Home / Romansa / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 241 - Chapter 250

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 241 - Chapter 250

528 Chapters

BAB 241 - LAST DAY IN LAS VEGAS

Pagi hari, Marsha yang masih tertidur pulas harus terbangun karena sinar matahari pagi menembus jendela menyentuh wajahnya. Marsha menggeliat dan menguap. Marsha mulai membuka matanya, tangan kanannya mulai ke samping. Namun saat Marsha merasa di sampingnya sudah kosong, dengan cepat Marsha langsung menoleh. Benar saja, William sudah tidak ada. Hari ini memang hari terakhirnya di Las Vegas. Besok Marsha sudah kembali pulang ke Kanada.Marsha mendesah pelan, dia beranjak dan mengikat asal rambutnya. Pandangan Marsha kini menatap sebuah note yang ada di atas nakas. Marsha langsung mengambil note itu dan membacanya. *Aku ada urusan pagi ini. Beberapa client meminta bertemu hari ini. Sarapan mu ada di meja, aku sudah meminta pelayan mengantarkannya ke kamar. Nanti aku akan menghubungi mu. - Your Husband William.*Marsha sudah tidak terkejut mendapatkan note seperti ini. Bahkan ketika mereka berlibur pun, suaminya tetap fokus pada pekerjannya. Masrha memilih untuk langsung ke kamar mandi.
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 242 - SALAH PAHAM

Asian Night Market, tempat yang di pilih Marsha, Laura dan Karin. Sebelumnya Marsha memang pernah mendatangi tempat ini beberapa hari lalu. Tapi hanya sebentar. Itu alasan Marsha ingin lagi datang ke sini. Awalnya William memang tidak menyukai pasar tradisional, dia takut makanan pinggir jalan tidak baik untuk kandungan Marsha. Tapi, karena paksaan Marsha, akhirnya berhasil membuat suaminya itu luluh dan menurut padanya. Seperti biasa, Marsha selalu mengatakan ini adalah keinginan anaknya. Kini William dan Marsha sudah tiba di Asian Night Market. Marsha menatap dengan mata berbinar makanan yang menggodanya. Karin sudah lebih dulu menarik Frans untuk mengelilingi food vendor. Begitu pun dengan Laura yang juga menarik tangan Raymond untuk mengelilingi food vendor. Melihat Laura dan Karin sudah mengelilingi food vendor, Marsha langsung mengulas senyuman manis di wajahnya dan memeluk lengan suaminya mengelilingi food vendor itu. William tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan M
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 243 - SWEET NIGHT

Marsha mendengus tak suka. "Kenapa kau membahas masa lalu William? Kau tahu di antara aku dan Raymond hanya teman masa kecil.""Kau tidak menjawab itu artinya dulu kau sering berkencan dengannya?" William sudah langsung menduga dari pertanyaan yang dia berikan."Kau ingin aku menjawab seperti apa William? Kenapa kau ini membahas masa lalu?" seru Marsha."Jawab saja Marsha!" tukas William. Dia langsung melayangkan tatapan dingin ke arah Marsha.Marsha menghela napas dalam. Padahal William sudah mengetahui tidak ada lagi yang tersisa di antara dirinya dan Raymond. Tapi sekarang masih saja Marsha mendengar pertanyaan itu terlontar dari William. Hingga akhirnya Marsha memilih untuk menjawab pertanyaan William. "Dulu aku dan Raymond pergi ke beberapa tempat. Tapi tidak terlalu sering. Alasannya karena ayah ku terlalu banyak mengawasi ku. Kau sangat tahu Willam, ayah ku tidak pernah memperbolehkan aku bersama dengan Raymond. Aku memang pernah menonton film, ke mall dan ke beberapa pasar tr
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 244 - GOOD BYE LAS VEGAS

