Semua Bab Jerat Pesona Pengacara Tampan: Bab 121 - Bab 130

147 Bab

Bab 121 – You’re Mine 

“Berikan dirimu sepenuhnya, Selena. Aku ingin memilikimu seutuhnya.” Samuel berbisik tepat di depan bibir Selena. Tatapan pria itu begitu mendamba menatap Selena. Tangannya tak henti memberikan remasan di dada Selena, membuat Selena meloloskan desahan merdu. “S-Samuel … a-aku—” Selena menggigit bibir bawahnya kuat-kuat menahan erangannya. Tangan pria itu tak henti menjelajah seluruh inchi tubuhnnya. Sungguh, sentuhan Samuel membuat darah Selena mendidih. Organ dalam tubuhnya bergejolak tak menentu. “Please, jangan menolakku, Selena.” Samuel menatap bibir Selena yang bengkak akibat kuluman liarnya. Dia begitu buas mencium bibir Selena layaknya singa yang lapar. “S-Samuel … t-tapi a-aku … ah—” Selena sedikit berteriak kala Samuel merobek dress tepat di bagian dadanya. Rupanya Samuel tak lagi mampu bisa menahan diri. Ukuran dada Selena yang menantang tak bisa Samuel abaikan. Dia wajib mencicipi setiap jengkal keindahan tubuh Selena. Kulit mulus kayaknya bayi baru lahir itu membuat Sa
Baca selengkapnya

Bab 122 – You’re Mine II 

Pelupuk mata Selena bergerak. Mengerjap beberapa kali. Perlahan Selena mulai membuka matanya. Ringisan perih lolos di bibir Selena kala tubuhnya sedikit bergerak. Inti tubuh bagian bawah Selena begitu nyeri kesakitan. Tubuhnya terasa remuk. Bahkan rasanya Selena sulit untuk bergerak. Beberapa detik, Selena masih terdiam. Membiarkan rasa sakit itu membaik dengan sendirinya. Meski tak langsung tapi sudah sedikit membaik. Tatapan Selena mulai menoleh ke samping—tampak embusan napas Selena terdengar. Ternyata Samuel tidak ada di sampingnya. Kemudian, Selena mengendarkan pandangannya ke sekitar kamar. Waktu masih tengah malam. Harusnya Samuel ada di sampingnya. Tapi kenyataan yang didapat, Samuel tak ada di sampingnya. Hingga kemudian, tanpa disengaja tatapan Selena menangkap punggung kekar Samuel berdiri di balkon. Senyuman di wajah Selena terlukis. Rupanya Samuel tengah berdiri di balkon kamar. Pria itu hanya memakai celana panjang dan bertelanjang dada. Otot-otot Samuel membentuk di p
Baca selengkapnya

Bab 123 – Oliver's Disastrous Question

Aroma pasta carbonara yang baru saja matang menyeruak ke indra penciuman Selena. Perlahan Selena membuka matanya. Wanita itu menggeliat dan menguap. Ringisan perih terdengar di bibir Selena kala merasakan tubuh bagian bawahnya terasa perih. Dan ketika Selena sudah membuka mata—senyuman di wajahnya terlukis melihat Samuel duduk di hadapannya seraya memegang piring yang berisikan pasta carbonara. “Good moning.” Samuel mencium bibir Selena singkat. “Morning. Maaf aku terlambat bangun,” jawab Selena seraya mengulas senyuman di wajahnya. Tubuh wanita itu masih polos tanpa sehelai benang pun menempel. Hanya selimut tebal yang membantu menutupi tubuh wanita itu. “Jangan meminta maaf. Kau pasti lelah.” Samuel kembali mencium bibir Selena gemas. Selena mendengkus. “Jelas saja aku lelah. Siapa yang membuatku lelah, hm?” “Tubuhmu terlalu indah untuk disia-siakan,” bisik Samuel serak di depan bibir Selena. Selena mendecakan lidahnya sebal. Sungguh, dia tak habis pikir dengan Samuel. Tadi ma
Baca selengkapnya

