Share

Bab 29

Penulis: MysterRyght
Sudut pandang Anya:

Maximus dan aku langsung menjaga jarak sambil buru-buru menutupi tubuh kami. Wajahku memerah seperti kepiting rebus akibat menahan malu yang teramat sangat. Aku tidak tahu harus berbuat apa dalam situasi seperti ini, terutama karena suamiku juga diam saja.

"Anya, cepat pakai baju. Ibu mau bicara," kata ibuku tegas. Ibu terlihat murka akibat memergoki kami, jadi aku berusaha untuk memberi penjelasan.

"Ibu, Anya bisa jelaskan …."

"Pakai baju!" Ibu tidak mau dengar dan malah membentakku. Mau tidak mau, aku cuma bisa mengangguk dan menurut.

"Kamu juga, Maximus. Bersihkan badanmu sana," lanjut Ibu sambil menatap pria yang hanya bisa diam tanpa kata-kata di sampingku.

"Iya, Bu Martina," jawab Maximus patuh. Setelah itu, dia menggenggam tanganku dengan lembut dan menggandengku ke kamar kami. Kami akhirnya keluar lagi setelah berpakaian yang pantas.

"Kamu, sih, keras kepala!" bisikku pada Maximus begitu kami melangkah masuk ke kamar. "Kita nggak bakal ketahuan kalau kamu sa
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 30

    Sudut pandang Anya:"Maximus benar, Bu. Mengurus perusahaan itu nggak gampang, jadi untuk sekarang ini dia masih harus fokus membereskan masalah di kantor," tambahku supaya situasi dan alasan kami terdengar lebih masuk akal."Diam, Anya! Ibu nggak tanya kamu," kata ibuku ketus. Dilihat dari segi mana pun, jelas kalau Ibu marah besar padaku."Ibu, Ayah, aku janji akan menjaga dan mencintai Anya sepenuh hati selaku istriku. Nanti kalau urusan di kantor sudah beres, kami pasti akan melibatkan Ibu dan Ayah buat membahas soal resepsi pernikahan. Tapi, untuk saat ini, mohon pengertian dan kepercayaan kalian," kata Maximus sopan sambil menarik napas dalam.Mendengar ucapan sungguh-sungguh itu, pandangan orang tuaku serentak beralih ke arahku. Kekecewaan masih tercetak jelas di mata mereka. Mau bagaimanapun, aku juga tidak bisa menyalahkan. Hanya saja, aku berharap mereka tidak lagi menyebut-nyebut nama Jason, terutama di hadapan Maximus."Apa boleh buat. Ayah dan Ibu juga nggak bisa apa-apa l

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 31

    Sudut pandang Maximus:Sudah tiga hari sejak orang tua Anya kembali ke pedesaan, tetapi rasa simpati dan perhatian mereka terhadap Jason sulit untuk disingkirkan dari benakku.Mengetahui bahwa mereka memercayai pria itu untuk menjaga Anya selama wanita itu di sini terasa seperti pisau yang menusuk dadaku.Orang tua Anya tidak tahu bahwa aku sudah menikah dengan putri mereka dan itu memperburuk keadaan.Aku tidak bisa melupakan betapa cepatnya Anya menyangkal menyukaiku ketika ayahnya bertanya kepadanya. Itu sangat menyakitkan, terutama karena aku telah jatuh cinta kepada Anya.Namun, aku tidak bisa mengakuinya, tidak sekarang, tidak ketika aku yakin Anya tidak punya perasaan terhadapku. Harga diri menahanku, meskipun hatiku ingin mengungkapkannya kepadanya.Momen-momen kecil yang menggoda di antara kami sebagai pasangan suami istri sangat berarti bagiku. Aku menghargainya, terutama ketika pipinya memerah, seolah-olah dia masih belum terbiasa berada begitu dekat denganku, bahkan setelah

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 32

    Sudut pandang Maximus:"Bagaimana kalau Anya memberi tahu orang tuanya bahwa kami hanya pasangan kontrak?" tanyaku."Apa menurutmu dia akan memberi tahu orang tuanya, terutama tentang alasan sebenarnya dia menyetujui kontrak itu?" balas Haris.Aku mempertimbangkan poin itu."Menurutku, salah satu alasan Anya nggak mau memberi tahu orang tuanya tentang pernikahan kalian adalah supaya lebih mudah baginya untuk berpisah denganmu saat waktunya tiba," kata Haris berspekulasi.Dia lanjut menyemangatiku, "Jadi, manfaatkan itu, Pak Maximus. Lebih bagus lagi kalau kamu pergi ke Safir untuk mengakrabi keluarganya. Dengan begitu, berita akan menyebar ke seluruh kota bahwa Anya sudah menikah. Jason akan kehilangan harapan untuk kembali bersamanya, bahkan setelah kontrak kalian berakhir.""Itu penjelasan yang panjang, tapi terima kasih, Haris. Kamu benar-benar sahabatku," kataku sambil menyeringai.Aku menyadari ucapan Haris ada benarnya. Pada akhirnya, keputusan untuk menceraikan istriku ada di ta

