Home / Romansa / Perjanjian di Atas Ranjang / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Perjanjian di Atas Ranjang: Chapter 11 - Chapter 20

50 Chapters

Bab 11

Sudut pandang Anya:"Selamat, Pak Maximus!" seru sang terapis saat Maximus akhirnya berhasil berjalan normal.Aku benar-benar ikut senang untuk Maximus. Selama ini, duduk di kursi roda sangat menyulitkannya sehingga dia tidak bisa melakukan hal-hal yang diinginkannya.Aku juga menantikan operasi matanya yang akan datang. Dokter bedahnya, yang didatangkan dari negara lain, telah tiba, dan menurut suamiku, Haris sudah bersusah payah demi menemukan dokter ini."Ya ampun, ini harus dirayakan!" seru Ruth."Miranda pasti akan sangat gembira," tambahnya, dan aku pun mencibir dalam hati.Sejak Ruth tiba, Miranda selalu mengikuti ke mana pun kami pergi. Dia bebas mengunjungi apartemen kami, dan aku makin kesal karena suamiku tampaknya tidak keberatan dengan kehadirannya, terutama saat neneknya tidak ada."Hei!" terdengar jeritan melengking si wanita iblis itu.Aku menoleh padanya dan menempatkan diriku di depan suamiku, karena aku yakin Miranda akan melemparkan diri ke pelukan Maximus."Kamu pi
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 12

Sudut pandang Anya:Aku menuju kamar Maximus setelah bercakap-cakap dengan Jason, dan untungnya, kedua penyihir itu sudah tidak ada di sana.Ke mana mereka pergi?"Kamu sudah selesai?" tanyaku pada Maximus, yang duduk di kursi rodanya, menggenggam ponselnya erat-erat seolah-olah sedang menunggu sesuatu. Sepertinya, ada hal yang telah membuatnya marah.Kenapa dia marah? Pada siapa? Apa dia marah padaku?"Ke mana aja kamu?" Suara Maximus terdengar aneh, dengan nada yang tidak bisa aku pahami."Di luar aja. Sudah kubilang aku nggak akan pulang, 'kan?" jawabku. "Di mana keluargamu?""Kalau kamu di luar aja, kenapa kamu nggak tahu di mana mereka?" balasnya."Aku nggak tahu kalau aku seharusnya mengawasi mereka juga," balasku."Kamu mencari mereka, 'kan? Kamu bilang kamu di luar aja, jadi seharusnya kamu tahu kalau mereka sudah pergi beberapa saat yang lalu." Jelas sekali, kalau nada suara Maximus dipenuhi kemarahan."Kamu kesal karena apa terjadi sebelumnya?" tanyaku."Ayo pulang, Anya," ka
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 13

Sudut pandang Anya:Maximus menyelipkan tangannya ke balik bajuku dan menariknya ke atas. Dengan pasrah, aku mengangkat tanganku agar dia mudah melancarkan aksinya. Setelah dadaku tak tertutup selembar benang pun, tangannya yang kekar langsung meremas payudaraku yang kecil."Ahh ...," erangku menahan nikmat saat jemarinya bermain dengan putingku yang sensitif.Tanpa aba-aba, Maximus memutar pinggangnya dan menindihku di kasur. Aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan sekarang. Pikiranku mendadak kosong. Namun, kami memang sudah sepakat dan dia sudah membayar mahal.Aku bisa merasakan hasratnya yang memburu dari cara dia melumat bibirku. Namun, entah mengapa, aku juga merasa kalau dia sedang marah. Apa dia kesal karena aku sudah bicara dengan nenek dan mantannya?Bibirnya yang panas membara perlahan turun dari pipi, leher, hingga buah dadaku. Dengan rakus, dia mengisap payudaraku dan membuatku menggelinjang.Mencari pegangan, tanganku mencengkeram rambutnya. Embusan napasnya yang ha
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 14