Bab 124 – You’re My Everything 

“Papa … apa Papa dan Mama sudah selesai membuat adik untukku? Kenapa lama sekali? Sampai sekarang tidak muncul-muncul.” Oliver berucap tanpa dosa dan begitu polos sontak membuat semua orang terkejut. Tampak William menatap Samuel dan Selena bergantian. Tatapan yang tajam dan penuh peringatan. Sorot mata William bak laser yang siap menembak. Sedangkan Selena? Jelas Selena nyaris pingsan mendengar pertanyaan Oliver. Bahkan kaki Selena rasanya tak sanggup untuk berdiri. Tatapan sang ayah padanya membuat jantung Selena seakan ingin berhenti berdetak. Selena mengatur napasnya. Berusaha mengatasi rasa cemas dan takut yang melandanya dirinya. Buru-buru Selena memasang wajah yang seolah tak mengerti dengan apa yang diucapkan oleh Oliver. Namun kala Selena baru saja hendak berucap, Samuel menggendong Oliver. Pria itu nampaknya mengambil alih situasi tegang ini. “Boy, nanti kau akan memiliki adik. Tunggulah.” Samuel mengecupi pipi bulat Oliver. Jika Selena panik dan ketakutan mendapatkan tat
Baca selengkapnya

Bab 125 – Stalker

Selena menatap Oliver yang tertidur pulas dalam pelukannya. Putra kecilnya itu seharian ini sibuk dengan belajar dan bermain. Sekarang setelah banyak aktivitas, putra kecilnya itu langsung tertiur dalam pelukannya. Sungguh, setiap kali Selena melihat Oliver seperti dirinya melihat Samuel. Wajah Samuel dan Oliver memang bagaikan pinang di belah dua. “Kau mirip sekali seperti Papa, Nak,” bisik Selena seraya mengecupi pipi bulat Oliver. Mengusap rambut putranya. Beberapa kali Selena menciumi seluruh wajah Oliver. Hal yang paling Selena sukai adalah aroma napas Oliver. Harum seperti bayi yang baru lahir. “Hidungmu mancung seperti Papa. Rambutmu juga seperti Papa. Kenapa semuanya mirip Papa, hm? Harusnya kau lebih banyak mirip Mama.” Selena bergumam pelan seraya mengusap punggung Oliver. “Oliver memang wajib miripku.” Suara berat Samuel melangkah memasuki kamar Oliver. Tampak tatapan Samuel menatap hangat Selena yang memeluk Oliver. Entah tiap kali dirinya melihat Selena memeluk Oliver
Baca selengkapnya

Bab 126 – The Most Beautiful Words 

Mobil Samuel meluncur dengan kecepatan di atas rata-rata membelah kota London. Tampak Oliver yang duduk di kursi belakang selalu berceloteh mengajak bicara Selena yang duduk di kursi depan. Ya, sepanjang perjalanan memang Oliver selalu menceritakan tentang aktivitasnya. Baik itu aktivias belajar ataupun bermain. Padahal Samuel dan Selena sering mengawasi putranya itu tapi tetap saja putranya itu akan selalu bercerita. “Papa,” panggil Oliver seraya menatap Samuel yang duduk di kursi pengemudi. “Ada apa, Boy?” tanya Samuel sambil melirik kaca spionnya sekilas. “Pa, apa Grandpa Kelton juga pengacara seperti Papa?” tanya Oliver polos ingin tahu. “Tidak, Boy. Grandpa Kelton sama seperti Grandpa William yang memiliki perusahaan sendiri,” jawab Samuel memberitahu. Oliver menganguk-anggukan kepalanya. “Tapi kalau aku ingin menjadi pengacara seperti Papa. Bolehkan, Pa?” “Of course, Boy. Aku akan mengajarimu cara menjadi pengacara yang hebat,” jawab Samuel dengan senyuman di wajahnya. Se
Baca selengkapnya

Bab 127 – The Strategy That Has Devised

“Grandma … Grandma cantik sekali seperti Grandma Marsha.” Oliver berucap dengan nada polos seraya menerima suapan pudding cokelat dari Jillian. “Grandpa juga tampan seperti Grandpa William.” Oliver melanjutkan ucapannya. Ya, kini bocah laki-laki itu tengah berada di kamar masa kecil Samuel. Kamar nuansa navy dengan mainan yang super lengkap. Tentu Oliver berada di kamar itu bersama dengan Jillian dan Kelton. “Benarkah itu, Sayang? Grandma dan Grandpa sudah tua. Apa kami masih tampan dan cantik?” jawab Jillian hangat dan menatap Oliver penuh dengan tatapan kasih sayang. Oliver mengangguk yakin. “Iya, Grandma. Grandma sangat cantik. Grandpa juga sangat tampan.” Jillian dan Kelton tersenyum kala mendengar ucapan polos Oliver. “Malam ini Oliver menginap di sini saja ya, Sayang. Oliver mau kan?” tanya Jillian tersirat membujuk Oliver. “Aku mau Grandma tapi Papa dan Mama mengizinkanku menginap di sini atau tidak?” jawab Oliver sambil memiringkan kepalanya. Pipi Oliver bulat seperti tom
Baca selengkapnya

