Home / Pernikahan / Takdir Perjanjian Pernikahan / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Takdir Perjanjian Pernikahan: Chapter 211 - Chapter 220

528 Chapters

BAB 211 - DREAM COME TRUE

"Aku merindukan mu Karin," kata Marsha lirih. Namun seketika Marsha tersentak, saat merasakan jemari Karin yang berada di genggaman tangannya mulai bergerak. Dengan cepat Marsha menatap wajah Karin."Karin? karin kau mendengar ku? kau pasti mendengar ku Karin? buka mata mu Karin?" suara Marsha berseru. Air matanya terus berlinang membasahi pipinya. Marsha menatap Karin penuh harap.Almira terkejut mendengar Marsha berteriak memanggil nama Karin. Dengan cepat Almira melangkah mendekat ke arah Marsha. "Marsha ada apa?" Almira menatap Marsha yang terus berteriak memanggil nama Karin."Karin.. Karin tadi menggerakan tangannya bibi.." Marsha terus menatap Karin, dia berharap Karin bisa membuka matanya. "Marsha, itu mungkin hanya perasaan mu saja sayang." balas Almira dengan suara parau. Tidak hanya Marsha yang berharap, tapi dirinya juga berharap putrinya itu bisa sadar dan kembali sehat seperti sebelumnya. Hingga kemudian, perlahan Karin mulai membuka matanya. Karin menatap ruangan put
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 212 - BEST FRIEND

Hari ini dokter sudah mengizinkan Marsha untuk pulang. Tentu saja Marsha sangat bahagia mendengar dirinya sudah bisa pulang ke rumah. Rasanya Marsha ingin segera tidur di kamarnya. Sudah sejak beberapa hari lalu Marsha meminta untuk pulang. Karena memang Marsha sudah merasa jauh lebih baik. Hanya saja dokter belum memberikan izin dan William masih ingin Marsha di rawat agar dokter bisa memeriksa keadaan dirinya. Marsha duduk di ranjang dengan punggung yang bersandar di kepala ranjang. Tangan Marsha tengah memegang cheese cake dan red velvet cake. Baru saja perawat melepas infus di tangan Marsha, dengan cepat Marsha langsung meminta pelayan mengambilkan cake untuknya. Rasa mual Marsha busa terobati jika Marsha makan makanan manis seperti cake dan ice ceam. Sebenarnya Marsha ingin makan makanan pedas, tapi Wiliam tidak mengizinkannya. Alasannya karena suaminya itu takut Marsha sakit perut. Padahal, Marsha sudah terbiasa dengan masakan pedas sejak kecil. "Nyonya, saya sudah selesai mer
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 213 - WELCOME HOME

Laura menatap Chef Andine yang tengah menata makanan di atas meja. Hari ini Laura tahu Marsha sudah di perbolehkan pulang. Laura sengaja tidak menjemput karena menyiapkan beberapa menu makanan Indonesia untuk Marsha. Tidak hanya masakan Indonesia, tapi hidangan asal Italy dan French juga Laura siapkan untuk William dan Raymond. Karena memang Laura tahu, William tidak menyukai makanan Indonesia yang terkenal pedas itu. Hanya beberapa menu masakan Indonesia yang disukai William. Sedangkan Raymond, Laura sudah mengetahui jika Raymond menyukai French cuisine."Nona Laura, apa nona ada ingin memesan tambahan menu? jika ada saya akan menyiapkannya." tanya Andine yang baru saja selesai menghidangkan makanan di atas meja."Tidak, aku rasa ini sudah cukup." jawab Laura. "Baiklah, kalau begitu saya permisi." Andine menunduk, lalu undur diri dari hadapan Laura. Tanpa Laura sadari, Raymond sudah berdiri di depan pintu dan terus menatap dirinya. Raymond tersenyum melihat tubuh Laura kini mulai t
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 214 - PERFECT WIFE

