Home / Romansa / Perjanjian di Atas Ranjang / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Perjanjian di Atas Ranjang: Chapter 1 - Chapter 10

50 Chapters

Bab 1

Sudut pandang Anya:"Ngapain kamu di ...," ucap Maximus Brata, pasien yang mempekerjakanku. Ucapannya terhenti saat aku menjatuhkan nampan berisi makanan yang telah kusiapkan untuknya.Saat aku masuk, Maximus sedang duduk di kursi rodanya tanpa pakaian sehelai pun. Tentu saja aku akan menjatuhkan nampannya! "Kamu bodoh, ya? Bisa-bisanya kamu seceroboh itu!" bentak Maximus yang dikejutkan oleh nyaringnya suara piring dan gelas yang berjatuhan."Kenapa kamu nggak pakai baju?" tanyaku terus terang.Aku sudah bekerja untuk Maximus selama tiga bulan dan dia selalu menggerutu. Namun, aku sendiri adalah wanita berlidah tajam yang tidak segan-segan membalas perkataannya. Dia tidak bisa melakukan apa-apa, selain memecatku. Namun, aku tahu itu tidak akan terjadi. Sebab, saat ini dia dalam keadaan buta dan harus menggunakan kursi roda."Setahuku, ini kamarku. Jadi, aku bebas melakukan sesuka hatiku. Seharusnya kamu yang ketuk pintu duluan," balasnya."Aku sudah ketuk pintu, kok," ujarku tidak ma
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 2

Sudut pandang Anya:Aku tidak tahu seperti apa ekspresi wajahku saat itu, tapi kata-kata yang terucap oleh Maximus bukanlah hal yang biasa didengar orang awam. Wajahku pasti terlihat syok, dengan mulut yang menganga."Anya, kamu dengar, nggak?"Aku tersentak mendengar suara Maximus."Apa kamu belum puas bermain sendiri, Pak Maximus? Jangan bawa-bawa aku dalam hal omong kosongmu," jawabku dengan ketus.Rasanya aku ingin mengamuk! Memangnya dia menganggap aku ini perempuan apa? Eh, benar juga, Maximus itu buta. Apa dia pikir aku ini pelacur?"Aku ini perawat, Pak Maximus, bukan perempuan binal. Aku menerima pekerjaan ini karena bayarannya tinggi, bukan karena penismu besar." Aku sendiri tidak tahu mengapa aku mencetuskan hal itu, tapi aku bisa melihat seringai di wajahnya."Coba bilang sekali lagi," katanya."Apa?""Yang tadi kamu bilang. Katakan sekali lagi.""Karena bayarannya tinggi?""Setelah itu.""Bukan karena penismu be ...."Aku bahkan belum sempat menyelesaikan kalimatku saat di
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 3

Sudut pandang Anya:"Apa yang kamu setujui?" tanya Maximus dengan bodohnya."Pak Maximus, apa kamu bodoh? Kamu tahu betul apa yang aku bicarakan. Jangan main-main denganku," balasku."Kamu marah?" tanyanya lagi."Nggak, Pak Maximus, aku cuma ingin bilang," jawabku."Bilang apa?" desaknya."Pak Maximus!" bentakku."Jelaskan, dong! Aku nggak mengerti apa yang kamu bicarakan. Apa yang kamu setujui? Kamu setuju buat apa?"Kalau ekspresi wajah Maximus tidak kelihatan kebingungan seperti sekarang ini, aku pasti mengira dia sedang mengejekku. Meskipun begitu, aku yakin si mesum ini hanya mempermainkan aku. Tidak mungkin dia tidak mengetahui apa yang aku bicarakan."Ah, sudahlah, lupakan aja. Sepertinya tawaranmu sudah tidak berlaku lagi," ujarku, tapi Maximus tidak merespons. "Setidaknya, izinkan aku rehat sebentar. Maksudku, aku mau ambil cuti.""Untuk apa?" desaknya."Aku mau cari pria kaya yang mau membayar 3 miliar untuk bercinta dengannya selama setahun," kataku."Oh, jadi itu yang kamu
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 4