Keesokan hari, Marsha tengah bersiap-siap menuju bandara. Pagi ini, dia akan kembali ke Kanada. Liburan kali ini meski pun sangat singkat, tapi benar-benar membuat Marsha sngat senang. Pergi ke Las Vegas saat musim semi adalah hal yang terbaik. Marsha memang menyukai musim semi. Ketika liburan, musim semi merupakan waktu yang tepat untuk berlibur.Marsha melirik jam dinding kini sudah pukul tujuh pagi. Para pelayan sudah membawa barang-barang belanjaannya ke dalam mobil. Marsha menatap meja rias, memastikan semua kosmetik miliknya sudah masuk ke dalam tas. Marsha menatap William yang tengah fokus pada ipad di tangannya, Marsha melangkah mendekat ke arah suaminya itu. "Apa kau masih sibuk?" tanya Marsha saat dirinya sudah berada di hadapan William. William mengalihkan pandangannya dan menatap istrinya. "Kau sudah selesai?" "Ya, aku sudah," jawab Marsha. William beranjak, dia melangkah menuju meja dan mengambil gelas susu coklat yang di buatkan pelayan untuk istrinya. "Kau minum s
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 245 - HOME

Toronto, Kanada. Perjalanan cukup panjang, William dan Marsha sudah tiba di Kanada. Tubuh Marsha terasa begitu lelah. Marsha memeluk lengan William, melangkah keluar menuju mobil yang telah menjemput mereka. Ketika di depan, Frans dan Karin langsung berpamitan saat melihat sopir telah menjemput mereka."Raymond, kau tidak perlu mengantarku. Aku akan pulang bersama kakakku," kata Laura saat dirinya sudah di dekat mobil."Kau yakin?" tanya Raymond memastikan. Laura mengangguk pelan. "Kabari aku kalau kau sudah di rumah." Raymond mengusap lembut rambut Laura, kemudian dia melangkah masuk ke dalam mobil. Marsha menghela napas dalam, dia terus menatap Laura. Ingin sekali dia menjelaskan semuanya. Tapi tidak mungkin Marsha menjelaskan semuanya di sini. William dan Marsha masuk ke dalam mobil. Begitu pun dengan Laura, dia tetap memasang wajah dingin saat memasuki mobil. Sopir mulai melajukan mobil meninggalkan lobby bandara. Tidak lama kemudian, setelah menempuh perjalanan hampir satu j
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 246 - PENJELASAN RAYMOND

Laura menatap ke luar jendela melihat hujan deras tidak juga berhenti sejak pagi tadi. Hal yang membuat Laura menyukai ketika hujan adalah selalu ada pelangi sehabis hujan. Laura menyandarkan kepalanya, dan tatapannya terus menatap keluar jendela. Perasaannya kini tidak dalam suasana yang baik. Setidaknya melihat hujan turun, membuat hatinya jauh lebih tenang. "Apa melamun adalah hal yang kau sukai?" suara bariton terdengar membuat Laura terkejut. Laura mengalihkan pandangannya ke sumber suara itu. "Raymond?" Laura mengerutkan dahinya menatap Raymond yang tengah melangkah mendekat ke arahnya. "Apa aku mengganggu mu?" tanya Raymond, dia langsung duduk di samping Laura. "Kenapa kau ke sini?" tanpa menjawab pertanyaan Raymond, Laura langsung menanyakan tujuan Raymond datang menghampirinya."Aku datang ke sini untuk menjelaskan kesalahpahaman. Aku tidak menyadari jika calon istri ku marah padaku." Raymond tersenyum tipis. "Sudah sejak kemari aku menahan diri untuk datang. Tapi kali i
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 247 - GIFT FOR WILLIAM

Marsha dan Laura melangkah menuruni tangga menuju ruang makan. Setelah menonton film, mereka langsung menuju ruang makan. Perut mereka sudah mulai lapar, di tambah keduanya tengah mengandung. Marsha juga sudah meminta Andine menyiapkan menu Thailand Food. Saat Marsha dan Laura sudah tiba di ruang makan, Marsha menatap berbagai jenis tom yom soup dan seafood lainnya dengan bumbu khusus Thailand. Tanpa menunggu lama, Marsha dan Laura langsung duduk dan menikmati makan mereka. "Marsha, apa hari ini kau akan seharian di rumah?" tanya Laura sembari menikmati makanannya. "Aku tidak tahu," jawab Marsha. "Aku awalnya hanya ingin di rumah, kondisi ku sudah jauh lebih baik. Tapi aku merasakan bosan. Mungkin kalau aku masih bosan, aku akan main ke kantor William." Laura mengangguk, "Aku juga ingin datang ke kantor Raymond, tapi mungkin besok. Aku ingin menghabiskan hari ini di studio lukis." "Tadi Raymond datang bukan? Kenapa kau membiarkannya pulang? Harusnya dia menemanimu saja hari ini m
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 248 - I AM WORRIED ABOUT YOU