Raymond melangkah masuk ke dalam ruang kerja William, dia langsung duduk di hadapan William dengan menyilangkan kakinya. Kini William dan Raymond saling melemparkan tatapan tajam satu sama lain.Raymond mengambil botol wine di atas meja dan menuangkan ke gelas sloki di hadapannya, "Apa yang aku ingin bicarakan pada ku?""Besok kau bertemu dengan orang tua ku bukan? apa yang membuat mu yakin orang tua ku menerima mu?" William mengambil gelas sloki yang sudah terisi wine dan mulai menyesapnya. Raymond menyandarkan punggungnya dikursi dan menatap lekat William yang duduk di hadapannya. "Aku rasa aku bisa menangani ini semua. Aku memiliki kepercayaan diri yang cukup tinggi. Kau tidak perlu cemas." "Kalau begitu aku akan melihat mu besok," William tersenyum sinis. "Dan kau juga belum membuat adik ku menyukai mu bukan?" "Memangnya kau bisa tahu apa yang ada di hati adik mu?" balas Raymond tak mau kalah. William menggerakan gelas sloki berirama, pandangannya tetap menatap lekat Raymond.
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 215 - ABOUT FUTURE

Pagi itu, cuaca begitu cerah. Kini Laura tengah menatap ke cermin. Laura memoles make up tipis di wajahnya. Dengan balutan dress berwarna tosca membuat Laura terlihat sangat cantik. Kandungan Laura kini sudah memasuki enam belas minggu. Perut Laura sudah terlihat membuncit. Bahkan berat badan Laura sudah bertambah beberapa kilogram. Tapi Laura tidak perduli dengan beratnya yang bertambah. Bagi Laura kesehatan bayi yang ada di kandungannya jauh lebih penting.Laura mengatur napasnya, berusaha menenangkan dirinya. Hari ini dia akan bertemu dengan kedua orang tuanya. Setidaknya dia akan berusaha, meyakinkan kedua orang tuanya jika Raymond adalah pria yang tepat dihidupnya. Suara dering ponsel terdengar, Laura mengambil ponselnya yang berada di atas meja rias. Senyum di bibir Laura terukir saat dirinya menatap ke layar da tertera nama Raymond mengirimkan pesan. Dengan cepat Laura langsung membuka pesan dari Raymond.*Aku sudah di depan rumah, kau bisa keluar sekarang - Raymond*Laura kem
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 216 - MEET GEOVAN FAMILY

Laura dan Raymond turun dari mobil. Ini pertama kalinya Raymond mendatangi rumah keluarga Laura. Dulu saat Raymond ingin menemui kedua orang tua Laura, dengan tegas Lukas menolaknya. Kini Raymond menggenggam tangan Laura masuk ke dalam rumah. Para penjaga langsung memberikan jalan ketika melihat Laura datang. Laura terlihat begitu gugup, dia melirik ke arah Raymond yang terlihat begitu tenang. Sangat berbeda dengan dirinya. Raymond semakin menggenggam erat tangan Laura, ketika merasakan tangan Laura dingin dan sedikit gemetar. "Aku di samping mu Laura, jangan takut." kata Raymond dengan suara pelan. Dia tahu wanita di sampingnya ini sangat cemas. Luara berusaha mengatur napasnya, jujur saja saat ini dia memang sangat takut. "Aku sudah lama tidak pulang. Aku juga lama tidak melihat kedua orang tua ku." Raymond mengalihkan pandangannya, lalu menatap lekat Laura. "Kita akan menghadapi ini bersama." Laura mengangguk pelan, kemudian mereka melanjutkan lagi langkahnya masuk ke dalam ru
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 217 - APPROVAL

"Sama seperti Raymond, aku juga pernah mengalami kegagalan. Meski saat itu tidak mengakibatkan kerugian besar di perusahaan. Tapi bagi ku, itu sungguh memalukan. Dan aku tidak pernah mengulangi itu. Aku belajar dari apa yang telah aku lakukan di masa lalu. Dan aku tidak akan pernah mungkin melakukan kesalahan itu untuk kedua kalinya." lanjut William dengan tegas.Seketika, semua orang terdiam saat William mengatakan hal ini. Terutama Laura dan Marsha, wajah mereka begitu terkejut saat William melakukan pembelaan. Marsha menatap suaminya tidak percaya. Begitu pun dengan Laura, rasanya Laura tidak percaya dengan apa yang dia baru saja dengar ini. Bagaimana mungkin William yang terkenal arrogant dan dingin mau membela Raymond.Lukas menatap putranya yang kini melangkah mendekat ke arahnya. Kemudian Willam duduk di hadapan Lukas dan Marsha juga duduk tepat di samping suaminya. "Kenapa kau begitu yakin pada pria ini William?" Lukas bertanya terdengar begitu dingin. Tatapannya menatap leka
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 218 - KAKAK TERBAIK

