Home / Romansa / KAWIN LARI / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of KAWIN LARI : Chapter 11 - Chapter 20

25 Chapters

Bab 11. Lama-lama Terasa Nyaman

Senyum Rizal kembali terukir, ingatannya masih melekat saat tadi dirinya memberanikan diri menyatakan perasaannya pada Dara. Tiba-tiba memeluk gadis itu, bahkan wajah mereka sempat dekat beberapa inci lagi, saling menatap sendu.Lamunannya buyar saat pesan masuk ke ponselnya dari sang Mama."Mama besok pagi pulang, penerbangan jam tujuh pagi. Malam ini sempatkan bertemu Mama dan Papa." Isi pesan itu rasanya enggan Rizal baca, toh selama ini juga orangtuanya datang dan pergi sesuka hati. Datang dengan melimpahkan masalah padanya, dan pergi meninggalkan masalah baru.Seperti pertemuan malam itu dengan Synthia dan Amar. Rizal baru mengetahui kalau ada rencana paman dan orangtuanya menjodohkannya dengan Synthia dengan alasan menjadikan kerajaan bisnis mereka khususnya rumah sakit berkembang lebih pesat lagi. Salah satunya menambah jangkauan bisnis sang Ayah yang mencoba bermain di pertambangan. Dan Synthia siang itu mengatakan sendiri pada Rizal. "Ya aku nggak bisa memaksa kamu, tapi ad
Read more

Bab 12. Maunya Rizal

"Ra, Ibu boleh tanya?" Bu Sum menarik kursi di ruang makan, dia memperhatikan Dara yang sedang mengunyah nasi goreng buatan Bu Sum pagi itu."Ya, Bu. Ibu mau tanya apa?" Dara meneguk air putih di dalam gelas."Kamu dan dokter Rizal, benar kalian pacaran?""Uhuk ... uhuk ...." Dara tersedak membuat dia pun terbatuk-batuk. "Pake acara batuk-batuk segala. Bilang aja iya, Mbak. Lagian Ibu juga pertanyaannya bikin ketawa, mana ada sih Bu, cowok tiap malem Minggu dateng ke rumah terus mau ketemu anak gadis Ibu." Bagas meletakkan tasnya di kursi lalu menerima piring berisi nasi goreng dari Bu Sum."Kan Ibu butuh kejelasan, Gas.""Mbak, pinjem motor ya. Bagas ada tugas P5, Mbak nggak kemana-mana kan hari ini?" tanya Bagas."Sabtu ini Mbak mau ke toko buku.""Yah, kirain nggak kemana-mana." Raut wajah Bagas kecewa."Pake aja, biar Mbak naik bis Trans." "Hhmm ... nggak sama ayang bebeb?" goda Bagas menahan senyumnya."Enggak, dia ada jadwal hari ini." "Jadi bener pacaran, Ra?" Bu Sum masih p
Read more

Bab 13. Rizal Yang Misterius

Kenapa sih, Mas?" tanya Dara lagi. "Mas ...." Dara membelalakkan matanya saat tubuh Rizal semakin mendekat. "Mas ... mau ngapain?' tangan Dara menahan dada Rizal."Mau ambil remote." Rizal meraih remote TV tepat berada di sebelah Dara."Ih." Dara menepuk pundak lelaki itu. "Kirain mau ngapain.' "Emang mau ngapain?' Rizal senyum-senyum, diapaling senang jika usil pada Dara. Tak tahan melihat wajah kekasihnya itu memerah jika dia goda.Rizal beranjak dari tempat duduknya setelah membaca pesan yang masuk."Mas mau kemana?" "Mau ambil pesanan di bawah," jawab Rizal. "Aku ikut." Dara ikut beranjak."Sebentar aja, Ra. Di sini aman, nggak ada apa-apa. Aku cuma sebentar."Tidak sampai 10 menit Rizal sudah kembali ke unit apartemen miliknya. Saat membuka pintu dia tidak menemukan Dara di sana. Terdengar aliran air dari kamar mandi, sudah pasti kekasihnya itu berada di sana. Rizal menyiapkan makan malam untuk mereka, sengaja dia memesan beef teriyaki, salad sayur dan salad buah, dan dua kot
Read more