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 33

    Sudut pandang Anya:"Kenapa kamu terus memaksaku ikut padahal aku nggak mau?" tanyaku kepada Maximus.Dia terus mendesakku untuk menemaninya ke Lasindia."Kenapa kamu nggak mau?" desaknya."Kamu ngotot banget! Aku sudah bilang kalau aku takut terbang, 'kan?" jawabku."Ada aku bersamamu. Apa yang kamu takutkan? Dan kamu juga terbang saat pulang ke Safir, 'kan?" balasnya.Oh, benar juga."Itu beda karena penerbangannya pendek. Lain ceritanya kalau penerbangannya internasional," jelasku.Aku melihatnya menghela napas, mungkin merasa sikapku tidak masuk akal. Namun, berada di udara terlalu lama itu benar-benar menakutkan."Bagaimana kalau pesawatnya tiba-tiba jatuh? Tentu saja, kamu akan menyelamatkan dirimu sendiri dulu, baru wanita-wanita cantik yang kamu lihat, terutama pramugari yang seksi!" imbuhku."Serius, Anya? Kamu memikirkan hal seperti itu?" tanyanya, terdengar jengkel.Apa salahnya berpikir begitu? Aku cuma bersikap jujur."Mana aku tahu? Kamu nggak bisa menyangkal. Aku tahu ka

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 34

    Sudut pandang Anya:"Oke, jam berapa aku harus datang?" tanyaku."Kapan pun sebelum makan siang. Lebih baik kalau kamu datang sekarang karena sudah hampir waktunya, jadi kita bisa makan siang bersama. Sudah lama kita nggak makan di luar dan aku masih buta waktu itu," jawab Maximus.Ucapannya ada benarnya, jadi aku setuju.Setelah mengobrol, aku mandi. Aku tidak menyangka akan butuh waktu lama untuk memilih pakaian. Namun, karena aku biasanya lebih suka blus dan rok, itulah yang kupilih.Aku tidak terlalu suka pakaian, juga tidak terlalu peduli dengan penampilanku.Aku naik taksi seperti biasa karena aku tidak punya mobil. Kalaupun punya, aku tidak akan bisa menyetir. Aku tidak pernah tertarik dengan hal itu. Aku lebih suka menjadi penumpang dan sudah terbiasa dengan Jason yang selalu mengantarku.Oh tidak, mengapa aku jadi teringat mantanku?-Saat itu sekitar pukul 11:00 ketika aku tiba di perusahaan Maximus.Aku langsung menuju lift ke kantornya."Aku benar-benar nggak menyangka Bu M

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 35

    Sudut pandang Anya:"Kenapa kamu di sini?" tanya Miranda.Itu pertanyaan yang seharusnya kuabaikan, tetapi aku tidak bisa menahan diri untuk tidak memancingnya lebih jauh setelah mendengar pembicaraan karyawan Maximus yang menyebalkan itu.Aku mengangkat alis, bertekad untuk tidak membiarkannya menguasai pembicaraan kami. Bagaimanapun, aku adalah istri sah, dengan semua hak yang menyertainya."Tentu saja, aku sedang mengunjungi suamiku di kantornya. Apa ada masalah?""Anya," kata Maximus di sampingku.Aku menoleh untuk menatapnya, masih dengan alis terangkat. "Oh, kenapa? Apa kamu mau melarangku bicara lagi? Menghentikanku seperti yang kamu lakukan sebelumnya?""Apa aku bilang begitu?" tanyanya sambil menggelengkan kepalanya.Kapan dia akan terbiasa denganku yang pantang mengalah kepada siapa pun? Kupikir dia tidak ada masalah dengan hal itu karena dia selalu tampak yakin dengan kemampuanku membela diri."Pak Maximus, aku sudah membuat reservasi," sela Haris sebelum aku sempat masuk ke

