurusnya. Termasuk mengambil barang-barangmu."Marsha mendesah pelan. "Hari ini kau menculikku, untuk yang pertama dan terakhir! Jangan lagi menculikku!" "Maaf sayang." William tersenyum, dia membawa tangannya mengusap lembut perut istrinya. "Jika aku tidak melakukan ini, belum tentu kau mau ikut denganku.""Kau ini! Bahkan kau belum mengajakku!" cebik Marsha kesal. "Ini termasuk cara cepat sayang," balas William. "Lagi pula, aku menculik istriku sendiri. Jadi tidak masalah.""Kalau Albert bukan assistant lamamu, sudah pasti aku memecatnya!" tukas Marsha.Sejak awal ketika Mars
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 305 - CAUGHT

Laura menatap lukisannya yang baru saja pelayan pasangkan di dinding kamarnya. Sebuah Lukisan keluarga, yang kemarin dia lukis. Senyum di bibir Laura terukir ketika melihat lukisan itu. Laura selalu membayangkan lukisan itu adalah lukisan dirinya bersama Raymond dan anaknya. Meski Laura tidak pernah tahu, dengan akhir hubungannya dengan Raymond. Namun, setidaknya Laura ingin bermimpi jika hubunganya dan Raymond akan memiliki berakhir bahagia. Setelah memastikan lukisannya terpasang sempurna, Laura duduk di sofa dan mengambil majalah yang terletak di atas meja. Saat Laura membaca majalah itu, dia melihat wajah kakaknya berada di halaman paling depan. Laura selalu bangga pada William, lihat saja sekarang William selalu menduduki posisi teratas. Sebenarnya, tanpa melihat majalah, Laura sudah tahu kakaknya itu memang sangat hebat. Kemudian, Laura membuka setiap lembar halaman. Kini Laura melihat Mario Nicholas ayahnya Marsha juga masuk ke dalam pengusaha yang baru-baru ini menambah caban
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 306 - FIGHT

Raymond menarik dagu Laura, mencium dan melumat lembut bibir wanita itu. Tidak hanya diam, Laura memejamkan matanya membalas pagutan yang diberikan Raymond. "Sialan! Beraninya kau menyentuh adikku!" Suara teriakan William begitu menggelegar saat masuk ke dalam rumah. Tatapannya menajam ke arah Raymond yang berani mencium Laura."K-Kakak?" Laura terkejut ketika melihat William sudah berada di rumah. Tidak hanya itu, Laura juga sungguh malu karena ada Marsha, Karin dan Frans. "William, tenangkan dirimu." Marsha yang berdiri di samping William, menahan tangan William berusaha menenangkan suaminya itu. William melepaskan tangan Marsha yang menahan dirinya. Frans yang menghalangi langkah William, juga tidak berhasil. Karena William langsung mendorong tubuh Frans hingga membuat Frans tersungkur di lantai. William menarik kerah baju Raymond, dia melayangkan pukulan di pelipis dan hidung Raymond berkali-kali. Raymond tersungkur di lantai dengan wajah yang penuh dengan darah. Marsha, Laura
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 307 - PRETENDING

William duduk di tepi ranjang sembari merapihkan rambut istrinya. Beruntung dokter segera datang. Meski dokter mengatakan tidak terjadi sesuatu pada istri dan anaknya, tapi tetap saja William tidak pernah bisa tenang. Jika Marsha sudah merintih kesakitan di perut, William tidak akan pernah bisa untuk tidak mencemaskan anak dan istrinya. "Setelah ini, kau harus lebih banyak beristirahat Marsha. Jika kau ingin berbelanja dan membeli sesuatu, kau bisa meminta Luna untuk membelikannya. Aku tidak ingin kau terlalu lelah," ujar William mengingatkan istrinya itu. Dia tidak ingin terjadi sesuatu pada istri dan anaknya. "Aku tidak apa-apa William," jawab Marsha. "Hanya sakit sedikit saja, lagi pula ini bukan pertama kalinya sakit. Jadi kau tidak perlu cemas." Marsha berusaha mengulas senyuman hangat di wajahnya. Sungguh dia merasa bersalah karena membohongi suaminya. Tapi, jika Masha tidak berpura-pura seperti tadi maka William bisa saja membunuh Raymond. Tidak ada pilihan lain, hanya ini y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 308 - NEED PROOF