Bab 14. Jogja Dan Gadisnya

"Bagaimana dengan project alat kesehatan yang masuk ke rumah sakit kita?" tanya Andreas pada Hana."Dari kesepakatan bersama mereka baru mengirimkan satu batch sesuai dengan perjanjian. Semua sudah di alokasikan ke bagian purchasing untuk di proses lebih lanjut, Pa," jawab Hana.Hana adalah anak yang di asuh oleh Andreas dan Donna sejak masih bayi, dua tahun sebelum Rizal lahir melengkapi kebahagiaan keluarga mereka."Han, persiapan pernikahan kamu sudah berapa persen?""Masih 80 persen, Ma. Hari ini rencananya kami akan meeting untuk resepsi wedding nya.""Bisa nggak kamu nggak terlalu sering pulang malam. Enggak pantas calon pengantin masih sibuk pekerjaan di kantor hingga harus lembur." Donna memoleskan selai cokelat di rotinya. "Pa, bisa kan di kurangi sedikit saja kerjaan Hanna. Bagaimanapun dia harus menjaga sikap dan sifatnya sebagai keturunan kita.""Ya kan memang kerjaan di kantor apalagi urusan rumah sakit memang harus Hanna yang handle. Siapa lagi kalo bukan Hanna, Rizal? a
Read more

Bab 15. Sama-sama Nakal

Motor Rizal berhenti di parkiran kost-nya siang itu. Sambil membawa dua kantung plastik berisi kebutuhan bulanannya, Rizal berjalan ke arah beranda kost eksklusif itu. Sebuah senyuman terukir di wajahnya saat melewati salah satu kamar di dekat tangga. Sedikit mengangguk dan megucap kata permisi, Rizal terus melangkah menapaki anak tangga.Siang ini rencananya, Rizal meminta Dara untuk datang ke kostnya. Karena terkadang mereka hanya punya waktu bertemu di hari Sabtu atau Minggu saja. Itu pun hanya beberapa jam saja, atau Rizal menyempatkan diri menjemput Dara di tempat kerjanya.Membereskan barang bawaannya, Rizal melanjutkan membersihkan kamarnya. Menyemprotkan pewangi di seluruh ruangan dan menyalakan pendingin ruangan agar saat Dara datang kamarnya sudah terlihat rapih.Pintu terbuka setelah diketuk dua kali oleh Dara. Senyum keduanya merekah saat saling menatap. Dara melangkah masuk ke dalam kamar kost Rizal, harum mint tercium begitu segar."Aku bawain kamu salad sayur," ujar Dar
Read more

Bab 16. Keluarga Besar

Enggan rasanya Rizal keluar dari kamarnya menuju lantai satu rumah besar milik orangtuanya. Di bawah sudah berkumpul keluarga besar dari Andreas dan Donna, bahkan berdatangan dari siang tadi saat Rizal baru saja sampai memasuki rumah besar itu.Terdengar ketukan di pintu kamarnya beberapa kali, akhirnya mau tak mau membuat Rizal beranjak. Hana sudah berdiri di depan pintu dengan kedua tangan terentang."Adik aku akhirnya pulang." Hanya Hana yang menyambutnya dengan kehangatan."Masuk, Uni." Rizal membuka pintu kamarnya lebar-lebar.Hana duduk di pinggiran ranjang besar kamar itu. Kamar Rizal memang tidak banyak berubah, masih sama malah seperti dulu. Susunan buku-buku medis juga banyak di rak pojok kamarnya."Kenapa nggak turun?" tanya Hana."Males, Uni. Banyak tanya pasti nanti ""Kan sudah biasa itu, Cal. Dari kita kecil malah, turunlah nggak enak sama keluarga besar mama papa. Dari tadi mereka nanyain kamu.""Enggan rasanya Ical, Uni. Apalagi kalo sudah liat Mamak Dahlan di sana, r
Read more

Bab 17. Pertemuan Dua Keluarga

Rizal mematut dirinya di depan kaca, bulu-bulu halus di rahangnya dia biarkan tumbuh. Penampilannya malam ini hanya mengenakan kemeja berwarna maroon dan celana chinos berwarna krem. Di lantai bawah keluarga besarnya sedang berkumpul, riuh suara gelak tawa terdengar hingga ke kamarnya. Terakhir rumahnya ini ramai seperti sekarang adalah saat dia wisuda mendapatkan gelar dokter. Menjadi kebanggaan kedua orangtuanya adalah mimpi Rizal namun bukan berarti orangtuanya bisa mengatur hidup serta menentukan jalan hidupnya sesuka hati.Rizal meraih ponselnya, kemarin dia hanya tiga kali mengirimkan pesan pada Dara. Keramaian di rumahnya memang menyita waktu, hingga malam kemarin Rizal berjanji untuk video call saja akhirnya gagal karena dia terlanjur ketiduran."Lagi apa?" Isi chat Rizal yang terkirim untuk Dara."Di rumah sedang ramai, malam ini ada acara Malam Bainai. Aku telpon kamu mungkin agak tengah malam, ya." "Jangan tidur dulu, Ra. Aku kangen."Tiga pesan terkirim, Rizal melangkah
Read more

