Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 291 - Chapter 300

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 291 - Chapter 300

528 Chapters

BAB 291 - PLANNING

Sinar matahari pagi menembus jendela hingga menyentuh kulit wajah Marsha. Perlahan Marsha mulai menggeliat dan menguap. Marsha membuka matanya, lalu menatap ke jam dinding kini sudah pukul tujuh pagi. Marsha mengalihkan pandangannya ke samping, dia melihat ranjangnya kosong. Sudah lama Marsha tidur sendiri, ini benar-benar menyiksa dirinya. "Tadi malam ternyata hanya mimpi," gumam Marsha. Terlihat jelas raut wajah muram dan kecewa di wajahnya. Marsha menghela napas dalam, dia beranjak dari ranjang dan langsung menuju kamar mandi. Setelah selesai mandi, Marsha mengganti pakaiannya dengan dress sederhana. Perutnya kini sudah nampak membuncit. Marsha sudah tidak lagi memakai dress yang berukuran pas di tubuhnya. Marsha selalu memekai dress yang ukurannya jauh lebih besar, terutama dibagian perut. Marsha melangkah keluar kamar menuju ruang makan. Beruntung di rumah sebesar ini, Marsha masih tinggal dengan Laura. Setidaknya Marsha tidak terlalu merasakan kesepian. Saat Marsha sudah tib
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 292 - NEVER GIVE UP

"Pa, kenapa papa tidak meminta pengacara keluarga kita untuk membantu Celine?" tanya Dahlia cemas. Pasalnya, sejak penangkapan putrinya, Reviano tidak sama sekali membantu putrinya itu. Reviano membiarkan proses hukum berjalan, dan seolah tidak memeperdulikan putrinya itu."Biarkan dia menerima apa yang telah dia lakukan," jawab Reviano dingin. "Pa, kasihan Celine. Mama tahu, Celine bersalah tapi mama tidak mungkin hanya diam jika Celine berada di dalam penjara pa. Mama mohon, lakukan sesuatu untuk putri kita," kata Dahlia dengan tatapan memohon pada suaminya. Terlihat jelas di wajah Reviano yang tetap tidak mempedulikan. Meski istrinya telah memohon padanya, dia terlihat begitu acuh. Bahkan Reviano tidak sama sekali menatap istrinya yang kini sudah mengeluakan air matanya. "Apa yang dilakukan Celine tidak bisa papa toleransi. Meski Celine putri kita, tapi papa ingin membiarkannya mendapatkan hukuman dari apa yang telah dia lakukan. Celine bukan lagi anak kecil, dia bisa membedakan
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 293 - ANXIOUS

William duduk di kursi kebesarannya sembari menyesap wine di tangannya. Tadi malam, dia memutuskan untuk pulang. Meski Marsha tidak tahu, tapi paling tidak dia bisa melihat istrinya. "Tuan," sapa Albert saat melangkah masuk ke dalam ruang kerja William."Ada apa?" tanya William dingin tanpa melihat ke arah Albert. "Maaf tuan, tapi di depan ada Raymond Jefferson ingin bertemu dengan anda," kata Albert hati-hati. "Kau sudah tahu bukan? Aku tidak ingin bertemu dengannya? Kenapa kau masih bertanya?" seru William dengan tatapan tajamnya ke arah Albert. "M-Maaf tuan, tapi Raymond Jefferson mengancam akan membuat masalah jika anda bertemu dengannya." Albert menundukan kepala tidak berani menatap Willam. William membuang napas kasar. "Minta dia masuk, katakan padanya aku tidak memiliki banyak waktu!""Baik tuan," Albert mengangguk patuh, lalu dia mempersilahkan Raymond untuk masuk. Tidak lama kemudian, Raymond melangkah masuk ke dalam ruang kerja Wiliam. Kini Raymond dan William saling
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 294 - FORGIVE ME...

