Home / Romansa / Perjanjian di Atas Ranjang / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Perjanjian di Atas Ranjang: Chapter 21 - Chapter 30

50 Chapters

Bab 21

Sudut pandang Maximus:Setelah lebih dari satu jam, Haris kembali menelepon. Aku segera meraih ponsel yang kuletakkan di meja."Anya di mana? Dia pulang ke apartemen nggak?" tanyaku."Nggak, Pak. Dia ke hotel," jawab Haris."Hotel apa?""Di Hotel Biru, Pak.""Oke, kamu lanjut bekerja saja," perintahku.Setelah mengakhiri percakapan, aku memanggil Gerald dan memintanya membantuku mengurus administrasi rumah sakit."Omong-omong, aku sama sekali nggak paham kenapa kamu mau repot-repot begini buat istrimu. Apa kamu cinta banget sama dia?" tanya Gerald dengan nada heran."Aku sudah kayak nggak bisa hidup tanpa dia. Aku sendiri nggak tahu kenapa. Aku belum pernah kayak begini sama wanita lain," ujarku mengakui."Itu namanya jatuh cinta, Max. Ya sudah, semoga kalian cepat berbaikan. Tapi, dari yang aku lihat tadi, istrimu kayaknya tertarik sama cowok lain," komentar Gerald.Ucapan temanku itu membuat otot-ototku menegang. Tanpa sadar, rahangku mengeras dan tinjuku terkepal.Gerald melanjutkan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 22

Sudut pandang Anya:Tidurku sangat nyaman. Entah mengapa, aku merasa seperti bayi yang sedang digendong dan dininabobokan. Aku tidak tahu apakah itu pengaruh AC atau hal lain, tetapi aku merasa begitu ringan dan damai.Perlahan, aku membuka mata dan berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan cahaya temaram lampu di kamar. Saat mengusap air mataku yang telah mengering, aku baru sadar kalau ada orang di sampingku."Maximus?" seruku sambil segera duduk.Namun, gara-gara terlalu cepat bangun, tubuhku limbung. Maximus langsung menahan dan menarikku mendekat agar aku tidak jatuh dari tempat tidur.Aku mengedarkan pandanganku ke sekeliling. Mengapa Maximus bisa berada di sini? Bukankah tadi aku tidur di hotel?"Mau apa kamu di sini? Kok kamu bisa masuk?" tanyaku."Memangnya kenapa aku nggak bisa masuk?" jawabnya santai sambil bersandar pada sandaran kepala."Maksudmu? Ini kamar hotelku! Kamu nggak bisa masuk kalau aku nggak mengizinkan," balasku."Aku bisa masuk ke kamar mana saja
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 23

Sudut pandang Anya:Aku terkejut mendengar perkataan Maximus. Namun, saat aku hendak menanggapi, ciumannya langsung mendarat di bibirku. Aku bisa merasakan isapannya yang khas saat dia melumat bibirku. Dia selalu melakukannya tiap kali kami berciuman dan hal inilah yang aku suka darinya.Tangannya menangkup pipiku, membuatku tidak bisa memalingkan wajah. Ketika aku berpegangan pada bahunya, dia melepaskan pipiku dan membiarkan tangannya menjelajahi tubuhku.Aku segera membalas ciumannya, sesuatu yang kupelajari darinya. Sebelum bersama Maximus, aku hanya berbagi ciuman dengan Jason. Namun, itu hanya ciuman ringan, bukan sesuatu yang bisa membangkitkan hasrat seperti ini. Maximus benar-benar berbeda. Dia membuatku menginginkan lebih dari sekadar ciuman biasa.Panasnya gairah kami menyelimutiku. Sebelum aku sadar, pinggulku sudah bergerak sendiri di pangkuan Maximus. Tangannya meraih pinggangku, sementara tanganku menjelajahi dadanya. Bibir kami menyatu dalam ciuman yang penuh hasrat.Ak
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 24