Sudut pandang Anya:"Apa maksudnya ini? Kenapa kita harus menikah?" tanyaku bingung.Ya, aku memang sempat bertanya-tanya apakah aku bisa tidur dengan orang yang bukan pasanganku, tetapi tidak pernah terlintas dalam pikiranku kalau dia akan menyertakan kata "pernikahan" di kontrak kami."Kamu bisa lihat dan baca sendiri, jadi buat apa kamu tanya lagi?" jawab Maximus."Aku masih nggak mengerti. Kita sedang membicarakan pernikahan di sini, Pak Maximus. Itu adalah komitmen seumur hidup. Seharusnya perjanjian kita hanya untuk berhubungan seks selama setahun," jelasku."Ini juga untuk kebaikanmu. Apa kamu mau dicap sebagai orang yang nggak bermoral?" tanya Maximus seolah-olah dia benar-benar telah memikirkannya."Aku mengerti, tetapi aku belum siap untuk menikah!" seruku."Kalau begitu, sebaiknya kamu mulai mempersiapkan diri. Kalau kamu siap untuk berhubungan seks selama setahun, seharusnya kamu juga harus bersiap menjadi Nyonya Brata.""Kamu pikir semudah itu?" tanyaku balik."Aku tahu, i
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 5

Sudut pandang Anya:Maximus dan aku sudah tinggal bersama selama seminggu, tapi dia belum juga mendekatiku. Aku agak terkejut, karena meskipun kami tidur sekamar, dia bahkan tidak mencoba memelukku.Berkas pernikahan kami sudah diproses, dan aku mulai bertanya-tanya apakah dia masih waras.Mengingat betapa mesumnya Maximus, sulit dipercaya kalau dia bahkan belum menyentuhku.Aku sudah mengirim uang sejumlah 1 miliar kepada ibuku untuk melunasi utang ayahku. Aku sudah mengumpulkan seluruh keberanianku untuk memintanya. Aku tidak peduli apakah Maximus memutuskan untuk tidur denganku sebelum Natal; yang penting aku membutuhkan uangnya sekarang.Kami berada di kamar, dan aku sedang memakaikan pakaian untuknya.Sebenarnya, kami sudah mandi bersama. Meskipun aku enggan melakukannya, Maximus bersikeras hingga akhirnya aku menyerah. Aku mengira dia ingin berhubungan seks, tapi ternyata tidak."Sayang," panggilnya. Aku pun menoleh padanya."Tolong cek apakah sopirnya sudah datang?" tanya Maximu
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 6

Sudut pandang Anya:Oh tidak, perasaan apa ini? Apakah rasanya memang seperti ini?Aku bukan orang yang terlalu polos; aku pernah bercumbu dengan mantan pacarku, tapi kami belum sampai sejauh itu. Namun, sentuhan Maximus memberiku sensasi yang sama sekali berbeda."Kamu bilang apa, Sayang?" tanya Maximus.Aku memejamkan mata karena sensasi yang dibuat oleh jari Maximus, tetapi kedua mataku langsung terbuka ketika mendengar suaranya."Oh … donat buatan Lisa enak banget," kataku. Mungkin saat ini wajahku tersipu malu. Untungnya, dia tidak bisa melihatku."Apa benar donatnya yang enak?" godanya sambil menyeringai padaku.Sial, mengapa seringainya membuatku merasa kalau Maximus bisa melihatku? Jika aku tidak tahu sejak awal bahwa dia buta dan duduk di kursi roda, aku akan mengira dia sedang mengerjaiku.Namun, bahkan pembantu rumah tangga kamu pun tahu apa yang telah terjadi padanya."Ya, coba aja sendiri!" kataku, sambil memasukkan donat ke dalam mulut Maximus. Aku menjejalkannya dengan p
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 7

Sudut pandang Anya:Beraninya si berengsek itu! Di sinilah aku, duduk di kedai kopi yang sama tempat aku membelikan kopi untuk si cabul Maximus itu, memperhatikan dia berbicara dengan wanita itu, Miranda.Dia mengusap matanya seperti sedang menangis, tetapi tidak ada setitik air mata pun yang terlihat. Meskipun Maximus tidak bisa melihatnya, bukan berarti tidak ada orang lain yang akan memperhatikan gerak-geriknya.Miranda adalah mantan pacar Maximus. Wanita itu meninggalkannya saat dia mengetahui tentang kondisi Maximus. Dia mungkin mengira Maximus tidak akan pernah bisa berjalan atau melihat lagi, jadi dia berlari secepat kilat sampai tidak sempat mengucapkan "selamat tinggal."Yah, itu hanya tebakanku saja. Mungkin dia tidak senang karena Maximus tidak bisa memuaskannya lagi, karena itu dia pergi. Kalau saja Miranda tahu betapa cabulnya Maximus, dia mungkin akan bertahan.Aku tidak tahan lagi. Aku bangkit dan berjalan ke arah mereka.Miranda menatapku dengan tatapan membunuh, tapi t
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 8

