Beranda / Romansa / KAWIN LARI / Bab 23. Break

Share

Bab 23. Break

Penulis: Chida
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-21 07:53:06

"Kita putus!"

Dara beranjak dari kursi panjang itu. Cepat-cepat Rizal menahan tangan Dara, lalu menggandengnya pergi dari taman. Masih dengan tangan yang menggenggam erat tangan Dara, Rizal berjalan bersisian. Semua mata menatap mereka, apalagi para perawat-perawat muda yang kesehariannya sering tebar pesona pada Rizal. Beberapa berbisik, beberapa hanya memandang, mungkin saja mereka patah hati.

Rizal naik ke atas motornya, dia taruh di depan tas punggung berisi laptop berikut jas putih yang biasa dia pakai saat bekerja sudah dia masukkan lebih dulu ke dalam tas itu.

"Naik," kata Rizal masih dengan nada lembut.

Dara bergeming.

"Please, naik Ra. Nanti aku jelaskan semuanya saat kita tiba di kost." Rizal memohon.

"Aku mau pulang," ujar Dara masih memandang ke arah lain.

"Nanti kuantar pulang kalo kamu sudah mendengarkan penjelasanku. Ayo naik dulu," pinta Rizal.

Pada akhirnya Dara mengikuti kata-kata Rizal, meski hatinya bergemuruh karena emosi namun otaknya mengatakan sebaliknya, Dara
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (13)
goodnovel comment avatar
Anies
kalo mau break jangan lama² ya kalian
goodnovel comment avatar
🍁Mam 2R🍁
berpisah sementara untuk bersatu selamanya ya kan
goodnovel comment avatar
Siti Kotijah
ya da uda rizal break sementra sapa tau nanti memupuk rasa rindu
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • KAWIN LARI    Bab 24. Mencuri Hatinya Kembali

    "Halo Ra," ujar Sari di seberang sana."Halo Bu." Dara baru saja meletakkan tas kerjanya di atas meja pagi itu."Kamu udah di kantor?" tanya Sari."Sudah Bu, ada yang bisa saya bantu?""Mobil saya tiba-tiba mogok, kamu bisa bawakan berkas saya ke restoran hotel, ya.""Oh baik, Bu.""Ada dua berkas di atas meja saya, satu berbahasa Inggris satu lagi bahasa Indonesia. Keduanya isinya sama, nanti tolong kamu berikan pada Mr. Richard. Dia minta laporan itu pagi ini, kebetulan dia sarapan pagi di hotel. Nanti di sana sudah ada Pak Rudi yang menemaninya. Dua berkas itu berikan saja pada Pak Rudi, biar dia yang menjelaskan semuanya," ujar Sari panjang lebar."Baik, Bu. Segera saya ke restoran nanti, apa ada lagi?" "Enggak itu aja, ini saya masih nunggu taksi online. Setengah jam lagi mungkin saya sudah di kantor. Tolong kamu handle dulu ya, Ra."Dara mengangguk tanpa menjawab dan kembali meletakkan ponselnya setelah pembicaraan selesai. Gegas dia ke ruangan Sari untuk membawa berkas laporan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-21
  • KAWIN LARI    Bab 25. Mendamaikan Hati

    Sore menjelang, ini adalah hari kedua Rizal mengikuti seminar kedokteran yang diadakan di hotel ini. Setiap sore, Rizal akan berdiri di teras lobby hanya untuk menunggu motor Dara keluar dari area hotel, setelahnya dia akan merasa lega. Namun sore ini, sudah hampir satu jam Rizal menunggu tetapi Dara belum juga muncul.Rizal berjalan pada sisi hotel, mengitari area itu hingga sampai pada area pintu masuk kantor Dara. Sudah terlihat sepi, Dara belum juga muncul. Rizal menghampiri seorang sekuriti menanyakan apakah masih ada karyawan yang berada di dalam."Sepertinya masih ada, Pak. Mungkin lembur," jawab sekuriti tadi."Makasih, Mas." Rizal meninggalkan tempat itu. Alih-alih masuk ke dalam hotel untuk mengambil barang-barangnya, Rizal memilih duduk di bawah pohon tepat sebelum jalan ke arah basement.Dara keluar dari kantor setengah jam kemudian, dia berjalan ke arah parkir basement khusus karyawan. Rizal memperhatikan gerak-gerik Dara, hingga mimik mukanya berubah ketika sebuah mobil

