Semua Bab Jerat Pesona Pengacara Tampan: Bab 101 - Bab 110

147 Bab

Bab 101. Get Rid of Ego 

Samuel berdiri di taman belakang kediaman Keluarga Geovan. Hingga detik ini Samuel belum juga pulang. Bukan tanpa alasan tapi Samuel belum bisa kembali kalau Selena dan Oliver masih berada di sini. Tampak sorot mata Samuel menatap lurus ke depan. Sebenarnya bisa saja Samuel pergi membawa Selena dan Oliver paksa. Akan tetapi Samuel tak mau membuat keributan. Lagi pula Samuel yakin ayah dan kakak Selena itu tak mungkin bisa mengusirnya di malam hari seperti ini, karena jika dirinya tak ada; maka Oliver akan mencarinya. “Kau di sini rupanya?” Dominic melangkah mendekat pada Samuel. Sebelumnya Dominic telah tahu dari pelayan kalau Samuel masih berada di rumah keluarganya. Samuel mengalihkan pandangannya, menatap dingin Dominic. Sorot mata tegas begitu terlihat jelas. “Kau ingin memukulku sepeti apa yang dilakukan kakak dan ayahmu?” tanyanya dingin dan aura wajah tak memiliki keramahan. Senyuman samar di wajah Dominic terlukis. “Kalau aku mau memukulmu sudah sejak saat di New York aku l
Baca selengkapnya

Bab 102. Get Rid of Ego II

“Selena.” Suara semua orang berseru kala melihat Selena jatuh pingsan di dalam dekapan Samuel. Tampak semua orang di sana panik. Dengan cepat William dan Sean segera berebut mengambil alih Selena yang ada di dekapan Samuel.“Berikan padaku. Biar aku yang menggendong adikku,” seru Sean seraya menatap dingin Samuel. “Berikan putriku.” William hendak mengambil Selena dari dekapan Samuel. Namun sayangnya Samuel menghalangi William dan Sean yang ingin mengambil alih Selena dari dekapannya. “Biar aku yang menggendong Selena,” jawab Samuel tegas dan penuh penekanan. “Apa-apaan kalian ini! Kalian ingin membunuh putriku! Kenapa kalian bertengkar hanya karena masalah menggendong putriku!” bentak Marsha yang tak habis pikir dengan William, Sean, dan Samuel. Dominic mengembuskan napas jengah melihat perdebatan ini. Detik selanjutnya, Dominic bergerak maju, lalu pria itu mengambil paksa Selena dari dekapan Samuel. Kini Dominic melangkah membawa Selena masuk ke dalam meninggalkan taman itu. Di
Baca selengkapnya

Bab 103. Grandpa? Is That You?

Waktu menunjukan pukul sembilan malam. Marsha baru saja kembali dari kamar Oliver memeriksa cucunya itu telah tertidur lelap. Ya, Selena tengah sakit. Sedangkan Samuel menjaga Selena. Itu kenapa Marsha memeriksa cucunya. Beruntung tadi Oliver tidak rewel. Sungguh, Marsha beruntung memiliki cucu yang sangat cerdas. Hanya diberikan pengertian sedikit kalau Selena sedang sakit; maka Oliver langsung patuh. Saat Marsha membaringkan tubuhnya di ranjang. Tatapan Marsha teralih pada William yang baru saja keluar dari kamar mandi. Berapa detik Marsha menatap kesal suaminya itu. “Kenapa kau tidak menemaniku melihat Oliver? Kau ini bagaimana, William! Usiamu sudah tua kenapa kau masih tetap saja keras. Oliver itu cucu kita. Darahmu mengalir di tubuhnya. Kau selalu mendiamkannya. Bersikap acuh padanya. Apa kau tidak memikirkan bagaimana tumbuh kembangnya nanti? Kalau dia dewasa nanti dan mengerti kalau kau membeda-bedakannya dengan yang lain, kau sama saja meninggalkan luka di hati Oliver. Dia
Baca selengkapnya