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 36

    Sudut pandang Anya:"Apa kamu benar-benar akan pergi dengan Jason?" tanya Maximus dengan marah."Kamu sudah pernah melihatnya sebelumnya, tapi darahmu mulai mendidih bahkan sebelum sesuatu terjadi. Akan seburuk apa kalau kamu mengalami apa yang kulihat dan kudengar sebelumnya di lift?" balasku."Kita mungkin nggak saling mencintai, tapi selama kontrak kita berlaku, kamu harus menghormati hubungan kita."Kamulah yang menginginkan pernikahan ini, bukan aku. Kita seharusnya cukup berhubungan seksual semata, nggak lebih, tapi kamu memperumit keadaan," imbuhku."Jadi, ini salahku?" tanyanya. "Aku hanya memikirkanmu ketika aku mengajukan tawaran itu.""Kamu nggak perlu mempertimbangkanku. Aku nggak akan memberi tahu siapa pun tentang hubungan fisik kita," jawabku."Tapi kamu menyebarkan berita tentang pernikahan kontrak kita, 'kan? Khususnya kepada Jason," tuduhnya.Aku terkejut. Bagaimana dia tahu aku telah menyebutkan hal itu kepada mantanku?Percakapan kami memanas dan sepertinya dia mula

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 37

    Sudut pandang Maximus:Aku merasa diriku pasti pria paling bahagia di dunia saat kudengar Anya memanggilku "Sayang".Orang lain mungkin menganggap hal itu biasa saja, tetapi itu adalah sesuatu yang sangat berarti bagiku. Aku ingin memastikan Anya juga memiliki perasaan padaku sebelum aku menyatakan perasaanku. Aku tidak ingin terlihat seperti orang bodoh di hadapannya ataupun menjadi bahan leluconnya.Bahkan sebelum momen itu, aku sudah menyadari bahwa dia sepertinya tidak begitu menyukaiku. Namun, aku juga bisa merasakan bahwa ciuman-ciuman dan kenikmatan yang kuberikan padanya mulai memberikan dampak yang berbeda.Kita bisa mulai dari sana. Setidaknya, ada sesuatu yang kita sepakati.Apa yang terjadi di kantorku akan tetap menjadi salah satu kenangan paling penting dalam hidupku. Aku bukan tipe pria yang suka membawa wanita ke ruang kerjaku.Jika ada satu hal yang bisa kubanggakan dalam hubunganku dengan Anya, itu adalah saat dia menjadi satu-satunya wanita yang pernah berada di dala

Bab terbaru

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 50

    Sudut pandang Maximus:Andy yang tengah memeluk wanita di sampingnya, menimpali, "Kami sudah bilang bahwa kamu nggak dibutuhkan di sini.""Hei, Max bukan satu-satunya pria di sini," balas Sherly.Aku dengan jelas melihat Anya memutar matanya. Jelas kami semua sudah memiliki pasangan."Kalau begitu carilah seseorang yang sedang sendirian untuk kamu temani," kata Andre."Hei, Jalang, pergi dari sini," bentak Sherly pada wanita di samping Lucky."Apa?" tanya wanita itu dengan terkejut."Diam, Sherly!" teriak Lucky padanya.Dia paling benci pada orang yang mengacaukan apa pun atau siapa pun yang dia anggap miliknya."Apa? Jadi, kamu lebih pilih dia daripada aku?" tanya Sherly dengan nada genit."Aku nggak akan pernah memilihmu, Jalang," balas Lucky.Lucky memiliki lidah yang tajam. Dia akan mengatakan apa pun yang terlintas dalam pikirannya tanpa memedulikan siapa lawan bicaranya."Napa kamu terus-terusan ngelihatin wanita jalang itu?" tanya Anya dengan lembut."Apa? Aku nggak melakukannya

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 49

    Sudut pandang Maximus:"Hei, Bro, aku nggak tahu kalau kamu sudah menikah!" komentar temanku, Lucky Susatyo sambil menyeringai dan menatap Anya.Sikapnya membuatku merasa tidak nyaman karena aku tahu betapa pandainya dia merayu wanita. Lucky lebih parah dariku. Dia bahkan pernah menikung pacar temannya. Meskipun dia tidak pernah terlibat hubungan serius dengan wanita, tetap saja tidak pantas baginya untuk menggoda istriku."Ya, dia istriku, jadi bersikaplah sopan padanya," kataku sambil menatapnya tajam, berharap dia menerima pesanku. Aku tidak akan pernah memaafkannya kalau sampai dia mendekati satu-satunya wanita yang kucintai."Hei, hei, cukup," sela Andy sebelum melirik ke arahku dan Anya. "Lucky juga tahu diri. Ya 'kan, Sobat?"Aku mengangguk dan dengan lembut meremas tangan Anya untuk meredakan kecanggungan. Mungkin aku salah memilihkan baju untuknya. Meski Anya berdada rata, lekuk tubuhnya yang seksi tetap terlihat jelas. Dengan cepat, aku melepaskan mantelku untuk menutupi paka