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-22
  • KAWIN LARI    Bab 26. Jodoh Nggak Lari Kemana

    "Ra, bangun Ra ... udah jam empat subuh. Mau liat matahari terbit nggak? Ra ...."Ini kali kedua Bu Sum membangunkan Dara. Gadis itu masih meringkuk di dalam selimut, sungguh ini ide Bu Sum membuat tulang-tulang nya rontok karena kedinginan."Ra, mau ikut nggak? Ibu tinggal ya, itu Bagas udah nunggu di depan. Sekalian Ibu ke Mushola nanti kamu nyusul ya.""Hhmm ...." Hanya itu yang terdengar dari jawaban Dara.Fajar mulai nampak, Bu Sum dan Bagas memutuskan berjalan menikmati udara pagi. Puncak gunung mulai terlihat, perkebunan sayur di kanan kiri jalan menjadi pemandangan alam yang tak dapat tergantikan dengan apapun.Sementara di bilik kamar villa, Dara masih meringkuk di dalam selimut putihnya. Bunyi alarm mau tak mau membuatnya membuka mata sedikit demi sedikit. Angka yang berada di layar ponselnya sontak membuatnya terkejut. Waktu menunjukkan pukul setengah enam pagi sudah telat sepertinya untuk menikmati munculnya matahari pagi. Dara bergegas, meraih sweater tebalnya lalu masuk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-25
  • KAWIN LARI    Bab 27. Keputusan Sebelah Pihak

    Mesin pendeteksi jantung masih berbunyi secara normal. Beberapa kali dokter Zainal meminta alat operasi kepada perawat, sementara Rizal sesekali membantu dan memperhatikan bagaimana dokter senior itu melakukan pekerjaannya dengan teliti dan seksama.Pagi ini operasi besar seorang pasien dengan rekam medis pecah pembuluh darah di bagian otak. Operasi yang dilakukan hampir berjalan selama empat jam. Kasus yang selalu rumit bagi dokter bedah saraf dan diperlukan ke hati-hatian dalam menindak lanjuti.Satu jam kemudian operasi pun selesai dilaksanakan. Dokter Zainal berdiskusi lebih dulu dengan dokter-dokter terkait yang lainnya mengenai keadaan pasien. Tugas yang harus dilakukan oleh Rizal adalah memberikan pengertian pada keluarga pasien, bahwa operasi ini berhasil namun kondisi pasien masih diantara 50-50 untuk kembali normal seperti semula."Bisa ya, Dok?" Dokter Zainal memastikan Rizal bisa mengendalikan kondisi saat ini."Bisa, Dok."Dokter Zainal menepuk pundak Rizal, dia keluar le

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-26
  • KAWIN LARI    Bab 28. Langkah Baru

    Barang-barang berserakan di kamar hotel itu, wanita yang terlihat independen itu begitu kacau. Napasnya masih memburu, make up di wajahnya sangat berantakan. Emosinya turun naik, air matanya masih membasahi pipi. Dia terduduk di lantai, bersandar di sisi tempat tidur dengan selimut putih yang sudah kusut lantaran jadi pelampiasan emosinya."Halo," ujarnya dengan suara bergetar. "Sudah dapat dimana tempatnya bekerja?""Send alamat lengkapnya ke saya."Begitulah percakapan Synthia dengan informannya yang kembali mendapatkan data tentang Dara."Enggak semudah itu kamu merebut Rizal dari aku," ujarnya penuh kebencian.Synthia kembali menggulir layar ponselnya, mengamati poto demi poto yang di kirim ke ponselnya. Wajah Dara yang manis sedang tersenyum penuh cinta pada Rizal. Poto Rizal yang sedang membelai bahkan merangkul Dara saat makan malam di sebuah restoran."Halo, Bunda ....""Syn, gimana Jogja?" tanya sang Bunda di seberang."Aku sudah bertemu dengan Rizal, Bunda. Dia masih bersik

