Home / Romansa / KAWIN LARI / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of KAWIN LARI : Chapter 21 - Chapter 30

47 Chapters

Bab 21. Bukti Sebuah Foto

"Kalo boleh tau, ada berapa dokter di sana yang namanya sama dengan kamu." Dara menatap mata itu penuh dengan rasa penasaran berusaha mencari kebenaran di dalam sana."Maksudnya gimana?" Rizal melepas pelukannya, membawa Dara duduk di sisi tempat tidur sementara dia menarik kursi kerjanya."Ya aku mau tau, Rizal yang dimaksud Mbak-mbak perawat tadi itu dokter Rizal kamu atau ada Rizal yang lain.""Memangnya kenapa dengan Rizal yang mereka bicarakan?""Meraka bilang Rizal yang ini adalah anak seorang pengusaha, old money, kaya tujuh turunan, punya rumah sakit besar di Padang dan menjadi dokter residen di rumah sakit itu bukan dengan beasiswa tapi biaya sendiri," urai Dara.Rizal menelan salivanya kasar, jakunnya turun naik, ada kegugupan di sana. Bagaimana jika memberitahu Dara jika yang dia dengar adalah benar. Apa Dara masih tetap menerimanya atau malah sebaliknya meninggalkan Rizal karena kebohongan yang dia lakukan."Mas?" Dara membuyarkan lamunan Rizal. "Jadi, Rizal yang mereka ma
last updateLast Updated : 2024-11-19
Read more

Bab 22. Menuntut Penjelasan

Dara mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan di kamarnya. Pikirannya masih bergejolak mencoba menghubungkan satu demi satu cerita yang dia dengar dan dia baca. Rasanya tidak mungkin Rizal membohonginya, tapi jika ini semua ternyata benar jelas Dara merasa selama ini dipermainkan oleh Rizal.Apakah dengan Rizal berbohong, maka Rizal bisa seenaknya mempermainkan perasaannya. Atau dengan jangan-jangan Rizal akan mengira jika Dara tahu dia dari keluarga berada maka Dara akan memanfaatkan kekayaan lelaki itu."Aku bukan cewek matre!" geram Dara.Kesal rasa hati Dara, lalu dia beranjak membuka lemari pakaiannya. Kemeja oversize berwarna nude dan celana jeans dia keluarkan dari sana. Setelah mengganti pakaiannya, Dara meraih tas selempangnya dan keluar dari kamar."Mau kemana, Ra?" tanya Bu Sum dengan membawa pewangi setrika yang akan dia berikan pada Siti."Ke rumah sakit Rizal, Bu," jawab Dara sambil memakai sepatu kets."Loh, ngapain? bukannya Nak Rizal hari ini ada jadwal kerja.""Bi
last updateLast Updated : 2024-11-20
Read more

Bab 23. Break

"Kita putus!"Dara beranjak dari kursi panjang itu. Cepat-cepat Rizal menahan tangan Dara, lalu menggandengnya pergi dari taman. Masih dengan tangan yang menggenggam erat tangan Dara, Rizal berjalan bersisian. Semua mata menatap mereka, apalagi para perawat-perawat muda yang kesehariannya sering tebar pesona pada Rizal. Beberapa berbisik, beberapa hanya memandang, mungkin saja mereka patah hati.Rizal naik ke atas motornya, dia taruh di depan tas punggung berisi laptop berikut jas putih yang biasa dia pakai saat bekerja sudah dia masukkan lebih dulu ke dalam tas itu."Naik," kata Rizal masih dengan nada lembut.Dara bergeming."Please, naik Ra. Nanti aku jelaskan semuanya saat kita tiba di kost." Rizal memohon."Aku mau pulang," ujar Dara masih memandang ke arah lain."Nanti kuantar pulang kalo kamu sudah mendengarkan penjelasanku. Ayo naik dulu," pinta Rizal.Pada akhirnya Dara mengikuti kata-kata Rizal, meski hatinya bergemuruh karena emosi namun otaknya mengatakan sebaliknya, Dara
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 24. Mencuri Hatinya Kembali

