Home / Romansa / Skandal Satu Malam Sang Presdir / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Skandal Satu Malam Sang Presdir: Chapter 11 - Chapter 20

107 Chapters

Bab 11: Ceraikan Aku!

“Apa kau pikir pakaian itu cocok untukmu?” tanyanya dengan nada datar yang hampir seperti celaan.Matanya mengamati Laura dari ujung kepala hingga ujung kaki, tetapi tak ada kekaguman yang muncul di wajahnya—hanya dingin, seperti embun beku yang menempel di kaca jendela.Jarum jam telah menunjuk angka tujuh malam, dan suasana terasa tegang dalam keheningan yang menggantung di udara.Di depan cermin kamarnya, Laura berdiri, mengenakan dress merah muda berlengan pendek yang melekat sempurna di tubuhnya.Gaun itu memancarkan keanggunan yang sederhana, namun cukup mencuri perhatian. Paduan warna lembut dan potongan yang elegan menjadikannya seperti mawar yang baru saja mekar di tengah malam.Laura berhenti sejenak, menaikkan kedua alisnya sambil menatap Smith dengan tenang. “Tentu saja,” jawabnya, senyum tipis terlukis di wajahnya.“Ini pakaian terbaik untuk makan malam bersama keluargamu.” Nada suaranya
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 12: Cantik saja tidak Cukup!

"Berhenti mengatakan hal bodoh itu lagi, Laura!" desis Smith, suaranya seperti bara api yang terhimpit dalam saluran gelap dadanya, siap meledak kapan saja.Wajahnya memerah, seolah menahan aliran lava yang nyaris tumpah dari kawah emosinya."Kau pikir aku menginginkan pernikahan ini, huh?" ucap Smith lagi, suaranya kali ini dalam dan berat, seperti petir yang bergemuruh di langit gelap sebelum badai menerjang.Laura mengedikkan bahu dengan gerakan yang nyaris seperti tarian malas, ekspresinya begitu acuh, seakan seluruh dunia hanya fragmen kecil di bawah telapak sepatunya."Aku rasa, jika kau tidak menginginkan pernikahan ini, seharusnya berhenti menodai aku seperti kemarin malam," katanya penuh sarkasme, setiap katanya tajam seperti duri mawar yang merobek daging tanpa ampun.Tangan Smith mencengkeram kemudi dengan keras, jemarinya memutih seperti batu karang yang dihantam gelombang kemarahan. Setiap detik, detak amarahnya memukul-mukul kesabaran yang sudah lama lapuk."Karena wanit
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Bab 13: Ultimatum dari Louis

“Sudah kukatakan padamu, Maria. Hormati keputusanku!” ucap Vincent dengan tegas, suaranya bergema seperti palu hakim yang mengetuk akhir sebuah persidangan.Sorot matanya dingin, setajam belati yang menghunus jiwa istrinya tanpa ampun.Maria menghela napas kasar, serupa angin badai yang mencari celah untuk meledakkan amarah. Wajahnya berpaling, namun bibirnya melontarkan kata-kata yang tajam bagai duri mawar.“Kau memutuskan secara sepihak, dan itu yang tidak kusukai darimu,” ujarnya, dengan suara yang bergetar antara kecewa dan marah.“Ya, aku tahu. Tapi, bagaimana jika Laura hamil karena perbuatan gila anak kesayanganmu itu?” Suara Vincent merendah, namun sarat dengan tuduhan yang menggantung berat di udara seperti awan gelap sebelum hujan deras.Laura hanya bisa menghela napas kasar. Dalam pikirannya yang kalut, ia membangun monolog yang penuh luka.‘Aku sekarang tahu, dari mana sifat dan wata
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 14: Tidak punya Hati!

