Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 221 - Chapter 230

528 Chapters

BAB 221 - KARIN'S HOME

Keesokan hari, Kini Marsha dan Laura sudah berada di rumah Karin. Mereka sudah menyiapkan kejutan untuk menyambut Karin. Kemarin, saat Frans mengatakan hari ini Karin sudah bisa pulang ke rumah. Tentu saja Marsha menyambutnya dengan sangat bahagia. Beruntung Marsha memiliki adik ipar, segala persiapan menyambut Karin di bantu oleh Laura.Marsha juga meminta Chef Andine untuk menyiapkan makanan Indonesia kesukaan Karin. Tidak hanya makanan indonesia, tapi beberapa Italian food dan French cuisine. "Marsha, jadi Karin tinggal sendiri di sini?" tanya Laura yang masih penasaran. "Ya, Karin tinggal sendiri. Orang tuanya tinggal di Indonesia." jawab Marsha. "Aku sudah penataan rumah Karin, terlihat sangat rapih dan indah." Laura sejak tadi menatap setiap sudut rumah Karin. Rumah Karin ini memang tidak terlalu besar, namun penataannya sangat rapih. Di tambah nuansa warna biru laut membuat rumah ini terlihat begitu nyaman."Kau benar. Sejak dulu Karin memang tidak menyukai rumah yang terlal
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 222 - KETOPRAK?

Malam semakin larut, Marsha dan William sudah berada di rumah. Setelah makan malam di rumah Karin, Marsha memilih untuk pulang ke rumah. Tadi pagi orang tua Karin sudah kembali ke Indonesia, itu kenapa Frans sekarang memilih menginap di rumah Karin. Frans masih belum ingin meninggalkan Karin. Marsha menoleh ke arah jam dinding, kini sudah pukul sepuluh malam. Entah kenapa, Marsha belum mengantuk. Marsha duduk di ranjang dengan punggung yang besandar di kepala ranjang. Marsha mengambil novelnya di atas nakas dan memilih membaca novel sambil menunggu rasa kantuknya. Mungkin alasan Marsha tidak bisa tidur karena suaminya kini sedang berada di ruang kerja. Padahal Marsha sudah melarang William untuk bekerja, tapi suaminya itu selalu mengatakan hanya sebentar. Terdengar dering ponsel, Marsha mendesah pelan kenapa malam-malam ada yang menghubunginya. Marsha mengambil ponsel di atas nakas, lalu menatap kelayar. Kening Marsha berkerut dalam, ketika nomor tidak di kenal menghubunginya. Tanpa
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 223 - NGIDAM

Pagi itu cuaca begitu cerah, Marsha baru saja selesai berendam. Marsha melangkah masuk menuju walk in closet dan memilih dress sederhana yang biasa dia pakai ketika di rumah. Seketika senyum di bibir Marsha terukir, mengingat hari ini suaminya berjanji akan memasak ketoprak untuknya. Marsha mengulum senyumannya, suaminya itu pasti akan selalu menuruti dirinya karena sedang hamil. "William," panggil Marsha sedikit keras saat keluar dari walk in closet. "Ada apa Marsha?" William menjawab tanpa menoleh ke arah Marsha. Pandangan William menatap ipad yang berada di tangannya. Marsha mendengus kesal, dia langsung melangkah mendekat dan duduk di samping William. "Kau sudah berjanji akan membuat ketoprak untuk ku William! kau jangan lupa! kau harus membuatnya untuk ku!" "Apa kau sungguh ingin memakan makanan aneh itu? kasihan anak ku Marsha jika harus memakan makanan itu." William meletakan ipadnya di atas meja. Terdengar helaan napas berat William. "Kau yang benar saja! kenapa kau menye
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 224 - EVERYTHING'S GONNA BE ALLRIGHT