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-27
  • KAWIN LARI    Bab 29. Dapat Bernapas Lega

    Rizal berlari menuju ruang instalasi gawat darurat, setelah menerima telepon dari seseorang yang mengabarkan jika Dara mengalami kecelakaan. "Pasien kecelakaan di ring road utara, seorang perempuan berada dimana, Sus?" tanya dengan wajah yang panik sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan."Sedang ditangani oleh dokter, Pak. Bapak bisa tunggu di ruang tunggu pasien," jawab perawat tadi, sepertinya perawat ini baru dan belum mengenal Rizal sebagai salah satu dokter residen di rumah sakit ini."Siapa yang menangani? dimana pasiennya?""Bapak bisa tunggu di ruangan tunggu, pasien dalam perawatan inten—""Zal." Rizal cepat menoleh ke arah suara, Budi baru saja keluar dari ruangan IGD."Bud, lo yang handle Dara.""Dara?""Iya, pasien tabrak lari di ring road itu pacar gue. Gimana keadaannya Bud?""Ada luka di kepalanya, gue menyimpulkan dia terkena gegar otak. Dari pemeriksaan fisik, luka di kepala yang gue temukan, kalo melihat kondisi pupil matanya maka gw simpulkan ya itu ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-28
  • KAWIN LARI    Bab 30. Penambah Nafsu Makan

    Bunya mesin EKG memenuhi ruangan ICU, semalam Dara dipindahkan dari IGD oleh Budi untuk mendapatkan perawatan yang lebih intensif lagi. Beberapa alat medis terpasang di bagian-bagian tertentu tubuhnya. Rizal melangkah perlahan, menarik kursi untuk duduk di sisi tempat tidur Dara. Lelaki itu mengenakan baju khusus ruangan ICU. Dia raih tangan yang terkulai lemas itu, di ciuminya berulang kali. Melihat Dara tak berdaya seperti ini sama saja seperti melukai hatinya. Pelan tangan Rizal membelai kepala Dara yang terbalut perban, diamatinya wajah yang pucat itu. Bulu matanya yang lentik sedikit basah, bibirnya yang terkatup hingga bagian leher yang mengenakan collar neck."Maafin aku, ya," ucap Rizal lirih. "Harusnya aku bisa jagain kamu."Mata Rizal berkabut, ditaruhnya tangan dingin Dara pada pipinya."Harus semangat sembuh ya, Ra. Aku pasti temenin kamu, sampe kamu sembuh seperti sedia kala."Tak lama perawat pun masuk, mempersiapkan Dara untuk melakukan tindakan MRI. Rizal mengikuti beb

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-29
  • KAWIN LARI    Bab 31. Mulai Bosan

    "Sudah di kabari Rizal?" tanya Donna pada Andreas, suaminya."Suruh pulang saja langsung sehari sebelum hari pertunangan mereka, aku sudah malas berdebat dengan anak laki-laki mu itu." Andreas mengancingkan satu per satu kancing kemejanya."Ck, sudahlah nanti aku suruh Hanna aja bicara langsung dengan Rizal." "Aku ada meeting pagi ini dengan Datuk Basri Alam kami mau membahas tentang pembukaan tambang batubara di Kalimantan.""Apa nggak terlalu dini kamu memberikan investasi saham pada mereka, Pa. Lagi pula, kita belum berpengalaman dengan bisnis tambang ini.""Kalo nggak di coba, nggak akan tau. Kamu tenang aja, Ma. Investasi yang kuberikan juga belum sepenuhnya.""Hhmm ... ya sudahlah. Aku masih pusing memikirkan urusan anak lelakimu ini.""Paksa saja dia pulang, atau bila perlu suruh orang untuk memaksa dia pulang. Terlalu lama dia di Jogja nanti semakin jauh saja langkahnya." Donna mengantarkan suaminya hingga pekarangan rumah, dan saat mobil Andreas hilang dari pandangan Donna