Marsha melangkah masuk ke dalam kamar William bersama dengan Laura. Dia menatap setiap sudut kamar milik suaminya, yang bernuansa grey. Kamar William cukup besar, tapi kamar ini tidak jauh lebih besar dengan kamarnya dengan William di rumah mereka. Pandangan Marsha kini menoleh ke dinding, senyum di bibirnya terukir saat melihat foto pernikahannya dengan William terpajang didinding kamar William. Bahkan di atas meja, penuh dengan koleksi foto berdua William dan Marsha. "Kau pasti tidak menyangka banyak foto mu dan kakak ku di sini bukan?" Laura sudah menebak raut wajah Marsha yang terlihat begitu terkejut, ketika melihat fotonya dan William sudah terpasang di kamar William.Marsha menoleh dan melihat ke arah Laura, "Ini semua kau yang meletakan atau Mama Veronica yang meletakan?" "Bukan kami," Luara menggelengkan kepalanya. "Semua ini permintaan kakak ku. Memang awalnya ada beberapa foto yang di letakan mama di kamar kakak ku. Tapi kemudian kakak ku mengirimkan banyak foto kalian be
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 219 - YOUR ARE MY PRIORITY

Marsha mendongakan wajahnya dari dalam pelukan William, lalu menatap lekat wajah suaminya itu. "Kenapa foto kita di sini sangat banyak?""Bukankah sudah seharusnya foto kita terpanjang di kamar ku?" William mengelus lembut pipi istrinya.Marsha tersenyum, "Kalau begitu nanti di kamar ku, aku akan meminta Mama Clara meletakan foto kita. Seingat ku hanya foto pernikahan kita saja yang ada di kamar ku. Aku belum memberikan foto bulan madu kita saat di Turkey dan foto kita saat di Berlin waktu itu." "Tidak perlu, beberapa hari lalu aku sudah meminta Albert meletakan semua foto kita bersama di kamar mu." jawab William."Eh? kau sudah meminta Albert meletakan foto kita di kamar ku?" Marsha sedikit terkejut, suaminya sudah lebih dulu meminta Albert meletakan foto mereka di kamarnya. William mengangguk singkat, kemudian dia membawa Marsha untuk duduk di ranjang. "Aku akan meminta pelayan membawakan mu buah dan yoghurt." "Tapi aku belum ingin makan apa pun William," jawab Marsha. Dia sudah
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more

BAB 220 - FORGET THE PAST

Laura berjalan menghampiri Raymond yang duduk di balkon. Raymond menoleh dan tersenyum ketika melihat Laura berjalan menghampirinya. Kemudian Laura duduk tepat di samping Raymond. "Apa kakak ku tadi mengatakan sesuatu yang buruk pada mu?" meski Laura tahu William sudah membela Raymond, tapi tetap saja Laura yakin kakaknya itu akan tetap mengatakan sesuatu yang bisa melukai hati Raymond. Raymond tersenyum tipis, "Aku sudah menganggap perkataan William pada ku adalah perkataan yang manis. Jadi jangan khawatir, aku sudah terbiasa dengan perkataan kakak mu." "Kau benar. Kakak ku memang berbeda dari yang lainnya." Laura mengulum senyumannya, "Dan aku yakin, dia hanya bisa bersikap lembut pada istrinya." "Setidaknya William masih bersikap lembut. Meski hanya dengan Marsha," Raymond tersenyum kembali, pandangannya menatap langit yang begitu cerah. "Hem.. Raymond, bolehkah aku bertanya dengan mu?" Laura menatap lekat Raymond. Raymond mengalihkan pandangannya, lalu melihat ke arah Laura.
last updateLast Updated : 2024-12-03
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
53
DMCA.com Protection Status