Bab 18. Ambisi

Prosesi pernikahan Hana dan Hasan begitu sakral. Bertempat di hotel bintang lima, para tamu undangan bukan hanya dari kalangan pengusaha, tapi juga dari kalangan pejabat serta beberapa artis di negara ini.Rizal berdiri menikmati jamuan makan malam sambil mendengarkan alunan suara merdu dari salah satu artis yang di minta untuk mengisi acara. Hana begitu cantik duduk di pelaminan memakai suntiang, senyumnya terpancar. Namun entah itu sebuah senyum kepura-puraan atau nyata dia bahagia. Tidak dapat Rizal bayangkan bagaimana Hana akan mengarungi rumah tangganya nanti."Bukankah acara pernikahan dengan prosesi adat seperti ini sangat indah," ujar Anna, ibu Synthia. Wanita berbalut kebaya berwarna silver itu menghampiri Rizal.Rizal membalikkan tubuhnya, lalu dia menunduk memberi hormat pada Anna."Iya indah, Tante," jawab Rizal."Keinginan setiap orang tua itu ingin melihat anak-anaknya bukan hanya sampai dengan tercapai cita-cita mereka. Namun salah satunya seperti ini, melihat anak-anak
Read more

Bab 19. Boleh Merindu

"Pesawatku transit dan sepertinya delay." Isi pesan Rizal untuk Dara.Sementara waktu menunjukkan pukul tiga sore, hampir dua jam Rizal menunggu di bandara Soekarno-Hatta. Bisa-bisa dia sampai Jogja malam hari, dengan begitu dia akan bertemu Dara sudah pasti keesokan harinya."Rizal?" Suara itu membuat Rizal menoleh."Maya?" "Ya ampun, tadinya aku ragu. Ternyata benar ini kamu," ujarnya dengan mata berbinar."Apa kabar?" Rizal mengulurkan tangan pada Maya, terakhir bertemu empat tahun yang lalu sebelum mereka berpisah."Baik. Aku baik, kamu?" Senyum itu masih sama, wajahnya semakin dewasa, namun matanya masih menyisakan luka. "Kemana?" tanya Rizal menelan salivanya kasar. Siapa sangka akan bertemu dengan gadis yang pernah bertahta di hatinya selama hampir lima tahun."Bali," ucapnya. "Kamu sendiri?""Jogja." Senyum Rizal nampak samar. "Duduk." Rizal menawarkan tempat duduk di ruang tunggu itu."PPDS?" tanya Maya."Begitulah, kamu sendiri ke Bali?""Oh, ada pekerjaan yang harus di s
Read more

Bab 20. Mulai Terbongkar

Dara terbangun dari tidurnya saat ini waktu menunjukkan jam dua siang. Cumbuan Rizal membuatnya terlena dari pagi hingga tengah hari tadi. Pelampiasan kerinduan itu nyatanya hampir saja membuat mereka lupa diri.Tangan Rizal masih berada di atas perutnya. Kekasihnya itu sebenarnya masih nampak kelelahan dan juga kurang tidur. Dara meraih ponselnya, memesan makan siang mereka melalui aplikasi online. Perutnya sudah berbunyi sedari tadi.Kembali Dara memandangi wajah Rizal, bulu-bulu halus itu dibiarkan Rizal untuk tumbuh di sana menambah ketampanan lelaki Minang ini."Ganteng, ya?" Dengan mata yang sedikit terbuka dia berhasil mengagetkan Dara yang tengah asyik menikmati wajah tampannya."Ge-er banget." Dara tertawa kecil.Rizal merapatkan tubuhnya kembali pada Dara, memperhatikan gadisnya itu yang sedang memainkan jarinya di antara bulu-bulu halus wajah Rizal."Anak siapa sih kok bisa cantik kayak gini," ucap Rizal."Anak Bu Sumiati," jawab Dara tertawa. "Enggak nyangka ya, punya pacar
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status