"Bagaimana dengan istriku?" tanya William panik dan cemas saat dokter baru saja memeriksa Marsha. Sejak tadi Wiliam tidak bisa tenang, ketika dokter mulai memeriksa istrinya. Jantungnya terasa berhenti ketika melihat istrinya tidak sadarkan diri. "Maaf tuan, kandungan nyonya sangat lemah. Mohon untuk tidak membebani pikiran nyonya dengan hal berat," jawab dokter itu.William memejamkan mata singkat, mendengar perkataan dokter itu. Jika sampai terjadi sesuatu pada istrinya, dia tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri. "Aku ingin kau setiap hari datang dan memeriksa kondisi istriku," tukas William. "Pastikan tidak terjadi sesuatu pada istri dan anakku." "Baik tuan, kalau begitu sekarang saya permisi." Dokter itu menunduk, lalu undur diri dari hadapan William.William mendekat ke arah Marsha, dia duduk di tepi ranjang. William merapihkan rambut Marsha yang menutupi wajah istrinya itu. William memberikan kecupan diseluruh wajah Marsha. Rasa cemas William sedikit berkurang. Paling t
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 295 - PERMINTAAN MARSHA

Sinar matahari pagi begitu cerah. Suara kicauan burung saling bersahutan. Marsha kini tengah duduk di balkon kamar sembari menikmati udara yang begitu menyejukan. Marsha memejamkan mata sebentar, ketikan hembusan angin menyentuh kulitnya. Hati Marsha masih merasakan terluka. Tidak bisa dibohongi, meski William sudah meminta maaf, tapi perkataan William tidak bisa begitu saja dilupakan olehnya. Marsha berusaha mengerti dengan kemarahan William, hanya saja dia tidak bisa melupakan perkataan yang begitu melukai hatinya. Seketika, muncul sesuatu dipikiran Marsha. Dia membuka matanya dan mengambil ponsel miliknya yang terletak di atas meja. Marsha mencari nomor Karin dikontak list, dia langsung menekan tombol hijau untuk menghubungi sahabatnya itu. "Karin?" sapa Marsha saat paggilannya terhubung. "Ya Marsha? Ada apa?" jawab Karin dari seberang line. "Karin, apa kau ada di rumah?" "Kau ingin ke rumahku? Tentu aku di rumah. Minggu depan kelulusan kita, jadi aku di rumah." "Aku akan men
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 296 - KEMARAHAN VERONICA

William menatap mobil istrinya yang mulai berjalan meninggalkan mansion. William memilih untuk memberikan sedikit waktu untuk Marsha menenangkan diri. Namun, bukan artinya untuk waktu yang lama. William tidak akan pernah bisa jika harus berjauhan lama dengan istrinya. William menyadari kesalahan hingga membuat istrinya menjauh darinya. William berjanji setelah ini, dia tidak akan lagi menyakiti Marsha. Laura menyentuh lengan William menenangkan kakaknya itu. Sejak tadi Laura menemani William ketika mobil Marsha berjalan meninggalkan rumah. Laura memahami Marsha, alasan kenapa Marsha memilih untuk menenangkan diri. Karena memang, terlalu banyak penderitaan Marsha. Terlebih kandungan Marsha saat ini lemah, itu yang membuat Marsha ingin menenangkan diri sebentar. Bagi Laura, dengan menenangkan diri itu jauh lebih baik. Marsha dan William akan sama-sama berpikir kesalahan mereka masing-masing. "Ka, biarkan Marsha menikmati waktunya ka," ujar Laura. "Aku tahu, Marsha tidak ingin memikirk
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 297 - USAHA RAYMOND

Laura menatap lukisannya. Sebuah lukisan yang beberapa bulan lalu sengaja dia buat. Lukisan yang menggambarkan sebuah kebahagiaan keluarga. Laura tersenyum, melihat lukisannya. Dulu Laura selalu memikirkan lukisan ini menggambarkan dirinya bersama dengan Raymond dan anaknya. Terlihat dilukisan itu Laura dan Raymond tengah merasakan kebahahagiaan. Meski Laura tidak pernah tahu, apa mungkin dirinya akan bersatu dengan Raymond? Laura selalu memiliki harapan, dirinya bisa bersatu dengan Raymond. "Lukisanmu sangat indah," Suara bariton memuji lukisan Laura. Hingga membuat Laura yang tengah melamun terkejut mendengar suara itu. Laura membalikan tubuhnya ke sumber suara itu. Seketika tubuh Laura mematung saat menatap Raymond yang kini melangkah mendekat ke arahnya. "R-Raymond?" Dengan cepat Laura beranjak dari tempat duduknya, dia langsung menarik tangan Raymond masuk ke dalam. Laura melihat keluar dan segera mengunci pintu. Laura bernapas lega, melihat tidak pengawal di depan studio luki
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 298 - MENIKMATI WAKTU BERSANTAI