Sudut pandang Anya:Setelah hubungan seks itu, Maximus menjadi sangat posesif dan selalu ingin aku berada di dekatnya. Hal itu sebenarnya bukan masalah. Namun, Ruth dan Miranda sering mampir ke apartemen kami.Contohnya saja, hari ini. Berhubung sekarang hari Minggu, aku dan Maximus bersantai di ruang tamu. Nenek Maximus sedang pergi mengunjungi temannya. Namun, beliau tak lupa meninggalkan "obat nyamuk" untuk mengganggu kami."Anya, aku haus," rengek Miranda dengan nada manja.Aku memutar bola mataku karena jengkel. Dia mungkin ingin menyuruhku mengambilkan minum untuknya. "Kamu punya kaki, 'kan? Sana ke dapur, ambil sendiri!" balasku sambil memelotot."Lho, kenapa gitu? Aku pacarnya Max, kamu cuma perawatnya," ujarnya angkuh."Aku istrinya Max," jawabku tak kalah sengit, mengoreksi pernyataannya. "Sana, ambil minum sendiri! Aku nggak mau kamu suruh-suruh." Miranda langsung cemberut, tetapi Maximus lalu berkata. "Miranda, sana ambil minum sendiri."Aku tersenyum puas melihat Miranda
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 15

Sudut pandang Anya:Tiga hari kemudian, aku akhirnya pulang ke kampung halamanku di Pulau Safir. Langit terlihat cerah ketika pesawat yang aku tumpangi perlahan mengurangi ketinggian. Hamparan bukit hijau dan birunya laut yang mengelilingi pulau tersuguh di jendela pesawat.Salah satu keuntungan dari menikahi Maximus adalah aku bisa pulang naik pesawat. Perjalanan darat yang biasanya menghabiskan waktu 18 jam bisa dipangkas menjadi hanya 1 jam.Ibu bersama dengan saudaraku dan istrinya serta dua keponakanku yang menggemaskan menyambutku di depan rumah. Senyum lebar merekah di wajah Ibu ketika aku mendekat."Anya!" seru Ibu yang langsung memelukku erat-erat. "Ibu sudah kangen banget sama kamu. Lihat, tetangga saja sampai datang waktu tahu kamu mau mudik.""Apa lagi yang Ibu gosipkan sama tetangga soal aku sekarang?" candaku. Ibu memang sangat bangga padaku. Hampir semua orang di sini tahu tentang aku yang lulus kuliah dan lolos ujian sertifikasi."Oh, nggak banyak," jawab Ibu sambil ter
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 16

Sudut pandang Anya:Keesokan harinya, aku bangun pagi-pagi. Waktu masih tinggal di sini, aku memang sudah biasa tidur lebih cepat dan bangun saat matahari terbit. Jadi, mudah saja bagiku untuk kembali ke kebiasaan lama.Keluargaku tidak heran saat aku berjalan ke luar kamar sebelum ayam berkokok. Mereka sudah duduk di meja dan menyantap sarapan. Hanya para keponakanku yang masih tidur. Maklum saja, mereka masih kecil dan butuh banyak istirahat."Selamat pagi," sapaku.Alex mendongak saat aku duduk. Dengan cekatan, dia pergi ke dapur untuk mengambilkan piring."Sudah, Alex. Nggak usah repot-repot. Kamu harusnya urusi Grace saja. Nanti dia bisa kabur kalau nggak kamu perhatikan," ujarku menggodanya."Pagi-pagi sudah bercanda," balas Alex yang tidak terlihat kesal. "Sudah pasti aku mengurus istriku duluan. Aku nggak repot kok. Lagian, cuma ini yang bisa aku lakukan untuk membantu keluarga."Ucapan Alex membuatku tersenyum. Itu berarti dia merasa bertanggungjawab untuk menjaga keluarga."B
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 17

Sudut pandang Anya:"Jason?" seruku kaget.Seketika, aku teringat bahwa tadi aku hendak menelepon Maximus. Tanpa pikir panjang, aku langsung menekan tombol merah dan tidak memeriksa apakah panggilanku tadi tersambung atau tidak."Tunggu sebentar," kataku.Aku bergegas kembali ke kamar dan menaruh ponselku di sana. Setelah menarik napas dalam-dalam dan menenangkan diri, aku kembali ke ruang tamu."Ini buatmu," kata Jason.Pria itu mengulurkan seikat mawar merah dan cokelat berbentuk hati yang kuterima dengan perasaan campur aduk. Aku melirik ke samping dan melihat keluargaku berdiri menonton dengan mata terbelalak."Kalian lanjutkan saja. Kami mau keluar sebentar," kata Ibu sambil tersenyum canggung."Ya, Bu," jawabku.Satu per satu, keluargaku buru-buru pergi. Aku memperhatikan mereka dengan tenang sampai hanya ada aku dan Jason di ruang tamu."Ayo duduk dulu," kataku sambil menunjuk ke sofa."Terima kasih," jawab Jason dengan senyum yang membuatnya terlihat makin tampan.Sejak dahulu,
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 18