"Halo Ra," ujar Sari di seberang sana."Halo Bu." Dara baru saja meletakkan tas kerjanya di atas meja pagi itu."Kamu udah di kantor?" tanya Sari."Sudah Bu, ada yang bisa saya bantu?""Mobil saya tiba-tiba mogok, kamu bisa bawakan berkas saya ke restoran hotel, ya.""Oh baik, Bu.""Ada dua berkas di atas meja saya, satu berbahasa Inggris satu lagi bahasa Indonesia. Keduanya isinya sama, nanti tolong kamu berikan pada Mr. Richard. Dia minta laporan itu pagi ini, kebetulan dia sarapan pagi di hotel. Nanti di sana sudah ada Pak Rudi yang menemaninya. Dua berkas itu berikan saja pada Pak Rudi, biar dia yang menjelaskan semuanya," ujar Sari panjang lebar."Baik, Bu. Segera saya ke restoran nanti, apa ada lagi?" "Enggak itu aja, ini saya masih nunggu taksi online. Setengah jam lagi mungkin saya sudah di kantor. Tolong kamu handle dulu ya, Ra."Dara mengangguk tanpa menjawab dan kembali meletakkan ponselnya setelah pembicaraan selesai. Gegas dia ke ruangan Sari untuk membawa berkas laporan
last updateLast Updated : 2024-11-21
Read more

Bab 25. Mendamaikan Hati

Sore menjelang, ini adalah hari kedua Rizal mengikuti seminar kedokteran yang diadakan di hotel ini. Setiap sore, Rizal akan berdiri di teras lobby hanya untuk menunggu motor Dara keluar dari area hotel, setelahnya dia akan merasa lega. Namun sore ini, sudah hampir satu jam Rizal menunggu tetapi Dara belum juga muncul.Rizal berjalan pada sisi hotel, mengitari area itu hingga sampai pada area pintu masuk kantor Dara. Sudah terlihat sepi, Dara belum juga muncul. Rizal menghampiri seorang sekuriti menanyakan apakah masih ada karyawan yang berada di dalam."Sepertinya masih ada, Pak. Mungkin lembur," jawab sekuriti tadi."Makasih, Mas." Rizal meninggalkan tempat itu. Alih-alih masuk ke dalam hotel untuk mengambil barang-barangnya, Rizal memilih duduk di bawah pohon tepat sebelum jalan ke arah basement.Dara keluar dari kantor setengah jam kemudian, dia berjalan ke arah parkir basement khusus karyawan. Rizal memperhatikan gerak-gerik Dara, hingga mimik mukanya berubah ketika sebuah mobil
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Bab 26. Jodoh Nggak Lari Kemana

"Ra, bangun Ra ... udah jam empat subuh. Mau liat matahari terbit nggak? Ra ...."Ini kali kedua Bu Sum membangunkan Dara. Gadis itu masih meringkuk di dalam selimut, sungguh ini ide Bu Sum membuat tulang-tulang nya rontok karena kedinginan."Ra, mau ikut nggak? Ibu tinggal ya, itu Bagas udah nunggu di depan. Sekalian Ibu ke Mushola nanti kamu nyusul ya.""Hhmm ...." Hanya itu yang terdengar dari jawaban Dara.Fajar mulai nampak, Bu Sum dan Bagas memutuskan berjalan menikmati udara pagi. Puncak gunung mulai terlihat, perkebunan sayur di kanan kiri jalan menjadi pemandangan alam yang tak dapat tergantikan dengan apapun.Sementara di bilik kamar villa, Dara masih meringkuk di dalam selimut putihnya. Bunyi alarm mau tak mau membuatnya membuka mata sedikit demi sedikit. Angka yang berada di layar ponselnya sontak membuatnya terkejut. Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi sudah telat sepertinya untuk menikmati munculnya matahari pagi. Dara bergegas, meraih sweater tebalnya lalu masuk
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Bab 27. Keputusan Sebelah Pihak