Sudut pandang Anya:"Kenapa kamu pilih kamar biasa kalau bisa pesan kamar yang lebih bagus?" tanya Maximus.Kami baru saja selesai makan dan aku harus mengakui bahwa aku makan sangat banyak. Seharian ini aku memang belum makan, jadi aku senang Maximus memesan banyak sekali makanan. Setelah semua makanan yang ada di meja tandas, aku baru sadar bahwa aku sebenarnya sangat lapar."Aku nggak punya uang," jawabku jujur.Kami sekarang duduk di sofa. Aku bersandar pada lengan Maximus yang merangkulku, sementara tangannya yang satu lagi mengusap-usap tanganku yang dipegangnya."Lho? Aku sudah kasih kamu kartu kredit, 'kan?" tanyanya."Aku nggak mau pakai kartumu biarpun aku sempat tergoda tadi. Nenekmu pasti bakal mara-marah lagi kalau tahu aku pakai uangmu," jawabku."Jangan pedulikan nenekku. Sudah tanggung jawabku sebagai laki-laki dan suami untuk memenuhi kebutuhan dan keinginanmu. Lain kali, jangan ragu untuk menghabiskan uangku," katanya padaku."Nggak usah, Max. Aku punya uang sendiri."
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 25

Sudut pandang Anya:"Hm? Kamu panggil siapa?" tanyaku pada Maximus."Siapa lagi istriku kalau bukan kamu?" Bukannya menjawab, dia malah balik bertanya.Dia memang tidak memanggilku dengan sebutan sayang atau panggilan-panggilan manis semacam itu. Namun, entah mengapa, sepertinya dia suka sekali menyebut-nyebut kata 'istri'.Pada akhirnya, aku tidak menjawab dan hanya menarik napas pelan sambil berjalan ke arahnya. "Biasanya juga pakai dasi sendiri," ujarku sambil mulai merapikan dasinya."Aku lebih suka dipakaikan dasi sama istriku yang cantik," jawabnya dengan santai.Aku menatapnya lekat-lekat setelah mendengar rayuan gombal barusan, lalu menggeleng pelan. Aku sedang tidak ingin menggubrisnya."Kenapa? Kamu kayak nggak percaya begitu?" tanyanya."Memang. Mau dipuji-puji seperti apa pun tetap nggak bakal percaya," jawabku sambil merapikan simpul dasinya. "Nah, selesai...."Namun, kalimatku terpotong karena bibir Maximus sudah mendarat di bibirku tanpa aba-aba. Serangan mendadak sepert
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 26

Sudut pandang Anya:"Kenapa nggak bilang dulu kalau mau ke sini, Bu?" kataku saat menjemput orang tuaku di Bayuraja. "Baru juga Anya pulang kemarin. Ibu sudah kangen lagi?" candaku."Ya ampun, Sayang, kalau Ibu bilang dulu, pasti kamu nggak kasih izin kami ke sini. Lebih baik Ibu kasih kejutan saja sekalian biar kamu juga nggak punya alasan buat mengusir Ibu dan Ayah. Sudah dari dulu Ibu mau lihat rumahmu di Baruna. Ibu khawatir karena nggak pernah dengar apa-apa dari kamu, apalagi kamu tinggal sendiri," jawab ibuku."Ayah juga mau bilang terima kasih secara langsung sama bos kamu yang sudah kasih pinjam uang buat Ayah bayar utang," tambah Ayah saat kami masuk ke taksi yang sudah kupesan."Kan nggak perlu berlebihan juga, Ayah. Anya sudah mewakili Ayah bilang terima kasih, kok. Buat apa Ayah ikut-ikutan segala?""Jangan begitu. Kamu tahu sendiri kalau bantuan bosmu itu berarti banget buat keluarga kita," Ibu menegur.Maximus masih di kantor saat kami tiba di rumah. Aku sudah meyakinkan
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 27

Sudut pandang Anya:Aku keluar dari kamar Maximus setelah dia selesai menyeka cairan cintanya dari tubuhku. Jujur, aku suka sekali saat dia memperlakukan aku seperti itu. Ternyata dia bukan tipe pria yang akan sibuk sendiri dan pergi begitu saja setelah puas menikmati momen intim bersama lawan mainnya.Perlakuannya membuatku merasa diperhatikan dan kelembutannya membuatku kagum. Mungkin itulah alasan mengapa banyak sekali wanita yang mengantre untuk mendapatkan seorang Maximus. Dia sendiri pernah bilang kalau kebanyakan pasangannya selalu meminta ronde kedua."Sudah ketemu kemejanya?" tanya ibuku."Belum, Bu Martina," sela Maximus yang tahu-tahu sudah mengekor di belakangku. "Mungkin Lisa yang taruh kemejanya entah di mana.""Lisa?" tanya ayahku yang baru saja muncul dari dapur."Iya, Pak Dandi. Lisa yang biasanya bantu-bantu di rumah ini. Sekarang dia lagi cuti karena menantunya baru melahirkan, makanya nggak ada di rumah," jawab Maximus menjelaskan.Kemudian, Maximus duduk di samping
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 28

