Home / Pendekar / PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU / bab 14: perjalanan ke pegunungan api

Share

bab 14: perjalanan ke pegunungan api

last update Last Updated: 2024-10-17 22:25:14

Keesokan paginya, sebelum matahari terbit, Arif, Lila, dan Danu sudah bersiap untuk melanjutkan perjalanan mereka. Tujuan mereka selanjutnya adalah Pegunungan Api, sebuah tempat yang ditandai di peta sebagai lokasi segel kedua. Pegunungan tersebut terletak jauh di selatan, di mana legenda mengatakan bahwa kekuatan purba tersembunyi di dalam kawah vulkanik yang tak pernah padam. Perjalanan ke sana akan sulit dan penuh bahaya, namun mereka tahu tidak ada waktu untuk ragu.

Danu mengamati peralatan yang telah mereka siapkan, memastikan bahwa semuanya dalam kondisi baik. “Kita harus siap untuk apa pun,” katanya sambil menyesuaikan sarung pedangnya. “Pegunungan Api terkenal karena medan berbahayanya, belum lagi legenda tentang makhluk-makhluk yang tinggal di sana.”

Lila, yang tengah memeriksa kembali peta, mengangguk setuju. “Kita mungkin akan menghadapi lebih dari sekadar panasnya lava. Kekuatan kegelapan di sana pasti sudah tahu bahwa kita akan datang.”

Arif, meski tidak bisa melihat, den
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 15: Di Ambang Api

    Perjalanan Arif, Lila, dan Danu semakin menantang saat mereka mendekati Pegunungan Api. Udara di sekitar mereka mulai berubah, semakin panas seiring langkah mereka mendekati kawah vulkanik yang terus aktif. Langit di atas semakin dipenuhi oleh asap tebal yang mengepul dari puncak gunung, menciptakan suasana mencekam. Arif, meskipun tidak bisa melihat, bisa merasakan energi yang sangat kuat dan berbahaya di sekitar mereka."Rasanya seperti ada kekuatan besar yang mengalir di bawah tanah," ujar Arif dengan nada tenang, meski tubuhnya tegang.Lila, yang berada di sampingnya, menyeka keringat di dahinya. "Ini bukan hanya karena panasnya gunung. Ada sesuatu yang lebih dari sekadar aktivitas vulkanik biasa. Segel itu pasti berada sangat dekat dengan sumber kekuatan ini."Danu, yang berjalan di depan, mencoba menyusuri jalur berbatu yang terjal. Meski peluh membasahi wajahnya, ia tetap waspada, memegang erat gagang pedangnya. "Kita harus berhati-hati. Medan seperti ini penuh dengan jebakan.

    Last Updated : 2024-10-17
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 16: pertarungan di puncak

    Setelah mengamankan segel di kawah, Arif, Lila, dan Danu beristirahat sejenak. Meskipun mereka telah berhasil menghentikan makhluk-makhluk kegelapan, ketegangan masih menyelimuti mereka. Setiap detik berlalu, mereka merasakan getaran energi yang mengancam, seakan waktu mereka semakin terbatas."Bagaimana kita bisa sampai ke segel selanjutnya?" tanya Lila, memperhatikan peta yang masih dipegangnya. "Segel berikutnya berada di Puncak Gunung Api. Itu akan lebih sulit lagi."Danu menghela napas dalam-dalam. "Kita harus kembali ke jalur yang aman terlebih dahulu. Dari sini, kita harus menemukan jalan keluar dari kawah ini dan melanjutkan ke puncak. Kita tidak bisa berlama-lama di sini."Arif mengangguk setuju, meskipun matanya yang buta tak bisa melihat jalan di depan mereka. "Mari kita bergerak cepat. Kita harus menghindari lebih banyak kegelapan."Dengan langkah hati-hati, mereka mulai menjauh dari kawah. Namun, ketika mereka mendaki, suhu di sekitar mereka semakin meningkat. Asap dari l

    Last Updated : 2024-10-18
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 17: rahasia di puncak