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-30

Bab terbaru

  • KAWIN LARI    Bab 47. Kedatangan Rizal

    Dara duduk di kursi tunggu pasien, tepat di depan ruangan ICU. Ya, Bu Sum terkena stroke. Diagnosa sementara Bu Sum terkena stroke ringan. Menurut dokter Budi yang saat itu kebetulan berada di IGD, bisa jadi Bu Sum terlalu stress atau terlalu banyak pikiran."Kamu bisa ceritain ke Mbak, kenapa ibu tiba-tiba seperti ini, Gas?" tanya Dara pada Bagas yang duduk menelungkupkan wajahnya."Mbak Siti bilang, saat kejadian ada dua orang laki-laki yang datang ke rumah. Kata Mbak Siti, dua orang itu marah-marah sama Ibu.""Marah-marah kenapa? Apa ibu punya sangkutan hutang?" tanya Dara heran."Enggak lah Mbak, semiskin miskinnya kita, ibu selalu nggak mau ngutang sama orang. Dia pasti memilih bekerja siang malam buat kita daripada ada urusan hutang piutang," tegas Dara."Ya lalu kenapa ibu bisa begini?" Dara frustasi."Mbak Siti sempat bilang, lelaki itu sempat mengancam ibu.""Mengancam?" Rizal mengerutkan alisnya."Gas, coba kamu cerita yang benar. Dari awal!" Dara mulai terpancing emosi."Sab

  • KAWIN LARI    Bab 46. Kekesalan Synthia.

    "Butuh apa lagi?' tanya Rizal sambil mendorong troli belanjaan mereka."Daging, Mas. Sama buah-buahan." Dara melangkah ke area daging-daging segar. Baru saja dia memilih-milih daging, suara seseorang membuat dia dan Rizal menoleh ke asal suara."Kebetulan sekali bisa bertemu di sini," sapa Synthia sambil menenteng tas belanja. "Apa kabar?" "Synthia?" Rizal terperanjat. Dara menoleh pada suaminya."Suatu kebetulan banget bisa ketemu dengan kalian," ucap Synthia basa basi."Lagi di Jogja?" tanya Rizal."Yup, liburan ... belakangan ini Jogja lebih sering menyita perhatian." Synthia menatap Dara dengan sinis."Oh, enjoy holiday. Maaf kami sepertinya sudah selesai. Sudah selesai kan, Sayang?" tanya Rizal dengan penekanan kata Sayang pada Dara."Mm ... sudah." Dara pun mengangguk sambil memasukkan kantung berisi daging yang dia pilih tadi."Kapan ada waktu untuk bicara, Zal?" tanya Synthia tanpa memperdulikan Dara."Aku belum tau kapan, karena minggu-minggu ini masih persiapan untuk ujian

  • KAWIN LARI    Bab 45. Terbongkar

    "Mau apalagi Anda datang ke rumah ini?"Bu Sum berdiri dengan tangan bersedekap di depan dada. Dahlan siang itu sudah berada di serambi teras rumah Bu Sum."Saya akan terus datang ke rumah ini sampai anak ibu dan keponakan saya berpisah.""Anda ini nggak waras ya. Atau Anda memang di ciptakan Tuhan nggak punya hati. Bisa bisanya Anda yang hanya seorang manusia mau memisahkan dua orang yang saling mencintai berpisah. Entah dimana harga diri Anda.""Jangan bicarakan harga diri, jika Ibu sendiri merendahkan harga diri Ibu hanya untuk mempermantukan keponakan saya.""Benar-benar nggak waras Anda. Pergi dari sini sebelum saya teriak dan orang kampung semua datang.""Silahkan saja, saya yakin orang kampung aka tau skandal ini.""Ini bukan skandal! Mereka saling mencintai, saya dan anak saya tidak pernah memandang orang dengan materi mereka asal Anda tau!""Bu ...." Siti yang baru datang dari mengantarkan baju berjalan tergopoh-gopoh menghampiri Bu Sum."Sebaiknya Anda pergi!" Wajah Bu Sum t

