All Chapters of Menyembunyikan Identitas Anakku Dari Ayah Kejam: Chapter 141 - Chapter 150

305 Chapters

Bab 141

Eleanor segera becermin untuk memeriksa pakaiannya. Semalam, dia sengaja memakai baju dan celana panjang. Tidak ada masalah pada pakaiannya. Eleanor pun menghela napas lega.Pagi-pagi, Andy datang untuk mengantar pakaian. Ketika Eleanor selesai mandi dan keluar dari kamar, Jeremy sudah memakai setelan dan minum kopi dengan santai. Dia bersikap seolah-olah ini adalah rumahnya.Eleanor menghampiri. "Kenapa kamu belum pergi?""Putraku masih di sini." Tidak terlihat perubahan apa pun pada tatapan Jeremy."Itu pu ...." Eleanor menarik napas dalam-dalam. Dia tidak ingin berdebat."Kamu sangat sibuk, 'kan? Biar aku saja yang antar dia ke sekolah.""Memangnya aku nggak punya mobil sampai-sampai harus kamu yang antar?" Jeremy mengalihkan pandangannya dari wajah Eleanor.Eleanor menarik napasnya dalam-dalam lagi. 'Jangan marah, jangan marah. Sabar saja.'Andy melirik kedua orang itu, lalu segera menyerahkan pakaian Harry. "Bu, ini untuk Tuan Daniel."Eleanor pun mengambilnya. Andy memberanikan d
Read more

Bab 142

"Memangnya susah untuk mencari tahu?"Benar juga. Jeremy bisa mendapatkan informasi apa pun yang dia inginkan. Tidak ada yang bisa luput dari pandangannya.Eleanor tidak bicara lagi. Suasana menjadi sunyi senyap. Segera, mobil Maybach berhenti di depan perusahaan Eleanor.Eleanor tidak berlama-lama. Dia mengucapkan terima kasih, lalu membuka pintu mobil dan turun. Jeremy pun tidak menghalanginya. Dia hanya menurunkan jendela, menatap wanita itu masuk.Beberapa menit kemudian, mobil Maybach menarik perhatian banyak orang. Ketika melihat wajah tampan Jeremy, orang-orang sontak bersorak."Bu ... bukannya itu Pak Jeremy? Kukira siapa tadi. Kenapa dia bisa di sini?""Tadi aku melihat seorang wanita turun dari mobilnya. Dia mengantar pacarnya ya?""Jangan sembarangan. Pacar Pak Jeremy adalah Nona Keluarga Pratama. Mana mungkin dia kemari."Setelah mendengar obrolan orang-orang di sekitar, Jeremy bergegas pergi.Di Grup Pratama, Yoana yang duduk di ruangannya tampak gusar setelah melihat foto
Read more

Bab 143

Keysha menyesap kopi yang disajikan asisten, lalu tertawa dengan tidak berdaya. "Kamu rasa permintaanku ini nggak bakal membuat mereka curiga? Jujur saja, mereka sudah menunjukkan ketulusan mereka padaku. Aku malah ngotot mau bertemu bos mereka. Orang-orang mungkin bakal mengira aku punya niat jahat pada bos mereka."Yoana tertawa dan membalas, "Ngapain takut? Kamu Keysha. Berapa banyak perusahaan yang mengincarmu? Nggak berlebihan kalau kamu meminta bos perusahaan kecil seperti itu menemuimu."Keysha mengangkat alisnya dan terkekeh-kekeh. "Masa? Sayangnya, penjualan parfummu kalah dari perusahaan kecil seperti itu."Keysha tahu Yoana hanya memanfaatkannya. Jika Yoana tidak mencarinya duluan, dia tidak mungkin membuat kesepakatan dengan mereka secepat itu. Namun, penjualan parfum Grup Pratama memang kalah dari Grup Stelea.Setelah mendengar sindiran Keysha, senyuman pada wajah Yoana pun memudar. Dia sangat kesal setiap kali ada yang membahas hal ini. Saking emosinya, dia pun memelototi
Read more

