Di tengah ruangan besar yang disinari oleh bola kristal raksasa, Arif, Lila, dan Danu berdiri dengan penuh kewaspadaan. Suasana di dalam kuil terasa semakin mencekam, seolah-olah udara itu sendiri dipenuhi oleh kekuatan jahat yang tak kasat mata. Bola kristal di atas altar batu itu berdenyut pelan, mengeluarkan cahaya aneh yang terus berubah warna—kadang merah gelap seperti darah, kadang hijau kehijauan seperti racun.“Bola kristal ini jelas merupakan sumber energi yang mengendalikan semua makhluk kegelapan di luar sana,” kata Lila pelan, menatap benda itu dengan hati-hati. “Tapi masalahnya, kita tidak tahu bagaimana cara menghentikannya.”Danu, yang sejak tadi terlihat cemas, menyarungkan kembali pedangnya. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Kita tidak bisa hanya berdiri di sini dan menunggu makhluk-makhluk itu menyerang lagi. Desa akan hancur kalau kita tidak segera menghentikan ini.”Arif, yang selama ini diam, tiba-tiba membuka mulut. “Sesuatu terasa tidak benar di sini.
Baca selengkapnya