  • KAWIN LARI    Bab 44. Sisi Lain Synthia

    Hingar bingar suara musik membisingkan telinga. Tubuh Synthia meliuk bergerak mengikuti irama lagu. Sambil memegang gelas berisi wine, tubuh indah itu bergerak begitu erotis. Semakin alunan irama itu mengalun kencang semakin tubuh indah Synthia bergerak seperti lepas kendali."Rugi banget laki-laki yang nggak bisa milikin kamu," bisik suara itu dari belakang telinganya membuat Synthia memutar tubuhnya."Apa?" tanyanya dengan suara lebih keras."Aku boleh temenin kamu malam ini?" tanya lelaki bertubuh atletis dengan wajah blasteran."Boleh," ujar Synthia sambil menghisap rokoknya lalu kembali memutar tubuhnya membelakangi lelaki tadi dan bergerak menempel pada tubuh lelaki itu."Kamu sendirian?" tanya lelaki itu ikut bergerak mengikuti gerak tubuh Synthia yang jujur saja membuatnya berhasrat pada gadis berwajah cantik dan seksi itu."Iya, kamu?""Aku juga, gimana kalo malam ini kita habiskan waktu berdua, mau?"Synthia membalikkan tubuhnya menghadap sang lelaki. Tangannya sudah bergela

  • KAWIN LARI    Bab 43. Uda atau Mas?

    "Aku khawatir dengan ibu," ujar Dara saat perjalanan pulang ke rumah mereka."Aman, Ra. Tadi aku udah ke rumah Pak RT minta pengamanan jaga malamnya lebih di perketat. Mudah-mudahan semua warga juga lebih perduli dengan keamanan kampung.""Iya, mudah-mudahan ya Mas.""Atau kamu mau Ibu ikut tinggal sama kita?""Ibu yang nggak mau, Mas. Dia bilang gimana dengan usaha laundry nya.""Ya sudah, artinya kita tetap seperti ini aja. Kalo aku jadwal jaga malam ya tidur tempat ibu. Sesekali weekend ibu kita ajak tidur di rumah." Rizal mengusak rambut istrinya. "Ini kita mau pulang atau belanja bulanan dulu?"*****Satu minggu berlalu setelah kejadian sore itu, Dara dan Rizal masih melakukan rutinitas yang sama dan sering menginap di rumah Bu Sum. Bagas sudah mulai persiapan ujian akhir di sekolahnya. Lelaki berusia 18 tahun itu sekarang lebih sibuk dari biasanya bimbingan belajar serta pelajaran tambahan di sekolah."Gimana keadaan, sudah aman?" tanya Budi siang itu saat mereka sedang makan si

  • KAWIN LARI    Bab 42. Hampir Ketahuan

    "Ibu sakit," kata Bagas saat menyambut kedatangan Dara dan Rizal."Sejak kapan?""Kemarin siang waktu aku pulang, ibu udah di kamar aja tapi untungnya masih mau makan."Dara membuka pintu kamar Bu Sum, wanita paruh baya itu meringkuk menghadap dinding dengan selimut yang menutupi hingga pinggang.Dara melangkah masuk disusk Rizal da Bagas. Duduk di sisi ranjang, Dara membelai lembut lengan sang Ibu."Bu ....""Hhmm ...."Dara meletakkan tangannya pada kening Bu Sum, tidak panas malah teraba dingin. "Ibu sudah makan?" Bu Sum mengangguk. "Aku buatin teh hangat ya, biar enakan badannya."Bu Sum menggeleng."Ibu ngerasain sakit dimana?" tanya Dara lagi."Ibu nggak kenapa-kenapa. Ibu baik-baik aja, cuma butuh istirahat," ujar Bu Sum tanpa menoleh ke arah Dara.Ya, sebenarnya mata wanita tua itu sembab, semalaman dia menangis ketakutan meratapi nasib putrinya. Dan pada akhirnya Bu Sum memutuskan untuk tidak menceritakan kedatangan Dahlan ke rumah mereka kemarin. Biarlah dia yang menghada