Sudut pandang Anya:"Bu, Anya bisa jaga diri, kok," selaku."Iya, iya, tapi jangan berkeliaran sembarangan kalau nggak sama Jason, ya?" pinta ibuku."Dia nggak ada di sini, 'kan?" ujarku mengingatkan mereka."Dia kirim pesan kemarin, Sayang. Katanya, dia sudah dapat apartemen di Baruna. Sekarang dia juga tinggal di kota ini," jelas ayahku. Tentu saja, kabar yang di luar dugaan ini sontak membuatku terbelalak.Benarkah? Aku sama sekali tidak tahu dia memilih untuk tinggal di Baruna.Apa alasannya? Kenapa dia pindah ke Baruna padahal Jason sendiri tahu kalau ayahnya, Robert Wardana, sedang mempersiapkan banyak hal supaya dia bisa mengambil alih jabatan begitu masa jabatan ayahnya sebagai gubernur habis?"Saya nggak masalah kok, Bu Martina, Pak Dandi. Kalau memang Jason bisa dipercaya, saya sama sekali nggak keberatan. Yang penting Anya tahu jalan pulang," respons Maximus tenang."Terima kasih banyak, Nak Maximus. Kami benar-benar bersyukur Anya punya atasan sebaik kamu. Kami khawatir ana
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 29

Sudut pandang Anya:Maximus dan aku langsung menjaga jarak sambil buru-buru menutupi tubuh kami. Wajahku memerah seperti kepiting rebus akibat menahan malu yang teramat sangat. Aku tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini, terutama karena suamiku juga diam saja."Anya, cepat pakai baju. Ibu mau bicara," kata ibuku tegas. Ibu terlihat murka akibat memergoki kami, jadi aku berusaha untuk memberi penjelasan."Ibu, Anya bisa jelaskan ….""Pakai baju!" Ibu tidak mau dengar dan malah membentakku. Mau tidak mau, aku cuma bisa mengangguk dan menurut."Kamu juga, Maximus. Bersihkan badanmu sana," lanjut Ibu sambil menatap pria yang hanya bisa diam tanpa kata-kata di sampingku."Iya, Bu Martina," jawab Maximus patuh. Setelah itu, dia menggenggam tanganku dengan lembut dan menggandengku ke kamar kami. Kami akhirnya keluar lagi setelah berpakaian yang pantas."Kamu, sih, keras kepala!" bisikku pada Maximus begitu kami melangkah masuk ke kamar. "Kita nggak bakal ketahuan kalau kamu sa
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 30

Sudut pandang Anya:"Maximus benar, Bu. Mengurus perusahaan itu nggak gampang, jadi untuk sekarang ini dia masih harus fokus membereskan masalah di kantor," tambahku supaya situasi dan alasan kami terdengar lebih masuk akal."Diam, Anya! Ibu nggak tanya kamu," kata ibuku ketus. Dilihat dari segi mana pun, jelas kalau Ibu marah besar padaku."Ibu, Ayah, aku janji akan menjaga dan mencintai Anya sepenuh hati selaku istriku. Nanti kalau urusan di kantor sudah beres, kami pasti akan melibatkan Ibu dan Ayah buat membahas soal resepsi pernikahan. Tapi, untuk saat ini, mohon pengertian dan kepercayaan kalian," kata Maximus sopan sambil menarik napas dalam.Mendengar ucapan sungguh-sungguh itu, pandangan orang tuaku serentak beralih ke arahku. Kekecewaan masih tercetak jelas di mata mereka. Mau bagaimanapun, aku juga tidak bisa menyalahkan. Hanya saja, aku berharap mereka tidak lagi menyebut-nyebut nama Jason, terutama di hadapan Maximus."Apa boleh buat. Ayah dan Ibu juga nggak bisa apa-apa l
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
12345
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status