Bab 104. Grandpa Loves Me

Pelupuk mata Selena bergerak. Perlahan Selena mulai membuka kedua matanya. Pun Selena merasakan cahaya matahari menyentuh wajahnya. Wanita itu menyipitkan mata sebentar. Lalu mengendarkan pandangannya ke sekitar. Hingga kemudian, tatapan Selena menangkap Samuel yang tertidur pulas di sampingnya. Terdiam. Selena terdiam melihat Samuel yang tertidur di sampingnya. Seketika, ingatan Selena mulai mengingat kemarin dirinya pingsan. Bahkan sepanjang hari, Samuel yang menjaga dan merawatnya. Selena tak henti menatap Samuel yang terlelap. Dari dalam lubuk hatinya, dia tak tega karena Samuel menjaganya sepanjang malam. Jujur, sampai detik ini Selena tak menyangka akan ada di mana Samuel menemui keluarganya. Padahal dulu, benak Selena hanya memikirkan dirinya hidup berdua dengan Oliver tanpa ada yang menggangunya. Akan tetapi apa yang direncanakan terkadang tak sesuai dengan takdir yang diberikan. Selena membawa tangannya membelai pipi Samuel. Wanita itu menelusuri setiap inchi wajah Samuel.
Baca selengkapnya

Bab 105. New Problem

Samuel turun dari mobil dan melangkah masuk ke dalam perusahaannya. Hari ini Samuel terpaksa harus meninggalkan Selena dan Oliver di kediaman Keluarga Geovan. Pasalnya ada pekerjaan yang tak bisa dia tunda. Sebenarnya bisa saja Samuel memaksa membawa Selena dan Oliver ikut dengannya tapi itu sangat tidak mungkin. Samuel tak ingin memperkeruh suasana. Bagaimanapun, prioritas utama Samuel adalah kebahagiaan Selena dan Oliver. Jika dia menuruti ego maka yang terjadi hanyalah pertikaian yang tak mengenal ujung. “Selamat pagi, Tuan Samuel.” Sang sekretaris menyapa kala Samuel baru saja keluar dari lift. “Di mana Vian?” tanya Samuel dingin. Biasanya yang menyambut dirinya adalah Vian tapi malah yang ada di hadapannya sekretaris pribadinya. “Tuan Vian sedang keluar sebentar, Tuan. Beliau seperti tergesa-gesar karena harus melakukan hal yang penting. Tapi beliau tadi berpesan pada saya akan segera menemui Anda, Tuan,” jawab sang sekretaris sopan. Samuel terdiam beberapa saat mendengar lap
Baca selengkapnya

Bab 106. Interesting Games

“Tuan Samuel. Terjadi masalah cukup besar di perusahaan keluarga Anda. Pagi ini saham keluarga akan melonjak turun secara drastis. Kerugian yang didapat perusahaan keluarga Anda sangat besar, Tuan. Dalam waktu tiga puluh menit kita tidak bertindak, penurunan saham akan lebih parah.” Raut wajah Samuel berubah kala mendengar ucapan Vian. Tampak pancaran matanya menunjukan jelas keterkejutannya. Napas Samuel memburu. Pria itu mengepalkan tangan kuat-kuat seraya mengumpat dalam hati. Emosi dalan diri Samuel menyulut dirinya membuat dirinya nyaris tak mampu mengendalikan emosinya. Sejenak, Samuel memejamkan mata singkat. Benaknya langsung bekerja. Samuel sangat yakin ayahnya sangatlah berhati-hati dalam memimpin perusahaan. Tidak mungkin dengan mudahnya ayahnya itu tumbang. Beberapa saat Samuel masih tetap terdiam. Dia memikirkan bagaimana mungkin perusahaannya mengalami kerugiaan. Bulan lalu Samuel sudah memeriksa perusahaan keluarganya dalam kondisi sehat bahkan sangat sehat. Saat Sam
Baca selengkapnya

Bab 107. To Purposely Make Jealous

*Selena, apa kita bisa bicara sebentar? Aku tahu kau sudah ada di London. Aku mohon berikan waktu untukku bicara padamu—Dean Osbert.* Selena mengembuskan napas panjang membaca pesan dari Dean. Entah sudah tak lagi terhitung berapa puluh kali Dean mengirimkan pesan ingin bertemu dengannya. Namun, Selena memang belum bisa bertemu dengan Dean. Jujur, Selena bingung untuk berbicara dengan Dean. Selena yakin pasti Dean menanyakan tentang hubungannya dengan Samuel. Mengingat sejak kejadian di mana Dean dan Samuel bertengkar, Selena belum sama sekali berkomunikasi dengan Dean. “Maafkan aku, Dean. Maaf aku belum bisa bicara denganmu.” Selena bergumam pelan. Lantas wanita itu memilih untuk meletakan ponselnya ke tempat semula. Terpaksa Selena mengabaikan Dean untuk kesekian kalinya. “Selena?” Suara Samuel memasuki kamar Selena. Refleks, Selena mengalihkan pandangannya pada sumber suara itu. Tampak raut wajah Selena terkejut melihat Samuel masih berada di rumah keluarganya. “Kau masih di s
Baca selengkapnya