Beberapa hari kemudian... Kesehatan Marsha kini sudah lebih pulih. Pagi ini Marsha sudah bersiap-siap menuju kampus. Rasanya sudah lama sekali Marsha tidak datang ke kampus. Dia sangat merindukan suasana kampus. Marsha menatap cermin, memoles make up tipis di wajahnya. Sejak hamil, Marsha sudah tidak lagi memakai heels. Setiap hari Marsha selalu memakai flat shoes. Jika Marsha berani memakai heels, sudah pasti suaminya itu akan marah padanya. Marsha melangkah keluar dari walk in closet, dia menatap William yang sudah rapih dengan pakaian kantor. Marsha berjalan mendekat ke arah William, dan langsung membantu merapihkan dasi William yang tadi terlihat sedikit berantakan. "Hari ini aku akan pulang terlambat, kau tidurlah duluan." William menangkup pipi Marsha, kemudian mengecup bibir istrinya. "Kenapa kau selalu pulang terlambat William!" Marsha mengerutkan bibirnya. Dia tidak suka jika tidur tanpa suaminya. "Sebelumnya pekerjaan ku sudah di tangani oleh Albert. Perusahaan ku masih
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 225 - KABAR TENTANG JACOB

Marsha keluar dari ruang dosen. Beruntung Marsha sudah menyelesaikan beberapa penelitian yang di minta oleh dosennya. Jika tidak, mungkin hari ini Marsha tidak bisa bersantai. Hanya menghitung minggu, dirinya akan segera lulus kuliah. Rasanya waktu berjalan begitu cepat. Dulu saat Marsha pindah ke Kanada, dia tidak pernah menginginkannya. Marsha lebih suka untuk tinggal di Indonsia. Tapi pada saat itu, Marsha memang tidak mungkin menolak keinginan kedua orang tuanya.Kini Marsha duduk di depan ruang dosen. Karin masih ada di dalam bertemu dengan Mr. Gerad. Dan tentu Marsha tidak mungkin meninggalkan sahabatnya itu. Bisa-bisa Karin akan marah karena meninggalkannya. Marsha mengambil novel di dalam tasnya. Membaca novel sambil menunggu Karin.Dengan membaca itu jauh lebih tidak membosankan dari pada hanya diam di depan ruang dosen. Terdengar dering ponsel, Marsha membuang napas kasar. Dia baru saja membaca novel tapi sudah ada yang mengganggunya. Marsha mengambil ponsel di dalam tas. Me
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 226 - PEMBERITAAN MEDIA

Di ruang meeting, William duduk di kursi kebesarannya. Pandangannya menatap Mr. Kim dan Dimitry yang tengah membahas proyek kerja sama. Kali ini William juga mewakili Nicholas Company. William tidak mungkin membiarkan Marsha yang tengah hamil, harus mengambil tanggung jawab perusahaan. “Tuan William, kalau begitu saya rasa proyek kerja sama dengan Nicholas Company bisa segera kita laksanakan.” Dimitry mengambil dokumen di atas meja dan mulai memeriksa dokumen tersebut. “Tuan maaf, saya ingin bertanya untuk memastikan. Jadi apa Nona Marsha Nicholas sudah tidak lagi ikut dalam proyek ini? mengingat terakhir kali Nona Marsha Nicholas ikut meeting dengat kita. Saya juga mendapat informasi jika Nona Nicholas akan mengambil alih Nicholas Company.” “Istri ku sedang hamil,” jawab William. “Kedepannya untuk urusan Nicholas Company menjadi urusan ku. Jika kau membutuhkan sesuatu kau bisa mengatakan pada Albert. Aku tidak ingin istri ku merasa terbebani dengan masalah perusahaan.”“Baik Tuan W
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 227 - MENGAJAK BERLIBUR?

Malam semakin larut, kini Marsha tengah tertidur pulas. Hujan turun begitu deras membuat Marsha terlelap dalam tidurnya. Cuaca yang begitu mendukung, membuat Marsha enggan untuk membuka matanya.William melangkah masuk ke dalam kamar. Dia mendapati istrinya sudah tertidur pulas. William melirik jam dinding sudah pukul sebelas malam. Sebenarnya William ingin berbicara dengan istrinya itu. Tapi tidak mungkin William mengganggu istrinya yang tertidur pulas. William mendekat ke arah ranjang, dia mulai melepaskan dasi dan jasnya. Kemudian menarik selimut menutupi tubuh istrinya. Melihat Marsha yang tertidur pulas seperti ini membuat Willam sedikit meredakan amarahnya. William melangkah menuju kamar mandi, dia ingin langsung membersihkan diri. Suara gemiricik air membuat Marsha mulai membuka matanya. Marsha menggeliat dan menguap. Dia melihat ke sofa sudah ada jas dan dasi suaminya. Marsha beranjak dari ranjangnya, dia mengambil jas dan dasi William dan meletakannya di tempat pakaian koto
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 228 - GIRLS DAY OUT

