Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 281 - Chapter 290

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 281 - Chapter 290

528 Chapters

BAB 281 - WILLIAM VS AXEL

"Pagi," William mengancingkan jasnya, dia menatap Marsha yang baru saja membuka mata. Wiliam mendekat dia mengecup kening istrinya. "Pagi, kau sudah bangun? Ini jam berapa?" tanya Marsha dengan suara serak khas baru bangun tidur. Tatapan Marsha menatap tubuh suaminya yang sudah terbalut jas formalnya. "Jam tujuh," jawab William. Dia duduk di tepi ranjang sembari merapihkan rambut istrinya yang menutupi wajah istrinya itu. Marsha menggeser tubuhnya, dia meletakan kepalanya di atas pangkuan William. "Jadi nanti malam kau tidak ikut denganku?""Tidak," William mengusap rambut istrinya. "Tapi, nanti malam aku akan menjemputmu. Aku akan meminta Laura mengirimkan alamat tempat pesta itu." "Baiklah, tapi jangan terlambat menjemputku. Aku tidak mau menunggu lama," Marsha mengerutkan bibirnya, dia tidak suka jika William menjemputnya lama. "Aku tidak akan terlambat," jawab William. "Yasudah aku berangkat sekarang, berikan pesan padaku jika kau sudah berangkat ke pesta itu." William mengec
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 282 - AMANDA'S BIRTHDAY PARTY

Marsha menyentuh sebuah gaun model Helter Top Dress. Gaun berwarna merah ini benar-benar sungguh indah. Tadi pagi Marsha meminta Alana mengirimkan gaun rancangan terbarunya. Marsha kali ini tidak tampil terlalu seksi seperti di pesta pertunangan Gilbert. Marsha tidak ingin berdebat dengan suaminya, karena masalah gaun. Lebih baik Marsha memilih gaun yang sedikit tertutup, namun tidak mengurangi kesan classy dari gaun yang Marsha pilih. Kini Marsha mengganti pakaiannya dengan gaun yang dia pegang itu, lalu memoles wajahnya dengan make up tipis. Marsha membiarkan rambut pirangnya, tergerai dengan indah. Tidak lupa, lipstik warna yang senada dengan gaun yang dia pakai malam ini. Warna merah, membuat penampilan Marsha malam ini sangat cantik. Marsha mengambil tas dan ponselnya, dia mengirim pesan pada William jika dia akan segera berangkat ke pesta itu. Setelah mengirim pesan pada William, Marsha langsung berjalan meninggalkan kamarnya. Saat Marsha sudah tiba di bawah, dia melihat Laur
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 283 - CHAOS

"No, kau sangat cantik. Kau tahu? Aku sangat menyukai wanita hamil. Mereka menunjukan aura kecantikannya dengan tubuhnya yang berisi, dan perutnya yang membuncit," ujar Amanda. "Aku berharap suatu hari nanti, aku bisa diberikan kesempatan untuk mengandung. Karena menjadi seorang ibu adalah impian semua orang."Laura tersenyum. "Suatu saat, kau pasti akan menjadi ibu yang sangat baik. Aku bisa melihat itu dari wajahmu.""Sudah cukup memujiku, lebih baik kita ke dalam. Banyak teman-temanku mereka sejak tadi melihat kalian berdua. Aku yakin mereka ingin berkenalan dengan kalian," ujar Amanda. Kini Amanda membawa Marsha dan Laura berkumpul dengan teman-temanya. Marsha tersenyum canggung, dia tidak bisa dikenalkan dengan banyak orang seperti ini. Biasanya Marsha hanya selalu bersama dengan Karin sejak dulu. Marsha berusaha mengulas senyum hangat, meski Marsha terlihat tidak nyaman berada bersama degan mereka. "Ladies, maaf aku terlambat." Suara seorang perempuan saat memasuki ruangan par
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 284 - DISAPPOINTED