Bab 144

Eleanor menoleh menatap Vivi, lalu bertanya, "Kalau ada yang lebih cocok, kenapa nggak bilang sejak awal? Siapa orang itu?"Vivi menopang dagunya dengan tangan, lalu menatap Eleanor sambil tersenyum menyipitkan mata. "Orangnya adalah ... Glenn."Alis Eleanor berkerut untuk sesaat. Kemudian, dia menunduk dan merespons secara singkat.Vivi pun menatapnya dengan penuh minat. "Gimana menurutmu?"Eleanor merapikan dokumen dengan tenang. "Boleh saja. Tapi, dia memenangkan penghargaan beberapa tahun lalu sebelum Keysha. Posisinya lebih tinggi di industri hiburan. Pasti sulit untuk diajak negosiasi.""Ya sudah, biar saja. Kamu yang pergi negosiasi dengannya."Eleanor mendongak. "Kenapa harus aku?"Vivi mencondongkan badannya ke arah Eleanor. Kemudian, dia mengedipkan mata dengan nakal. "Karena kalian punya hubungan. Kalau bukan kamu, siapa lagi?""Hubungan apa? Kami sudah nggak berhubungan 8 tahun.""Benar juga. Waktu itu, dia ke luar negeri karena kamu nikah. Setelah dia balik, kamu malah ke
Read more

Bab 145

"Kita bicara di telepon saja.""Aku nggak suka bicara di telepon.""Ya sudah, nggak usah bicara." Eleanor hendak mengakhiri panggilan.Bella segera menghentikan. "Sebentar, aku bukan ingin menyulitkanmu kali ini ataupun mendesakmu cerai. Tolong datang sebentar. Aku lagi sakit. Aku nggak mungkin bisa mencelakaimu, 'kan? Aku tunggu di rumah sakit."Bella langsung mengakhiri panggilan. Eleanor hanya bisa mengernyit. Pada akhirnya, dia tetap pergi ke rumah sakit.Di dalam bangsal, kepala Bella diperban. Hanya ada dia di sini. Suasana sunyi senyap.Ketika melihat Eleanor, Bella menunjuk kursi. "Duduklah."Eleanor pun duduk. "Kenapa kamu sendiri saja? Jeremy nggak datang?"Bella mendengus. Dia merasa kesal setiap kali mengungkit putranya. "Semua gara-gara anakmu. Anakku jadi nggak mau mengakuiku."Jelas sekali, sekarang Bella bukan hanya mengeluhkan sikap Eleanor, tetapi juga sikap Jeremy."Maksudmu?"Bella memijat keningnya. "Dia menyuruhku minta maaf pada putramu. Kalau nggak, aku bakal me
Read more

Bab 146

Jika Eleanor tidak kembali untuk menyelamatkannya, Bella mungkin sudah menjadi abu sekarang.Ternyata sifat manusia memang tidak bisa berubah. Ketika Jeremy mengalami kecelakaan dan kritis, Yoana langsung membatalkan pernikahan dan pergi ke luar negeri.Saat itu, Bella sangat marah dengan keputusan Keluarga Pratama. Namun, Simon memberitahunya bahwa Yoana punya kesulitan tersendiri. Itu sebabnya, Bella tidak membencinya lagi.Namun, dilihat dari situasi sekarang, sepertinya yang dikatakan Simon tidak benar. Yoana memang wanita egois."Aku nggak marah. Aku selamat dari musibah. Mana mungkin marah?" timpal Bella tanpa melirik Yoana sedetik pun.Sudut bibir Yoana berkedut. Dia tahu apa yang membuat Bella marah. Dia buru-buru menjelaskan, "Bibi, aku tahu kamu marah padaku. Aku terlalu takut saat itu, makanya nggak sempat menolongmu. Aku memang salah. Kalau bisa, aku lebih memilih aku yang terluka."Siapa juga yang bisa memercayai perkataan seperti ini? Bella masih tidak menghiraukan Yoana.
Read more

Bab 147

Kedua orang itu menuruni mobil dengan santai. Mereka menatap Eleanor dengan sorot mata mencela. Tiara berkata, "Kak, maaf. Aku nggak sengaja. Kamu nggak terluka, 'kan?""Nggak sengaja?" Eleanor menatap mereka dengan wajah datar. Jalanan begitu luas. Kenapa mobil malah menyerbu ke arahnya? Jelas sekali, kedua wanita ini berniat jahat padanya. Jika terlambat sedetik saja, Eleanor mungkin sudah tertabrak."Jadi, yang sengaja itu gimana? Yang langsung menabrakku sampai mati?" sindir Eleanor.Karena tidak ada siapa pun di sini, kedua wanita itu pun tidak berpura-pura lagi. Tiara mendengus. "Kenapa memangnya kalau kamu tertabrak dan mati? Paling-paling aku bayar kompensasi. Cuma sekitar 4 miliar kok. Lagian, kamu nggak berhak berkomentar karena nggak tertabrak. Kamu mau memeras kami ya? Kamu semiskin itu?""Sebenarnya bisa saja kalau kamu mau memeras uang kami. Berbaring saja di tanah, lalu berguling-guling. Mungkin saja, kami bakal kasihan melihatmu seperti itu."Tiara terkekeh-kekeh, lalu
Read more