Sudut pandang Anya:Entah sudah berapa lama aku duduk di tepi ranjang. Bahkan saat ibuku mengetuk pintu, aku tidak menjawab. Setelah beberapa saat dia akhirnya menyerah dan meninggalkanku sendirian di kamar.Aku memutuskan untuk mandi setelah merasa cukup tenang. Semoga saja setelah tidur, aku akan merasa lebih baik keesokan harinya.Malam itu aku tidak makan dan langsung berbaring di ranjang. Mataku nanar menatap langit-langit hingga akhirnya getaran ponsel membuyarkan lamunanku.Awalnya, aku mengabaikannya. Namun, saat getaran ponselku tak kunjung berhenti, aku pun berusaha meraihnya. Ternyata ponselku tergeletak di ujung ranjang. Aku baru ingat kalau tadi aku menaruhnya sembarangan.Aku menarik napas dalam-dalam dan melihat nama Maximus di layar. Sebenarnya aku sedang tidak ingin bicara dengannya, tetapi aku tidak mau membuatnya khawatir. Setelah beberapa detik, barulah aku menjawab panggilannya."Halo?" sapaku dengan nada datar dan tak bersemangat. Saat ini, aku bahkan terlalu leti
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 19

Sudut pandang Anya:"Kenapa kamu ke sini? Aku pikir kamu sudah pergi," ujar Ruth dengan nada penuh kebencian.Tanganku terkepal erat dan aku bisa merasakan darahku mendidih. Aku masih mencoba bersabar meskipun adegan romantis yang baru saja aku lihat membuatku sulit melakukannya."Nenek, Anya itu istriku," sela Maximus.Alisku terangkat saat mendengar Maximus cepat-cepat membelaku. Ternyata dia berani melawan neneknya."Aku nggak peduli!" seru Ruth dengan mata yang menyala karena marah. Ekspresi tidak suka terlukis jelas di wajahnya saat menatapku."Kalau aku tahu kamu dan perempuan genit itu ada di sini, aku nggak bakal repot-repot datang. Mending aku tetap di rumah menikmati liburan," balasku kepada Ruth."Kamu berani kurang ajar?" desis wanita tua itu.Dengan langkah lebar, Ruth bergegas ke arahku. Telapak tangannya terangkat ke atas, lalu mendarat keras di pipiku.Aku tidak menduga Ruth akan menamparku, jadi aku tidak sempat bereaksi. Aku benar-benar lupa, memang beginilah sikap or
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 20

Sudut pandang Maximus:"Halo," jawabku saat Haris menelepon."Pak, saya sudah menemukan Bu Anya," lapornya."Ikuti dia dan jangan sampai kamu kehilangan jejaknya. Aku harus tahu ke mana saja dia pergi," perintahku."Baik, Pak," jawab Haris.Aku mengakhiri panggilan, lalu berbalik menghadap Nenek dan Miranda. Meskipun saat ini aku benar-benar marah, wanita itu tetaplah nenekku."Miranda, aku nggak mau lihat wajahmu lagi. Kalau kamu nggak segera pergi, aku nggak bakal ragu menghancurkan kehidupan keluargamu. Ingat itu," ancamku."Tapi, Sayang ....""Jangan panggil aku sayang! Aku bukan pacarmu!" bentakku yang membuat perempuan itu terkejut."Maximus," panggil Gerald Kusuma, temanku yang juga seorang dokter.Gerald kelihatannya juga terkejut dengan kejadian ini. Barusan dia datang bersama seorang perawat, mungkin karena menerima laporan ada keributan di bangsalku."Jangan ikut campur, Gerald," kataku dingin."Kalau begitu, aku permisi dulu," kata Gerald yang segera mengangguk dan pamit.D
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status