"Hi, kita bertemu lagi," suara bariton menyapa membuat langkah kaki Marsha dan Karin terhenti.Marsha dan karin menoleh ke sumber suara itu. Marsha mengerutkan keningnya menatap sosok pria yang menyapa dirinya. Pria itu tersenyum manis ke arah Marsha. Karin menatap bingung pada pria yang berdiri di hadapan dirinya dan Marsha."Marsha, kau mengenalnya?" tanya Karin dengan suara pelan."Tidak," tukas Marsha.Pria itu melangkah mendekat ke arah Marsha, dia menyunggingkan senyuman di wajahnya. "Aku rasa, kau tidak mungkin tidak mengingatku." "Maaf aku harus pergi," Marsha menarik tangan Karin, dan hendak meninggalkan pria itu. Namun langkahnya kembali terhenti ketika pria itu menghadang dirinya. "Hey! Kau minggirlah! Kau menghalangi jalan kami!" seru Karin kesal. "Tuan, lebih baik kau pergi dari hadapanku," tukas Marsha dingin. Pria itu mengedikan bahunya acuh. "Aku hanya ingin menyambut pelangganku dan berkenalan langsung dengan pelangganku." "Maksudmu?" Marsha mengerutkan keningnya
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 249 - RENCANA LAURA

Suara ketukan pintu terdengar membuat Marsha yang masih tertidur pulas harus terganggu karena ketukan pintu. Marsha menggeliat dan mengerjap, Tangan kanan Marsha mengusap ke sampingnya. Ketika Marsha merasakan ranjangnya sudah kosong, Marsha menoleh dan benar saja William sudah tidak ada di ranjang. Marsha mendesah kasar, dia beranjak dan mengikat asal rambutnya. Kemudian berjalan membuka pintu kamar. CeklekPintu terbuka, Marsha kini menatap Laura yang sudah berada di hadapannya. "Morning Marsha, maaf aku mengganggumu di pagi hari seperti ini," ucap Laura. "Morning Laura, tidak apa-apa. Masuklah," balas Marsha dengan suara serak khas baru bangun tidur. "Marsha, aku sudah meminta pelayan membawakan kita sarapan di sini," ujar Laura yang kini sudah duduk di sofa. Marsha mengangguk. "Ya Laura, itu lebih baik. Aku juga sedang malas untuk turun ke bawah."Pandangan Marsha kini teralih menatap note di atas nakas. Marsha sudah yakin itu note dari William. Dengan cepat Marsha langsung m
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more

BAB 250 - RENCANA DI MULAI

Marsha menatap cermin, memoles wajahnya dengan moisturizer. Marsha mengalihkan pandangannya menatap jam dinding kini sudah pukul jam sepuluh malam, tapi William masih belum pulang. Seperti yang di katakan William, malam ini suaminya itu akan pulang terlambat. Marsha ingin sekali langsung tidur, tapi entah dia belum mengantuk. Mungkin ini karena tadi siang dirinya sudah tidur. Itu kenapa di malam hari Marsha belum mengantuk. Marsha berjalan menuju ranjang, dia langsung duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Marsha mengambil ponselnya, sudah lama rasanya Marsah tidak membuka social media. Marsha menatap ke layar, senyum di bibirnya terukir melihat foto masa SMA bersama Karin. Selama ini foto-foto di social media Marsha, hanya foto dengan kedua orang tuanya atau dengan Karin. Karena memang sejal dulu Marsha begitu dekat dengan kedua orang tuanya dan juga Karin sahabatnya. Tanpa Marsha sadari, sejak tadi William sudah berada di ambang pintu menatap Marsha yan
last updateLast Updated : 2024-12-04
Read more
PREV
1
...
2324252627
...
53
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status