  • KAWIN LARI    Bab 41. Kedatangan Dahlan

    Jogja di guyur hujan dari malam hingga pagi ini. Mobil Brio hitam milik Rizal terparkir di halaman rumah Bu Sum. Pintu depan rumah itu sudah terbuka dari jam enam pagi tadi. Tumbuhan-tumbuhan hijau di pekarangan rumah Bu Sum tambah menyejukkan pagi ini.Jam tiga pagi tadi Rizal sampai di rumah Bu Sum. Seperti biasa, jika Rizal jadwal malam di rumah sakit sudah pasti Dara tidur di rumah Bu Sum. "Ibu bawakan bekal aja ya buat kalian," ujar Bu Sum mengantarkan anak dan menantunya kembali berangkat kerja. "Enggak usah Bu, kami makan di luar aja," jawab Dara sambil mencium tangan ibunya diikuti Rizal."Nanti kami pulang ke rumah ya, Bu," kata Rizal."Iya, pokoknya kalo kalian ke rumah Ibu pasti senang."Rizal dan Dara masuk ke mobil di payungi oleh Bu Sum. Bu Sum melambaikan tangan ketika mobil melaju keluar dari pekarangan rumahnya."Ini rumah ibu nya, Pak. Sepertinya mereka memang tinggal di sini bersama orangtua wanita itu," ujar informan yang di bayar oleh Synthia pada Dahlan.Ya, mo

  • KAWIN LARI    Bab 40. Rencana Licik Synthia

    "Liat ini." Anna menyodorkan ponselnya pada Synthia. "Anaknya teman Bunda yang kasih tau." Anna menarik kursi makan di hadapan Synthia.Sebuah poto pernikahan di sebuah resto daerah pinggir pantai di Jogja yang menunjukkan pasangan pengantin baru sedang berciuman usai acara pernikahan mereka."Rizal?" Synthia terkejut."Poto itu sempat viral ternyata beberapa hari lalu. Resto itu seperti mendapatkan promo untuk acara pernikahan lantaran poto mereka di antara senja di daerah pantai." Bibir itu tersenyum sinis tak suka."Mereka menikah, Bun. Aku harus gimana?" Synthia panik."Mereka menikah tanpa restu orang tua Rizal lah. Kamu masih ada kesempatan untuk membuat mereka berpisah, Syn. Sudah jelas keluarga Rizal nggak setuju sama wanita itu.""Ya ampun, mereka sudah menikah, Bun." Synthia mengacak rambutnya frustasi."Enggak usah lebay, enggak usah ngeluh. Usaha kamu nggak cukup besar dalam memisahkan mereka. Sekarang apa buktinya, kamu kalah.""Harusnya kemarin aku buat mati saja gadis J

  • KAWIN LARI    Bab 39. Utusan dari Padang

    Pagi itu Dara masih mengenaka baju tidur berbahan satin, dia tengah sibuk di dapur menyiapkan sarapan pagi untuk suaminya. Rambut yang dia gulung tinggi ke atas memperlihatkan leher jenjangnya, nampak beberapa warna kemerahan menghiasi leher miliknya. Ya, tiga hari menjadi istri Rizal banyak hal-hal baru yang dia ketahui mengenai sifat dan sikap Rizal. Bukan hanya romantis, suaminya terlalu sering memanjakannya, apalagi dalam hal makanan. Sering memberinya hadiah, meski sekecil apapun. Hanya satu yang tidak di sukai oleh Dara, jika Rizal buang angin sembarangan. Hal yang lucu, kadang bisa membuat mereka saling menyalahkan. "Masak apa?" Rizal memeluk Dara dari belakang. Tangannya bergerak bebas kesana kemari menelusuri tubuh istrinya hingga Dara kegelian."Cuma masak mie instan," jawab Dara menoleh hingga mengenai hidung mancung milik Rizal. "Mie instan sering-sering nggak baik loh, Sayang.""Kan nggak setiap hari, Mas. Emang yang baik setiap hari apa?" goda Dara."Ini." Rizal memba

DMCA.com Protection Status