Bab 148

Bam! Eleanor menghantamkan kepala Yoana ke mobil mewah mereka yang seharga puluhan miliar. "Ya, kamu benar. Kenapa kamu nggak melakukan seperti itu? Karena aku masih hidup, sudah seharusnya kamu menerima konsekuensinya. Yoana, Eleanor yang dulu sudah mati. Sekarang giliran kalian yang mati."Kepala Yoana terasa pusing. Sekujur tubuhnya terasa sangat tidak nyaman sekarang. Dia mengira semua sudah berakhir, tetapi kakinya tiba-tiba terasa sakit. Yoana sontak berteriak kesakitan, "Ah!"Eleanor sedang menginjak kaki Yoana yang terluka. Dia menatapnya dengan dingin sambil berkata, "Bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk jangan menggangguku? Aku akan membalas setiap perbuatan yang kamu lakukan kepadaku. Kenapa kamu bandel sekali?"Sambil berbicara, Elvina bisa melihat ada sebuah sosok yang menerjang ke arahnya. Dia sontak menghindar.Tiara yang mengangkat batu dan hendak menghantamkannya ke kepala Eleanor pun tidak sempat berhenti. Seketika, batu seukuran kepalan tangan itu terjauh dan me
Read more

Bab 149

Tiba-tiba, sebuah tangan besar menyodorkan sebungkus tisu kepada Eleanor. Sopir memakai topi dan tidak mengatakan apa pun, hanya menyodorkan tisu.Eleanor menerimanya. "Terima kasih." Dia jarang sekali menampakkan sisi lemahnya di hadapan orang luar. Jadi, dia buru-buru menyekanya air matanya.Mobil segera berhenti. Eleanor turun. Pria itu memandang sosok belakangnya lekat-lekat dan melepaskan topinya. Terlihat wajah tampan Charlie. Saat ini, ekspresinya terlihat datar dan tatapannya terlihat suram.Setibanya di rumah, Eleanor melihat hanya ada Tarimi. Harry tentu berada di rumah Jeremy. Tarimi menghampiri saat melihat rona wajah Eleanor yang kurang baik. "Nona, ada apa? Kenapa pucat sekali? Kamu sakit ya?"Eleanor menggeleng. "Nggak kok.""Kamu sudah makan belum?""Belum.""Kalau begitu, aku masak ....""Nggak usah repot-repot. Harry pergi beberapa hari ini. Kamu biasanya sangat lelah, jadi pakai saja beberapa hari ini untuk istirahat. Nggak usah mencemaskanku.""Mana bisa begitu, seb
Read more

Bab 150

Vivi mengangguk. Eleanor baru melepaskan tangannya. Vivi menarik napas dalam-dalam sebelum berkata, "Kamu ini buat aku kaget saja. Aku kira kamu kenapa."Vivi tidak sengaja melihat foto di atas meja. Dia bertanya, "Ini ibumu, 'kan?""Kamu sedih karena teringat ibumu?"Eleanor duduk kembali di kursinya. "Ya."Vivi tahu tentang masalah ibu Eleanor. Ibunya tidak berkabar selama bertahun-tahun. Entah masih hidup atau sudah meninggal. Hal ini tentu sangat menyiksa Eleanor.Vivi berjongkok di samping Eleanor, lalu berucap dengan lembut, "Jangan cemas, ibumu sangat pintar. Dia pasti baik-baik saja. Suatu hari pasti ketemu."Eleanor juga berpikir demikian. Dia mengangguk dengan kuat, lalu memaksakan senyuman. Sambil mengamati penampilan Vivi, dia bertanya, "Kamu dari bar ya?""Ya. Demi kamu, aku mencampakkan teman-temanku itu. Aku sangat menyayangimu, 'kan?"Tatapan Eleanor menjadi agak lembut. "Kamu mau balik saja nggak?""Tentu saja ... nggak." Vivi memutuskan untuk menemani Eleanor. Dia tid
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status