“Kau ingin membela Laura, huh?” Suara Smith meluncur seperti tombak, tajam dan dingin, menusuk ruang di antara mereka.Wajahnya berubah datar, tetapi matanya membara, seolah-olah api kecil di dalam dirinya baru saja tersulut oleh pertanyaan sederhana dari adik kembarnya.Terlalu mudah baginya untuk terprovokasi. “Silakan, Louis. Silakan jika ingin membelanya. Sekalian saja sekolah hukum, agar bisa menjadi pengacara pribadi Laura,” katanya penuh emosi, suaranya bergetar seperti kaca yang hampir retak.Louis hanya menggeleng pelan, seperti seorang bijak yang menyaksikan perilaku seorang anak yang tak tahu apa yang dilakukannya.“Saat Daddy membela Laura, kau biasa saja. Tapi, saat aku membelanya, kau mendadak panas.” Sebuah senyum kecil menghiasi wajahnya, sebuah tawa ringan yang menyembunyikan ironi.“Sudah, Smith, Louis.” Suara Vincent memotong ketegangan seperti badai yang mencoba dihentikan. Dia men
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Bab 15: Tidak ada di Rumah

“Sebaiknya aku pergi saja dari sini. Permisi!”Kata-kata itu meluncur dari bibir Laura seperti panah yang dilepaskan dengan marah, menusuk atmosfer yang sudah berat dengan ketegangan. Ia akhirnya angkat kaki dari rumah itu, membawa serta luka-luka tak kasat mata yang terus berdarah oleh perdebatan yang tak kunjung usai.Langkahnya tegas saat meninggalkan ruangan, sepatu hak tingginya berdentang di atas lantai seperti suara palu hakim yang memutuskan nasib. Namun, tak ada yang peduli—termasuk Smith, yang tetap berdiri kaku seperti patung batu, bahkan ketika bayangannya lenyap di balik pintu.“Apa kau mau diam saja, melihat istrimu pulang sendiri?” suara Louis menggema, matanya menyipit tajam, seolah berusaha menembus kebekuan hati Smith.“Dia yang memilih pergi, bukan? Lantas, apakah aku harus menahannya? Dia akan besar kepala jika aku menahannya,” jawab Smith dengan nada dingin, serupa angin musim dingin yang menusuk tulang.Sementara itu, di luar, malam sudah mulai turun, dan lampu-l
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 16: Muncul Wajah Laura

“Smith, aku sangat merindukanmu,” suara Stella menggema, penuh kehangatan, saat ia melingkarkan lengannya di tubuh Smith begitu pria itu muncul di area kedatangan bandara. Pelukannya erat, seolah waktu dan jarak selama ini telah menciptakan jurang yang terlalu lebar untuk ditanggung.Smith membalas pelukan itu dengan sedikit canggung, senyumnya terlihat manis namun menyimpan kegamangan yang sulit disembunyikan. “Aku juga merindukanmu, Sayang,” katanya, nada suaranya lembut namun mengandung nada kebingungan. “Kenapa mendadak sekali menghubungiku?”Hatinya terombang-ambing antara rasa senang dan cemas, seperti kapal yang terombang-ambing di tengah ombak besar. Namun, ia tahu, di depan Stella, ia harus menjadi pelabuhan yang stabil—tempat yang penuh kehangatan dan penerimaan. Senyumnya diperlebar, menutupi pergolakan yang terjadi di dalam dirinya.“Aku ingin memberimu kejutan. Apa aku salah?” tanya Stella, suaranya mendayu seperti alunan melodi yang ia tahu Smith sulit untuk tolak. Matan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 17: Dengan Senang Hati!

“Kalau bukan karena utang ibuku yang menggunung, tidak akan pernah mau lagi aku menginjakkan kaki di sini!” kata-kata itu meluncur dari bibir Laura dengan penuh amarah yang tertahan, seperti api kecil yang nyaris menyala-nyala.Waktu telah menunjuk angka delapan pagi. Matahari yang hangat tidak cukup untuk mencairkan bekuan perasaan di hati Laura.Meski hatinya berat, ia tetap melangkah ke kantor, menyeret diri ke dalam rutinitas yang terasa seperti jerat tanpa ujung.“Sebaiknya aku mulai mencari lowongan pekerjaan dari sekarang,” gumamnya sambil menyalakan komputer. Cahaya layar yang menyala seperti harapan kecil yang mulai dirangkai di tengah kegelapan hidupnya.“Setelah itu, aku akan pergi dari dunia Smith dan keluarganya,” lanjutnya dalam hati, matanya memandang kosong pada layar. “Meskipun Tuan Vincent baik, tapi rumah mereka tetap seperti neraka bagiku.”Ia menarik napas panjang, mencoba mengusir rasa sesak yang menggelayuti dadanya. Matanya yang sembap berusaha mencari fokus, m
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 18: Pengakuan Smith

