Michael pergi dengan marah.Yang menghilang di saat bersamaan adalah makian kasar ibuku.Ketika mobil lewat di depanku, aku melihat wajah bangga Sophie.Dia pikir dia telah menang.Sekali lagi aku terpisah dari semua sanak saudaraku, bagaikan orang malang yang kesepian.Tapi aku tidak peduli sama sekali.Baik orang tuaku, suamiku, atau anakku, aku tidak menginginkan semuanya lagi.Kalau Sophie mau, ya sudah. Kuberikan saja padanya.Entah karena berada di lingkungan yang keras, tiba-tiba semua kenangan buruk itu perlahan-lahan memenuhi pikiranku.Aku ingin sekali menangis, bukan karena sedih, tapi hanya karena ingin melampiaskannya.Tapi aku tidak berani menangis, aku takut wajahku akan tersengat air mata, yang niscaya akan memperburuk keadaan.Aku melangkah, menyeret kakiku satu persatu sampai mati rasa. Kepalaku terasa pusing dan aku tidak lagi terpikir semua hal buruk itu.Ketika aku akhirnya menemukan tempat untuk berteduh dan mencegat taksi, tiba-tiba taksi itu tergelincir, menabra
Read more