Mesin pendeteksi jantung masih berbunyi secara normal. Beberapa kali dokter Zainal meminta alat operasi kepada perawat, sementara Rizal sesekali membantu dan memperhatikan bagaimana dokter senior itu melakukan pekerjaannya dengan teliti dan seksama.Pagi ini operasi besar seorang pasien dengan rekam medis pecah pembuluh darah di bagian otak. Operasi yang dilakukan hampir berjalan selama empat jam. Kasus yang selalu rumit bagi dokter bedah saraf dan diperlukan ke hati-hatian dalam menindak lanjuti.Satu jam kemudian operasi pun selesai dilaksanakan. Dokter Zainal berdiskusi lebih dulu dengan dokter-dokter terkait yang lainnya mengenai keadaan pasien. Tugas yang harus dilakukan oleh Rizal adalah memberikan pengertian pada keluarga pasien, bahwa operasi ini berhasil namun kondisi pasien masih diantara 50-50 untuk kembali normal seperti semula."Bisa ya, Dok?" Dokter Zainal memastikan Rizal bisa mengendalikan kondisi saat ini."Bisa, Dok."Dokter Zainal menepuk pundak Rizal, dia keluar le
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 28. Langkah Baru

Barang-barang berserakan di kamar hotel itu, wanita yang terlihat independen itu begitu kacau. Napasnya masih memburu, make up di wajahnya sangat berantakan. Emosinya turun naik, air matanya masih membasahi pipi. Dia terduduk di lantai, bersandar di sisi tempat tidur dengan selimut putih yang sudah kusut lantaran jadi pelampiasan emosinya."Halo," ujarnya dengan suara bergetar. "Sudah dapat dimana tempatnya bekerja?""Send alamat lengkapnya ke saya."Begitulah percakapan Synthia dengan informannya yang kembali mendapatkan data tentang Dara."Enggak semudah itu kamu merebut Rizal dari aku," ujarnya penuh kebencian.Synthia kembali menggulir layar ponselnya, mengamati poto demi poto yang di kirim ke ponselnya. Wajah Dara yang manis sedang tersenyum penuh cinta pada Rizal. Poto Rizal yang sedang membelai bahkan merangkul Dara saat makan malam di sebuah restoran."Halo, Bunda ....""Syn, gimana Jogja?" tanya sang Bunda di seberang."Aku sudah bertemu dengan Rizal, Bunda. Dia masih bersik
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 29. Dapat Bernapas Lega

Rizal berlari menuju ruang instalasi gawat darurat, setelah menerima telepon dari seseorang yang mengabarkan jika Dara mengalami kecelakaan. "Pasien kecelakaan di ring road utara, seorang perempuan berada dimana, Sus?" tanya dengan wajah yang panik sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan."Sedang ditangani oleh dokter, Pak. Bapak bisa tunggu di ruang tunggu pasien," jawab perawat tadi, sepertinya perawat ini baru dan belum mengenal Rizal sebagai salah satu dokter residen di rumah sakit ini."Siapa yang menangani? dimana pasiennya?""Bapak bisa tunggu di ruangan tunggu, pasien dalam perawatan inten—""Zal." Rizal cepat menoleh ke arah suara, Budi baru saja keluar dari ruangan IGD."Bud, lo yang handle Dara.""Dara?""Iya, pasien tabrak lari di ring road itu pacar gue. Gimana keadaannya Bud?""Ada luka di kepalanya, gue menyimpulkan dia terkena gegar otak. Dari pemeriksaan fisik, luka di kepala yang gue temukan, kalo melihat kondisi pupil matanya maka gw simpulkan ya itu ta
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 30. Penambah Nafsu Makan

Bunya mesin EKG memenuhi ruangan ICU, semalam Dara dipindahkan dari IGD oleh Budi untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif lagi. Beberapa alat medis terpasang di bagian-bagian tertentu tubuhnya. Rizal melangkah perlahan, menarik kursi untuk duduk di sisi tempat tidur Dara. Lelaki itu mengenakan baju khusus ruangan ICU. Dia raih tangan yang terkulai lemas itu, di ciuminya berulang kali. Melihat Dara tak berdaya seperti ini sama saja seperti melukai hatinya. Pelan tangan Rizal membelai kepala Dara yang terbalut perban, diamatinya wajah yang pucat itu. Bulu matanya yang lentik sedikit basah, bibirnya yang terkatup hingga bagian leher yang mengenakan collar neck."Maafin aku, ya," ucap Rizal lirih. "Harusnya aku bisa jagain kamu."Mata Rizal berkabut, ditaruhnya tangan dingin Dara pada pipinya."Harus semangat sembuh ya, Ra. Aku pasti temenin kamu, sampe kamu sembuh seperti sedia kala."Tak lama perawat pun masuk, mempersiapkan Dara untuk melakukan tindakan MRI. Rizal mengikuti beb
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status