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 48

    Sudut pandang Anya:"Cepat masukin, Suamiku!" perintahku. Tubuhku sudah mengantisipasi penetrasinya yang kasar. "Ahh! Enak sekali!" Aku tidak bisa menahan erangan sensualku lagi. Apa yang dikatakan orang mesum itu benar. Wanita mana pun akan mengerang oleh sentuhannya."Kamu masih sangat ketat, Istriku," katanya dengan suara sensual saat melakukan penetrasi.Awalnya, dia memegangi pinggulku, tetapi kemudian salah satu tangannya bergerak ke bahuku, mendorong batangnya masuk lebih dalam. Dia melakukannya dengan sepenuh hati, dan aku menikmati setiap momen."Maximus, teruskan ... lebih cepat ... ahh!" Aku mengerang berulang kali, kehilangan diriku dalam sesi bercinta yang intens ini. Kenikmatan di antara pahaku sedang terbangun, dan aku tahu dia juga merasakannya, jauh di dalam diriku. Aku mencengkeram bantal erat-erat saat dia terus menggoyangkan pinggulnya dengan cepat.Tiba-tiba aku teringat sesuatu. "Maximus, pastikan untuk nggak keluar di dalam, oke?"Dia tiba-tiba berhenti dan menat

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 47

    Sudut pandang Anya:"Sial! Istriku, kamu nggak pakai celana dalam?!" serunya dengan matanya terbelalak."Yah, celana dalamku terlihat di balik gaun ini. Berhubung aku nggak punya celana dalam seamless, jadi aku melepasnya," jawabku.Sejujurnya aku merasa agak risih dengan gaun yang kami beli di Baharimudra. Awalnya, aku tidak terlalu memikirkannya. Aku telah mencobanya di depan cermin sambil hanya berfokus pada bagian depan tanpa memperhatikan bagian belakang.Namun, ketika aku memakainya lagi barusan, aku baru sadar kalau celana dalamku terlihat jelas. Penampilan gaun ini tampak mengerikan dari belakang, dan aku tidak tahu harus berbuat apa. Jadi, pada saat Maximus memasuki kamar, aku sudah melepas celana dalamku."Sial ...," gumamnya.Dia kemudian memasukkan satu jari ke dalam organ intimku, membuatku memejamkan mata dan bersandar ke dadanya yang bidang dan berotot."Maximus, kamu lagi ngapain? Sebentar lagi kita berangkat," aku mengingatkannya, tapi suaraku terdengar lebih seperti e

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 46

    Sudut pandang Anya:"Benarkah? Tadinya aku berharap kamu mau ketemu dengan teman-temanku di sini," kata Jason.Seharusnya dia tidak perlu melakukan itu, tapi aku tidak memberitahunya karena tidak ingin menyakiti perasaannya."Maaf, Jason, aku benaran nggak bisa," jawabku."Oke. Lain kali saja kalau begitu," katanya."Oke. Dah."Setelah mengakhiri panggilan, aku menarik napas dalam-dalam.Kenangan saat-saat kami masih bersama tiba-tiba membanjiri benakku lagi. Aku tidak bisa mengatakan hal-hal buruk tentangnya. Aku tahu dan masih bisa merasakan cintanya kepadaku. Tidak pernah terjadi kesalahpahaman di antara kami karena dia sangat pengertian. Mungkin itu karena kami saling mengenal satu sama lain.Tentu saja kami pernah bertengkar, tetapi seringnya kami bertengkar karena hal-hal kecil. Walau demikian, dia selalu berusaha keras untuk menebusnya. Itulah alasan yang membuatnya menjadi satu-satunya pria yang pernah sangat aku cintai.Sayangnya semua itu sudah berlalu. Kami tidak lagi bersam