Bab 128 – Hot Desire

“Samuel, kau sudah menghubungi ayahku kalau malam ini kita tidak pulang?” Selena bertanya kala Samuel baru saja masuk ke dalam kamar. Sejak tadi Selena dilanda kecemasan. Pasalnya dia takut kalau ayahnya murka karena dirinya tidak pulang. Sungguh, di usia yang hampir 30 tahun ini, Selena kerap diperilakukan layaknya seorang anak kecil yang wajib pada aturan ketat keluarga. Tak memungkiri Selena pun jengah akan aturan-aturan itu. Ingin sekali Selena melawan tapi sekarang ini hubungan Selena dengan keluarganya baru saja membaik. Itu yang membuat Selena memilih untuk tak membantah keluarganya. “Sudah, aku sudah menghubungi ayahmu.” Samuel duduk di ranjang tepat di samping Selena. Lantas pria itu memberikan kecupan lembut di bibir Selena seraya membelai pipi putih nan mulus Selena. Sesaat, Samuel mengulas senyuman samar di wajahnya melihat wajah Selena yang begitu cemas dan panik. Terlihat sangat menggemaskan di mata Samuel. “Apa yang ayahku katakan padamu? Apa dia marah?” tanya Sele
Baca selengkapnya

Bab 129 – Real Confidence

Suara dering ponsel terdengar membuat Selena yang tengah tertidur pulas langsung terbangun. Perlahan Selena mengerjap beberapa kali. Lantas Selena mengambil ponselnya yang ada di atas nakas dan langsung menjawab panggilan itu tanpa melihat ke layar siapa yang menghubunginya. “Halo?” jawab Selena dengan suara serak khas baru bangun tdiur kala panggilan terhubung. “Selamat pagi, Nona Selena. Maaf mengganggu Anda,” ujar seorang wanita dari seberang sana yang suaranya begitu familiar. Selena mendesah panjang. Tanpa harus melihat ke layar, dia sudah tahu kalau yang menghubunginya itu adalah Jenia—asistennya. Sebelum menjawab panggilan itu, Selena melirik jam dinding—waktu menunjukan pukul tujuh pagi. Jika sepagi ini asistennya sudah menghubunginya artinya memang ada hal yang penting. “Ada apa, Jenia?” tanya Selena langsung tanpa basa-basi. “Begini, Nona. Ada salah satu perusahaan asal Los Angeles ingin membangun cabang perusahaan di London. Mereka menggunakan jasa Nicholas Design Inte
Baca selengkapnya

Bab 130 – You’re My Priority

“Grandpa … Grandma … Papa dan Mama di mana? Kenapa mereka tidak turun dari kamar? Tadi pagi aku sudah sarapan sendiri tanpa mereka.” Oliver berucap dengan nada yang kesal seraya melipat tangan di depan dada. Bibirnya mengerut, cemberut memprotes. Pagi ini Oliver hanya sarapan bersama dengan Kelton dan Jillian. Itu yang membuat Oliver sebal. “Sabar, Boy. Tadi Grandpa lihat Papa-mu sedang sibuk di ruang kerjanya. Nanti pasti dia akan turun.” Kelton membelai pipi bulat Oliver sambil mengecupi cucunya itu. Pun Jillian melakukan hal yang sama. Jillian memeluk erat Oliver. Tampak Kelton dan Jillian begitu menyayangi Oliver. Tak tanggung-tanggung hanya dalam satu malam, Kelton membelanjakan mainan untuk Oliver dengan nominal yang fantastis. Hal itu yang membuat Oliver bermain sepanjang hari. Bocah laki-laki itu sangat dimanjakan oleh Kelton dan Jillian. Wajar saja karena sejak dulu Kelton dan Jillian sudah lama menunggu cucu dari Samuel. Bahkan mereka tak pernah mengira memiliki cucu dari
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status