‘Oh, jadi ini yang bernama Stella,’ gumam Laura dalam hati.Matanya menelusuri Stella dari ujung kepala hingga ujung kaki, seperti seorang kritikus yang menilai sebuah karya seni, namun dengan sentuhan sinisme yang samar.Wanita itu memang cantik, dengan aura percaya diri yang begitu mencolok hingga seakan menenggelamkan orang lain di sekitarnya.Tanpa aba-aba, Stella melangkah maju dengan lincah, seolah-olah Laura tidak ada di ruangan itu.Tangannya melingkar erat pada tubuh Smith, lalu bibirnya menyentuh bibir pria itu dalam sebuah kecupan singkat, namun cukup untuk membuat dada Laura terasa seperti diremas.“Kau pergi begitu saja dari hotelku, Smith,” ucap Stella dengan suara manja yang melengking seperti suara biola yang sedikit sumbang di telinga Laura.Laura terdiam, tapi hatinya bergejolak. Kata-kata Stella menyerang kesadarannya seperti gemuruh petir di langit mendung.Namun, ia tidak ingin menunjukkan
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 19: Kemarahan Stella

"Kurang ajar!"Plak!Tangan Stella melayang tanpa ampun, meninggalkan jejak merah di wajah Smith. Kemarahannya meledak seperti badai di tengah samudera, liar dan tak terbendung. Matanya yang biasanya lembut kini menyala dengan amarah yang menusuk seperti bara api."Kau benar-benar membuatku marah, Smith!" serunya, suaranya pecah oleh perasaan yang tak tertahankan. "Apa maksudmu bicara seperti itu, huh? Kau... sudah menikah? Kenapa, Smith? Kenapa?"Smith menundukkan wajahnya, rasa bersalah mencakar-cakar jiwanya seperti cakar burung elang yang mencabik mangsanya."Maafkan aku, Sayang," katanya, suaranya penuh getar, hampir seperti angin yang memohon pada pohon agar tidak patah diterpa badai. "Aku akan menjelaskan semuanya. Tolong dengarkan penjelasanku."Namun, Stella tak menggubris. Dia menepis tangan Smith dengan gerakan yang tegas, seperti seorang ratu yang menolak uluran pengkhianat.Matanya yang basah memalingkan wajahnya darinya, mengunci pandangannya pada dinding kosong seolah m
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 20: Ajakan Makan Siang

"Kenapa diam?" Stella menyipitkan matanya, menatap Smith seperti elang yang siap menerkam mangsanya.Suaranya terdengar dingin, menusuk lebih tajam daripada pisau. "Itu artinya kau menyentuhnya setelah kejadian itu?"Smith hanya memijat keningnya, gerakannya lamban seperti seorang pria yang mencoba mengusir beban dunia dari pikirannya. "Hanya satu kali, Sayang," ucapnya akhirnya, suaranya pelan, nyaris seperti bisikan angin yang enggan mengakui kebenaran. "Setelah itu tidak lagi."Stella mendengus, tatapannya menyala seperti api yang membakar hingga ke tulang. "Kau benar-benar penjahat, Smith," katanya, setiap kata dilontarkan dengan amarah yang menggelegak. "Kau sudah membuatku muak!"Smith mencoba mendekatinya, tangan gemetar seolah ingin menyentuh pundaknya, tetapi Stella mundur selangkah, menjauh darinya seperti seorang ratu yang tak sudi disentuh oleh seorang pengkhianat."Beri aku waktu, Stella," katanya, suaranya penuh permohonan, seperti seorang narapidana yang memohon pengamp
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status