Sepanjang perjalanan, suasana begitu menegangkan. Laura ikut di mobil William, dia tidak diperbolehkan ikut ke dalam mobil Raymond. Marsha melihat ke arah Laura yang duduk di sampingnya, adik iparnya itu terlihat begitu takut. Tangan Laura bergetar ketakutan, bahkan Laura terus menggigit bibir bawahnya untuk menangani rasa takut wanita itu. William duduk di kursi depan, Marsha sangat tahu suaminya kini sangat marah. Malam ini, apa yang dilakukan Celine memang sudah diluar batas. Marsha tidak pernah terpikir, Celine akan mempermalukan Laura. Bahkan apa yang dilakukan Celine dilihat langsung oleh William dan Raymond. Marsha sangat mengenal sifat suaminya itu. Marsha melihat ke arah belakang, mobil suaminya beriringan dengan beberapa mobil pengawal dan juga mobil Raymond. Marsha mengingat wajah Raymond tadi yang terlihat begitu muram. Marsha memahami, Raymond mencemaskan Laura. Tapi disisi lain, Raymond ingin dirinya sendiri yang menghukum Celine. Namun, kenyataannya itu akan sulit ter
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 285 - NEWS ABOUT CELINE

Dua minggu kemudian... Marsha duduk di tepi ranjang, dia menatap nanar layar ponselnya. Sudah dua minggu William tidak pulang. Tidak hanya itu telepon dan pesan darinya juga diabaikan. Marsha hanya mengetahui kabar William dari Albert. Marsha ingin sekali ke kantor William, tapi dia masih tidak berani. Terakhir Marsha mendapat kabar dari Albert, jika William tidak dalam emosi yang baik. Marsha membiarkan sementara William menenangkan diri. Meski itu sangat menyiksa dirinya, tapi Marsha berusaha untuk mengerti. Hari demi hari, Marsha melewati tanpa ada William di sampingnya. Marsha tahu, suaminya sangat kecewa pada dirinya. Terlebih selama ini dirinya yang keras kepala, dan selalu memaksakan kehendak dirinya sendiri. Tidak hanya Marsha yang merasakan hari yang begitu berat, tapi Laura juga merasakan hal yang sama. Laura tidak diperbolehkan keluar rumah. William telah memperketat penjagaan di mansion. Marsha juga tidak bisa dengan mudah keluar rumah. Luna sang assistant, selalu melapo
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 286 - KEDATANGAN AMANDA

William duduk di kursi kebesarannya sembari menyesap wine di tangannya. Sudah dua minggu dirinya tidak bertemu Marsha. Pikirannya tidak bisa berpikir jernih saat ini. Terlalu banyak masalah yang datang belakangan ini. Terlebih kenyataan istrinya menutupi sesuatu darinya."Tuan," sapa Albert menundukan kepalanya saat masuk ke dalam ruangan William. William menaikan sebelah alisnya. "Ada apa?""Saya ingin melaporkan tentang Celine Jefferson tuan," jawab Albert. "Pagi ini sudah ada berita tentang Celine Jefferson yang tengah berada di dalam penjara. Saya yakin, dalam beberapa hari ke depan Jefferson Group akan mengalami penurunan saham." William menyeringai puas, dia menggerakan gelas sloki di tangannya berirama. "Itu pantas mereka dapatkan, aku masih berbaik hati tidak langsung menghancurkannya." "Tapi tuan, beberapa kali Raymond Jefferson, ingin mencoba bertemu dengan anda," ujar Albert. "Jika dia datang ke sini, kau langsung usir dia. Aku tidak mau bertemu dengannya," tukas Willia
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 287 - THE BEST ADVICE

Laura duduk di taman, menikmati suasana taman yang indah. Hembusan angin menyentuh kulit begitu menyejukan. Berada di taman, adalah pilihan terbaik bagi Laura. Pikirannya tidak henti, memikirkan masalah dengan Raymond. Hingga detik ini Laura tidak tahu harus melakukan apa, mengingat ancaman yang diberikan William membuat Laura tidak mampu berkutik. Laura tidak ingin membahayakan perusahaan Raymond, meski Raymond selalu mengatakan dirinya baik-baik saja. Tapi Laura tahu, berhadapan dengan kakaknya adalah hal yang paling tersulit. Terdengar suara dering ponsel membuat Laura menghentikan lamunanya. Laura mengambil ponsel, dia menatap ke layar. Laura terdiam sesaat ketika membaca nama yang tertera di layar itu. Raymond tengah menghubunginya. Hingga kemudian, Laura memilih untuk menggeser tombol hijau untuk menerima panggilan, sebelum kemudian menempelkan di telinganya. "Raymond?" Laura menjawab dengan suara tenang saat panggilan terhubung. "Laura? Apa aku mengganggumu?" tanya Raymond d
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 288 - TRYING TO APOLOGIZE