Sudut pandang Anya:"Jangan coba-coba tinggalkan aku lagi, Anya, atau kamu akan merasakan akibatnya," kata Maximus dengan penuh amarah.Aku mengabaikannya dan memilih untuk membuka layar ponselku."Kamu dengar aku, nggak?" tanyanya. Rasa frustrasi terdengar jelas di nada bicaranya, tapi aku tetap mengacuhkannya.Mengapa aku harus peduli pada seseorang yang lebih menghargai pendapat orang lain daripada perasaanku?Maximus baru saja pulang dari rumah sakit, dan begitu Haris pergi setelah mengantarnya pulang, Maximus mulai menceramahiku. Apakah dia pikir kemarahannya akan membuatku takut?"Anya!" teriaknya."Jangan membentakku!" balasku ketus.Mungkin dia mengira aku akan membiarkannya memperlakukanku seperti ini karena seharusnya masalahnya sudah selesai."Kalau aku bertemu Miranda lagi, aku akan mengulanginya lagi. Bilang aja dari sekarang kalau kamu mau membiarkannya menggodamu. Jadi, aku nggak perlu terus-terusan ikut denganmu," kataku tajam."Kamu cemburu?" tanyanya seolah-olah itu a
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 9

Sudut pandang Anya:"Sayang, aku harus ke kantor," kata Maximus.Saat itu hari Senin pagi dan kami sedang sarapan.Aku yang menyiapkan makanannya karena Lisa tidak ada di rumah. Dia harus mengurus sesuatu yang penting untuk anaknya. Itu bukan masalah besar, karena aku tahu cara mengerjakan pekerjaan rumah."Baiklah," jawabku singkat, sambil melanjutkan makan."Kamu masih marah karena kejadian minggu lalu?" tanya Maximus."Aku nggak punya hak untuk marah," jawabku."Ayolah, Sayang, aku kan sudah menjelaskan padamu.""Aku hanya bilang, karena kamu sudah membayarku, kamu boleh melakukan apa pun yang kamu mau. Asalkan, setelah setahun, kontrak kita selesai," kataku sambil menggigit telur terakhirku dan menyeruput air putih.Aku makan dengan perlahan, karena setelah setiap gigitan, aku harus menyuapi suamiku.Sejujurnya, tidak ada masalah yang berarti; aku mengerti situasi yang dialami Maximus dan aku bukan tipe orang yang akan mengabaikannya. Jadi, meskipun aku memendam kekesalan padanya s
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 10

Sudut pandang Anya:"Nenek," sapa Maximus.Kami berada di apartemen, dan nenek Maximus baru saja tiba. Aku merasa canggung, tidak yakin apa yang harus aku lakukan saat Ruth menatapku, terutama tanganku, yang digandeng oleh Maximus."Selamat pagi," sapaku juga. Aku tidak ingin terkesan tidak sopan.Ruth mengangkat sebelah alisnya sebelum menoleh ke Maximus."Apa kabar, cucuku sayang?" tanyanya seraya duduk di sofa, di samping kursi roda Maximus.Aku duduk di sisi lain, seolah-olah kami bertiga sedang terlibat dalam semacam cinta segitiga."Seperti yang Nenek lihat, aku baik-baik saja. Istriku merawatku dengan baik," jawab Maximus."Ya, sudah seharusnya begitu, karena dia dibayar untuk melakukannya!" sindir Ruth.Aw! Serangan tajam yang tidak terduga. Kalau saja Ruth bukan orang tua, aku pasti akan membalasnya."Nenek ...."Ruth menyela, "Kenapa? Omonganku itu benar! Apa menurutmu dia akan bekerja sekeras ini kalau nggak ada uang yang terlibat? Dia sebaiknya melakukan pekerjaannya dengan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status