Mobil Marsha mulai memasuki halaman parkir mansion milik Karin. Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam mansion milik sahabatnya itu. Saat Marsha melangkah masuk, dia sudah di sambut oleh Karin yang berdiri di ambang pintu. Karin tersenyum, ketika melihat Marsha datang."Kau diantar sopir?" tanya Karin saat Marsha sudah berada di hadapannya. Marsha mengangguk. "Ya, aku diantar sopir." "Yasudah, kita masuk ke dalam saja. Nanti pelayanku akan membawakan barang-barangmu." Karin memeluk lengan Marsha, membawa sahabatnya itu masuk ke dalam kamar. "Sebenarnya ada apa Marsha? Tidak biasanya kau menginap di tempatku. Sejak kau menikah, kau bahkan tidak pernah menginap di tempatku," ujar Karin yang kini tengah duduk di sofa kamarnya. "Kandunganku lemah, terlalu banyak hal yang membebani pikiranku. Jika aku masih di rumah, aku akan terus memikirkan masalah yang ada. Dan aku tidak ingin membahayakan anakku," jawab Marsha. "Kau masih bertengkar dengan William?" tanya Karin men
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 299 - DIAMOND HEART

"Marsha?" Suara seorang perempuan memanggil nama Marsha, hingga membuat Marsha dan Karin menghentikan langkah mereka. Marsha dan Karin membalikan tubuhn mereka, menatap sosok perempuan yang kini melangkah mendekat ke arah mereka. Kening Marsha berkerut dalam, ketika melihat wanita itu. "Amanda?" "Hi Marsha, kau di sini?" sapa Amanda dengan senyuman di wajahnya. "Ya, aku sedang di rumah temanku," jawab Marsha. Amanda mengangguk. "Kau tidak bersama dengan Laura?" "Tidak, aku hanya sendiri," balas Marsha. "Oh ya, Amanda perkenalan ini Karin sahabatku," ucap Marsha yang memperkenalkan Karin. "Karin, ini Amanda. Teman Laura yang waktu itu mengundangku ke pesta ulang tahunnya," sambung Marsha. Amanda tersenyum. "Senang berkenalan denganmu Karin." "Aku juga senang berkenalan denganmu Amanda," balas Karin. Pandangan Amanda kini kembali menatap Marsha yang berdiri di hadapannya. "Marsha, apa kau memiliki waktu sebentar? Kebetulan kita bertemu, ada hal yang ingin aku katakan padamu."
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more

BAB 300 - DON'T JUST PICK UP

William menyandarkan punggungnya di kursi sembari menyesap wine di tangannya. William memejamkan mata singkat, pikirannya kini terus memikirkan istrinya. Meski William sudah meminta Albert untuk mengawasi Marsha, tapi tetap saja William tidak pernah bisa tenang. William menghidupkan rokok, kemudian dia menghisap kuat rokoknya dan menghembuskan ke udara."Jadi ini yang dilakukan seorang William Geovan, ketika sedang memiliki masalah?" Suara bariton menerobos masuk ke dalam ruang kerja William, hingga membuat William mengalihkan pandangannya, menatap sosok pria yang melangkah menghampirinya. William membuang napas kasar, ketika melihat Frans kini duduk di hadapannya. "Apa yang kau lakukan di sini? Aku sedang tidak ingin diganggu." "CK! Kau ini memang sialan! Kau tidak pernah menyambut sepupumu datang." Frans mengambil botol wine di hadapannya, lalu menuangkan ke gelas sloki kosong. "Apa yang membuatmu merokok? Aku sangat mengenalmu, kau tidak pernah merokok selama ini. Terakhir aku me
last updateLast Updated : 2024-12-07
Read more
PREV
1
...
2829303132
...
53
DMCA.com Protection Status