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 45

    Sudut Pandang Anya:"Ayo, istriku. Ikutlah denganku," ajak Maximus yang memaksa. Aku benar-benar tidak mau ikut. Percakapan bisnis tidak menarik bagiku. Lagi pula, aku hanya akan bengong selama rapat. Jadi, aku lebih baik diam di kamar hotel ini."Aku mau di sini saja, Maximus. Kamu sudah ditemani dua sekretarismu, itu cukup," balasku."Kamu mau ngapain di sini?" tanya dia."Memangnya kamu mau aku ngapain di sana?" jawabku."Mendengar percakapan kami," katanya."Kamu tahu kenapa aku jadi perawat?" tanyaku yang mulai bicara dengan nada kesal."Agar kamu bisa bersama Jason?" balasnya. Aku pun mengerlingkan mata karena kesal dia masih cemburu. Maximus memang mengaku kalau dia cemburu saat melihatku bersama Jason, dan benci saat melihatku terlihat begitu senang saat bersama Jason. Maximus berpikir aku memberi tahu Jason kalau kami akan datang dan Jason juga sedang ada di sana.Aku sudah menjelaskan semuanya, alasan aku dan Jason masih berkomunikasi dan alasan dia ada di sini. Aku kira mas

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 44

    Sudut pandang Maximus:Kepalaku sakit dan aku tidak bisa berhenti mengerang saat membuka mata dengan perlahan. Aku berusaha mengingat kenapa aku merasakan ini, lalu kejadian kemarin pun muncul kembali di benakku. Aku bernapas dalam-dalam sebelum menoleh ke samping, lalu merengut karena tidak melihat Anya di sana.Aku pun segera bangun dan memeriksa kamar mandi. Lampunya mati, jadi sudah pasti dia tidak ada di sana. Kemudian, aku ingat Anya menanggalkan pakaianku semalam, tetapi sekarang aku sudah mengenakan singlet dan bokser.Aku keluar kamar dan melihat Anya sedang tidur di sofa. Aku diam-diam menghampirinya dan duduk di sebelahnya. Sofa itu cukup besar untuk menampung kami berdua, tetapi Anya tidak seharusnya di sana. Dia seharusnya ada di kamar bersamaku, tetapi dia malah memilih untuk tidur di sini.Aku memutuskan untuk membiarkannya dan mulai memperhatikan diri sendiri. Saat mandi, aku teringat bagaimana aku harus menahan diri kemarin setelah menghukum Anya. Lain kali, aku akan m

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 43

    Sudut pandang Maximus:"Apa? Kamu mau minum?" tanyaku."Iya," jawabnya. Dia melanjutkan, "Aku juga mau kamu." Aku pun melirik ke arah pelayan bar dan memberikan isyarat agar dia menuangkan segelas minuman untuk wanita itu. Aku tidak bermaksud untuk mendekati wanita itu dan hanya ingin menemani dia minum. Aku sadar kalau aku mengusirnya, akan ada orang lain yang datang menggantikannya.Jadi, aku minum bersama wanita yang tidak mau kukenal itu, lalu aku pun mulai merasa pusing. Aku bahkan tidak tahu saat itu pukul berapa karena aku hanya memikirkan Anya yang mungkin tidak mau menghubungi atau menanyakan kabarku. Aku begitu terpuruk di bar, terus-terusan memanggil nama Anya saat seseorang mengangkat kepalaku.Aku pun mendengar seseorang berkata, "Tampan, jangan tidur di pangkuanku." Kejadian itu akan lebih baik kalau aku melihat wajah Anya. Sayangnya, bukan itu yang terjadi. Aku pun menyingkirkan tangan wanita itu saat dia menyentuh wajahku. Namun, wanita itu begitu bersikeras menarik wa

  • Perjanjian di Atas Ranjang   Bab 42

    Sudut pandang Maximus:Bahkan saat aku bersama teman-temanku, pikiranku masih terpusat pada Anya. Mereka menggodaku saat kami mengobrol, karena mereka menyadari kalau perhatianku teralihkan. Mereka juga yang telah mendatangkan seorang wanita ke kamar hotel kami. Namun, aku bahkan tidak bisa mengingat nama wanita itu.Saat itulah mereka menyadari bahwa hubunganku dengan Anya cukup serius. Aku menegur teman-temanku, dan menjelaskan bahwa aku tidak tertarik bermain dengan wanita lain. Mereka mengira aku telah menikahi Miranda dan menerima keputusan nenekku, tetapi mereka salah.Menjelang sore, aku sudah tidak tahan lagi. Aku pun berpamitan pada teman-temanku. Aku menduga Anya mungkin merasa lapar, dan memutuskan untuk pulang agar kami bisa makan bersama. Namun, saat aku berbalik ke arah lift, aku melihat Anya keluar bersama Jason.Apa yang dia lakukan di sini? Apakah Anya telah memberi tahu Jason bahwa kami ada di sini sehingga dia mengikuti kami ke tempat ini?Amarah berkobar dalam hatik

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status