    Setelah mendaki lebih jauh, ketiganya akhirnya tiba di puncak Gunung Api. Dari tempat itu, mereka bisa melihat panorama yang menakjubkan dan sekaligus menakutkan. Di bawah mereka, lembah yang luas terbentang, tetapi di atas kepala mereka, langit berwarna merah dan oranye akibat aktivitas vulkanik. Asap tebal menyelimuti area tersebut, menciptakan suasana yang tegang dan misterius.“Ini tempat yang menakutkan,” ujar Lila sambil mengamati sekitar. “Tapi kita harus menemukan segel berikutnya secepatnya.”Arif, meskipun tidak bisa melihat, bisa merasakan aliran energi yang kuat di sekelilingnya. “Aku merasakan ada sesuatu yang besar di sini. Kekuatan kegelapan bersembunyi di balik segel yang kita cari.”Danu berusaha menjaga kewaspadaan. “Kita harus hati-hati. Segalanya bisa berubah dalam sekejap. Kita tidak tahu apa yang menunggu di depan.”Mereka melangkah maju, menyusuri jalan setapak yang berbatu. Suara gemuruh dari dalam bumi masih terdengar, seakan-akan gunung itu berbicara, memperi

    Last Updated : 2024-10-18
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 18: perjalanan menuju gelapnya hutan

    Setelah meninggalkan puncak Gunung Api, ketiga sahabat itu merasakan kelegaan. Namun, mereka tahu bahwa tantangan selanjutnya menanti mereka di depan. Segel-segel yang telah mereka lindungi hanyalah langkah pertama dalam perjalanan panjang yang penuh bahaya. Misi mereka belum selesai. Mereka harus menuju Hutan Gelap, tempat di mana segel terakhir berada, dan di sanalah makhluk kegelapan terkuat menunggu.“Sekarang kita menuju Hutan Gelap,” kata Arif, melangkah di depan dengan penuh keyakinan. “Kita harus lebih berhati-hati. Tempat itu dipenuhi dengan ilusi dan jebakan.”“Apakah ada jalan lain yang bisa kita ambil?” tanya Lila, sedikit ragu. “Hutan itu terkenal dengan kegelapannya. Kita mungkin akan tersesat.”Danu, yang berjalan di samping Arif, mengangguk. “Kita tidak punya pilihan lain. Segel terakhir ada di dalam sana, dan kita harus menghentikan makhluk-makhluk itu sebelum terlambat. Setiap detik berharga.”Mereka melanjutkan perjalanan, menuruni lereng gunung dengan hati-hati. Su

    Last Updated : 2024-10-18
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 19: PERANG TERAKHIR DI HUTAN GELAP

    Hutan Gelap terasa semakin menakutkan saat ketiga sahabat itu melangkah lebih dalam. Setiap langkah mereka dipenuhi ketegangan, dan suasana di sekitar semakin mencekam. Suara-suara aneh dan bisikan kegelapan mengintimidasi mereka, seolah mengingatkan bahwa mereka tidak diinginkan di sana. Tetapi tekad untuk menyelamatkan dunia dari kegelapan mendorong mereka untuk terus maju.“Di depan, sepertinya ada sesuatu,” kata Arif, mengangkat tangannya untuk mengisyaratkan teman-temannya agar berhenti. Di hadapan mereka, ada sebuah altar kuno yang dikelilingi oleh semak-semak tebal. Altar itu tampak megah, meskipun dipenuhi lumut dan tanaman liar. Di tengah altar, mereka bisa melihat simbol-simbol kuno yang bersinar samar.“Itu pasti tempat segel terakhir,” Danu berkata, matanya bersinar penuh semangat. “Kita harus cepat!”Namun, saat mereka mendekat, suasana di sekitar tiba-tiba berubah. Tanaman-tanaman di sekitar altar tampak bergerak, seolah-olah hidup. Dari balik semak-semak, muncul sosok-s

    Last Updated : 2024-10-19
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 20: KEMBALINYA CAHAYA