Keesokan hari, Marsha sudah lebih dulu bangun. Dia menyiapkan pakaian untuk suaminya. Jika biasanya Marsha sering terlambat bangun, kali ini Marsha bangun jauh lebih awal dari William. Marsha memilih jas berwarna silver dengan arloji yang warnanya senada dengan jas yang dia pilih. Senyum di bibir William terukir, ketika melihat Marsha yang tengah sibuk menyiapkan pakaian untuknya. William melangkah masuk ke dalam walk in closet, dia langsung memakai pakaian yang di siapkan oleh istrinya itu. "William, apa kau malam ini pulang terlambat?" tanya Marsha sembari memakaikan dasi untuk William. "Aku belum tahu apa saja jadwalku hari ini." William mengecup kening Marsha. "Tapi, aku akan usahakan pulang lebih awal.""Yasudah, jangan terlalu pulang larut malam," balas Marsha mengingatkan. "Aku tidak suka tidur sendirian." William menarik dagu Marsha, mencium dan melumat lembut bibir istrinya itu. "Aku juga tidak suka jika tidur sendirian." "Marsha, hari ini kau jangan terlalu lelah. Jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 309 - CHALLENGE

Raymond menyandarkan punggungnya di kursi sembari menyesap wine di tangannya. Beberapa hari ini, meski dirinya terus memikirkan Laura tapi tidak membuat Raymond mengabaikan pekerjan. Kenyataannya, dia mampu membuat perusahaan yang berada di bawah kepemimpinannya kini berkembang pesat.Terdengar suara interkom masuk, membuat Raymond menghentikan lamunannya. Raymond meletakan gelas sloki di atas meja, lalu menekan tombol penerima. "Ya, ada apa?" jawab Raymond saat panggilannya terhubung. "Tuan Raymond, maaf mengganggu anda tapi ada tamu yang ingin bertemu dengan anda," ujar Lydia sang sektretaris dari seberang line. Raymond mengerutkan keningnya. "Siapa yang mencariku? Bukannya hari ini sudah tidak ada lagi yang memiliki janji denganku?""Tuan William Geovan, beliau yang datang menemui anda tuan." "William Geovan?" "Benar tuan." "Persilahkan dia masuk," Raymond menekan tombol untuk mengakhir panggilan.Pandangan Raymond kini teralih ke arah pintu. Menunggu tamu yang sama sekali ti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

BAB 310 - BADMINTON?

Marsha duduk di sofa dengan tatapan menatap bingung William yang terngah bersiap-siap. Marsha tidak percaya dengan apa yang dikatakan William sebelumnya. Suaminya itu akan bermain badminton. Bahkan hari ini William sengaja tidak bekerja hanya untuk bermain badminton. "William, kau yakin bermain badminton hari ini?" tanya Marsha memastikan. Dia masih belum percaya, suaminya memilih bermain badminton dari pada harus berangkat ke kantor. Sedangkan yang Marsha tahu, pekerjaan adalah bagian hidup William. Suaminya itu tidak mungkin meninggalkan pekerjaan hanya karena ingin bermain badminton."Ya, kau juga ikut." William mengambil jaket yang terletak di sofa, lalu memakai jaket itu. "Kau mengajakku?" Marsha mengerutkan keningnya. "Tapi, aku sudah lama tidak bermain badminton. Untuk kegiatan olah raga, biasanya yang hebat itu Karin. Bukan diriku. Aku tidak terlalu hebat bermain badminton. Pasti aku akan kalah darimu."William tersenyum, dia melangkah mendekat ke arah Marsha. Lalu mengusap
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2930313233
...
53
DMCA.com Protection Status