Kini Marsha dan Karin tengah berada di CF Toronto Eaton Centre. Hari ini mereka tidak terlalu lama bertemu dengan dosen. Karena memang Marsha dan Karin hanya menunggu hari kelulusan mereka. Sesuai dengan janji Marsha pada Laura, hari ini Marsha dan Karin akan menemani Laura berbelanja. "Marsha, dimana Laura?" tanya Karin yang sejak tadi menatap setiap sudut area lobby tapi tidak menemukan Laura. "Laura bilang dia ada di kafe sekitar lobby," jawab Marsha. "Itu Laura," Marsha menunjuk salah satu kafe yang di area lobby. Terlihat Laura memakai dress berwarna kuning."Yasudah, kita ke sana." Karin dan Marsha langsung berjalan menghampiri Laura yang sudah memberi tanda jika dia duduk di ujung jauh dari keramaian. "Hi Marsha, Karin.." sapa Laura saat melihat Marsha dan Karin mendekat ke aarahnya."Laura maaf aku terlambat," balas Marsha. Dia langsung duduk di hadapan Laura. "Aku juga minta maaf karena membuat mu menunggu," sambung Karin. "Tidak, kalian tidak terlambat. Aku juga baru d
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 229 - CEMBURU?

Marsha berjalan keluar dari walk in closet. Dia baru saja mengganti pakaiannya dengan gaun tidur berwarna putih bermotif brenda. Marsha melangkah menuju ranjang, dia duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Menatap ke jam dinding kini sudah pukul delapan malam. Marsha tidak ingin tidur, dia memilih untuk menunggu William pulang. Marsha masih belum tenang karena William mendiamkannya. Marsha mengambil novel di atas nakas dan mulai membaca novel.Sudah sejak tadi William berdiri di ambang pintu. Dia menatap lekat Marsha yang tengah membaca novel. Terkahir Marsha memang mengirimkan pesan padanya, tapi memang William tidak membalas pesan istrinya itu. Hingga kemudian William melangkah masuk ke dalam. Marsha terkejut melihat William melangkah masuk ke dalam kamar. Marsha meletakan novel ke tempat semula. Marsha beranjak dan berjalan menghampiri William. "Kau sudah pulang?" seperti biasa Marsha membantu William membuka jas dan dasi suaminya. "Ya," jawab William s
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 230 - NEED HOLIDAY

Keesokan hari, Marsha sudah terbangun. Kini Marsha menatap cermin memoles moisturizer ke wajahnya. Meski dirinya tengah hamil, Marsha selalu merawat kulitnya agar tetap sehat dan cerah. Hanya saja, Marsha tidak sembarangan memilih produk kecantikan. Marsha selalu memakai dokter kulit khusus untuknya. Bagi Marsha, merawat kecantikan kulit adalah bagian penting dalam hidupnya.William yang baru saja selesai menerima telepon, dia menatap istrinya di depan cermin. William melangkah mendekat ke arah Marsha dan langsung mengecup puncak kepala istrinya. "Hari ini kau tidak ke kampus?" tanya Willliam. "Tidak," Marsha menggeleng pelan. "Aku sudah menyelesaikan penelitian ku. Hanya tinggal menunggu hari kelulusan ku nanti." "Kapan kelulusan mu?" tanya Wiliam lagi. "Bulan depan," jawab Marsha. "Kau harus datang dan membawakan ku hadiah karena aku lulus cepat!" William tersenyum, kemudian menangkup pipi istrinya. Mengecup dengan lembut bibir Marsha. "Aku pasti akan memberikan hadiah untuk mu
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
53
DMCA.com Protection Status