Bab 108. I Need Proof Not Bullshit

“Berengsek!” Selena menghentakan kakinya dengan raut wajah penuh emosi. Amarah telah membakar diri Selena. Wanita itu tak henti-hentinya mengumpat. Sungguh, kalau tahu akan seperti ini lebih baik dia tak usah ikut. Sejenak, Selena berusaha mengatur napasnya meredakan emosi dalam diri. Detik selanjutnya, Selena segera mengambil ponselnya yang ada di dalam tas dan hendak menghubungi taksi untuk menjemputnya. Namun tiba-tiba ada tangan kokoh yang merampas ponselnya. Refleks, Selena mengalihkan pandangannya pada sang pemilik tangan kokoh yang merampas ponselnya. Seketika raut wajah Selena berubah. Sepasang iris mata biru Selena mulai menajam. “Samuel! Kembalikan ponselku!” seru Selena dengan nada tinggi. Dia hendak merampas kembali ponselnya yang ada di tangan Samuel. Tapi sayangnya, Samuel malah menyembunyikan ponsel Selena. Hingga membuat Selena kesulitan merampas ponsel itu. “Maxton! Kau mau apa lagi! Aku sudah memberikan waktu untukmu bersama wanita itu! Kenapa kau di sini? Pergi
Baca selengkapnya

Bab 109. I Need Proof Not Bullshit II 

Bibir Samuel menyatu dengan bibir Selena. Mereka saling melumat penuh kelembutan dan hasrat yang membara. Degup jantung keduanya begitu kencang begitu terasa kala tubuh mereka saling berdekatan. Tangan Samuel meremas pelan pinggang Selena. Tak hanya diam, Selena pun mengalungkan tangannya ke leher Samuel. Dia memperdalam lumatan itu. Percikan-percikan perasaan yang tak mampu tertahan. Membuat organ dalam tubuhnya bergejolak. Bahkan rasanya Selena tidak ingin melepas bibir Samuel yang tengah menjelajah di atas bibirnya. Hingga kemudian, tanpa sadar tubuh Selena sudah terdorong di atas ranjang. Lantas Samuel menindih tubuh Selena. Pria itu semakin melumat liar di atas bibir Selena. Mencecapi bibir manis itu. Suara desahan terdengar kala Samuel begitu hebat mencium bibir Selena. Tak hanya itu saja tapi tangan nakal Samuel pun memberikan remasan di dada Selena. Membuat Selena melenguh panjang. “S-Samuel … jangan sekarang,” desah Selena kala tangan Samuel tak henti memberikan remasan di
Baca selengkapnya

Bab 110. Bad News

“Grandma, Papa dan Mama ada di mana? Kenapa belum pulang?” Suara Oliver bertanya pada Marsha dengan nada polos. Bocah laki-laki itu mengerjapkan mata beberapa kali menatap Marsha. Di samping Oliver ada Joice yang tengah memeluk barbie. “Papa dan Mamamu pasti sebentar lagi pulang, Sayang. Kau tunggu ya, Nak.” Marsha sedikit menundukan kepalanya, menangkup kedua pipi Oliver dan memberikan kecupan bertubi-tubi di pipi bulat Oliver. “Oke, Grandma,” jawab Oliver dengan senyuman di pipi bulatnya. “Oliver, kau tidak berbohong kan? Kau tadi bilang Paman Samuel adalah Papamu. Paman Samuel tidak pernah bercerita padaku kalau dia adalah Papamu,” ucap Joice polos. Bocah perempuan itu tampil cantik dengan dress berwarna ungu. Dress yang sangat pas hingga membuat perut buncitnya sangat terlihat jelas. “Aku tidak mungkin berbohong, Joice. Nanti aku akan tunjukan kalau Paman Samuel-mu memang Papaku.” Oliver melipat tangan di depan dada. Bibirnya tertekuk sebal karena Joice tidak percaya padanya
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status