Mobil Marsha mulai memasuki lobby perusahaan William. Marsha turun dari mobil, dan melangkah masuk ke dalam. Marsha mengatur napasnya saat masuk ke dalam perusahaan William. Kali ini Marsha harus memberanikan diri untuk bertemu dengan suaminya. Setidaknya Marsha sudah berusaha untuk menemui suaminya. Marsha melangkah masuk ke dalam lift pribadi yang sering digunakan William. TingPintu lift terbuka, Marsha melangkah keluar dari lift dan langsung menuju ruang kerja Wiliam. Namun, saat Marsha melangkah dia menatap Albert yang kini mendekat ke arahnya. "Nyonya," sapa Albert menundukan kepalanya ketika berada di hadapan Marsha."Albert? Apa suamiku ada di dalam?" tanya Marsha. "Tuan sedang meeting dengan Tuan Dimitry, nyonya," jawab Albert. "Baiklah, aku akan menunggunya," balas Marsha. "Aku ingin menunggu di ruangan William." "Baik nyonya, silahkan..." Albert mempersilahkan Marsha untuk melanjutkan langkahnya. Marsha melangkah menuju ruang kerja William, ketika Marsha hendak masu
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 289 - HONESTY IS THE BEST POLICY

Marsha turun dari mobil, dia melangkah masuk ke dalam rumah. Matanya masih sembab, hatinya begitu terluka mendengar semua perkataan William. Tapi, sebisa mungkin Marsha menerimanya. Marsha tahu, dirinya sering mengikari janji dan selalu tidak pernah dia tepati. Marsha memang menutupi masalah, karena Marsha tidak ingin William marah. Mengingat William tidak pernah bisa mengendalikan emosinya, itu yang membuat Marsha memilih untuk menutupi masalah darinya. Marsha berusaha melupakan perkataan William, namun kenyataannya tidak bisa. Marsha terus mengingat William mengatakan dirinya mengganggu. Selama ini semarah apa pun Wiliam padanya, suaminya itu tidak pernah mengatakan perkataan kasar. "Marsha?" Luara yang baru saja menurun tangga, dia menatap Marsha masuk ke dalam rumah.Marsha tersenyum lirih, dia berusaha untuk tidak mengeluarkan air matanya. "Laura, aku pikir kau di studio lukis."Laura tidak menjawab perkataan Marsha, pandangan Laura kini menatap wajah yang terlihat sedih. Denga
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more

BAB 290 - IT'S NOT HER FAULT

Hati Laura tidak bisa tenang, pikirannya terus memikirkan Marsha. Bagaimana pun, ini terjadi karena dirinya. Jika saja Laura tidak meminta Marsha untuk merahasiakan dari William, ini tidak akan mungkin terjadi. Kali ini Laura tidak akan membiarkan masalah Marsha semakin larut. Laura tidak bisa membiarkan Marsha kembali menangis. Terlebih beberapa hari ini tubuh Marsha terlihat kurus. Tidak seperti biasanya. Hingga kemudian, Laura mengambil tas dan ponsel, dia melangkah keluar dari kamarnya. Tidak ada pilihan lain, dia harus segera menemui kakakknya itu. Tidak perduli, apa yang terjadi nanti. Setidaknya Laura sudah berusaha yang terbaik. Saat Laura hendak melangkah keluar dari rumah, di ambang pintu sudah berdiri empat pengawal yang menghadang langkah Laura. "Minggir!" tukas Laura dengan tatapan tajam pada pengawal yang berada di hadapannya. "Aku ingin ke kantor kakakku! Kau minggir jangan halangi langkahku!" seru Laura penuh dengan peringatan. "Nona Laura, Tuan William tidak memp
last updateLast Updated : 2024-12-06
Read more
PREV
1
...
2728293031
...
53
DMCA.com Protection Status