    Di depan altar kuno yang berlumut dan dikelilingi oleh pepohonan besar, ketiga sahabat itu berdiri berhadapan dengan segel terakhir yang harus mereka perkuat. Setelah melewati banyak rintangan dan menghadapi makhluk kegelapan, mereka tahu bahwa tugas mereka belum sepenuhnya selesai. Hanya dengan menguatkan segel ini, mereka bisa memastikan bahwa kegelapan tidak akan pernah kembali.Arif, Danu, dan Lila saling memandang, menyadari bahwa ini adalah saat penentuan. “Kita sudah sampai di sini,” kata Arif, menatap kedua sahabatnya. “Semua yang kita lakukan akan bergantung pada momen ini. Kita harus bersatu dan memperkuat segel ini.”“Benar,” jawab Lila, mengangguk. “Kita telah berjuang bersama, dan kita akan menyelesaikan ini bersama. Mari kita lakukan dengan hati yang penuh keberanian!”Danu tersenyum, merasakan semangat di antara mereka. “Bersiaplah. Kita sudah melewati banyak hal. Kita tidak boleh gagal sekarang.”Ketiga sahabat itu mengulurkan tangan mereka, menciptakan lingkaran di se

    Last Updated : 2024-10-19
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 21: bayangan dari masa lalu

    Setelah sekte gelap dihancurkan dan para pengikutnya tercerai-berai, Pendekar Buta kembali ke Lembah Hantu. Suasana di lembah itu lebih sunyi dari biasanya, seolah berduka atas pertempuran besar yang baru saja terjadi. Meski sekte gelap telah dikalahkan, rasa lega tak pernah benar-benar mengisi hati Pendekar Buta. Ada yang masih mengganggunya, bayang-bayang masa lalu yang belum sepenuhnya terungkap.Malam di Lembah Hantu selalu gelap, dikelilingi oleh kabut tebal yang tak terpecahkan. Pendekar Buta berdiri di tepi jurang, merasakan angin lembut yang membawa aroma dedaunan basah. Di bawah sana, arus sungai yang deras terdengar samar-samar, mengingatkannya pada malam ketika ia menemukan gurunya dulu, tersembunyi di kedalaman lembah ini.Sahabat lamanya, Galing, yang terluka parah dalam pertempuran terakhir, masih belum sadarkan diri di salah satu gua persembunyian. Beberapa rekan pendekar yang tersisa sibuk merawat Galing dan menyusun rencana untuk kembali ke dunia luar. Namun, Pendekar

    Last Updated : 2024-10-19
  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   bab 22: perjalanan di tengah kabut

    Kabut pagi mulai menipis ketika Pendekar Buta dan Sri Langit meninggalkan Lembah Hantu. Udara masih dingin, tetapi cahaya matahari yang mulai menembus perlahan memberikan kehangatan di punggung mereka. Perjalanan ini bukanlah perjalanan yang mudah. Mereka tak tahu pasti ke mana harus menuju, tetapi informasi yang Pendekar Buta temukan di gulungan gurunya memberikan petunjuk awal—mereka harus mencari tahu lebih banyak tentang kelompok rahasia yang disebut Bayangan Hitam.“Apa kau yakin kita bisa menemukan mereka?” tanya Sri Langit sambil terus berjalan di sampingnya. “Bayangan Hitam bukanlah kelompok yang bisa dilacak begitu saja.”Pendekar Buta tidak segera menjawab. Meskipun dia tidak bisa melihat, langkah kakinya mantap, dan setiap gerakannya terasa seolah dia tahu persis di mana dia berada. Ia telah menghabiskan hidupnya belajar untuk merasakan dunia dengan cara yang tidak bisa dipahami orang lain. Namun kali ini, bahkan dia merasa ragu. Bayangan Hitam adalah ancaman yang berbeda—m

    Last Updated : 2024-10-19

Latest chapter

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 145 : Cahaya di Akhir Perjalanan

    Raka berdiri di atas tebing yang menghadap ke desa Lembah Hantu, tempat segala sesuatunya dimulai. Cahaya matahari pagi menyinari lembah dengan lembut, seolah memberikan restu terakhir atas perjalanannya. Seiring berjalannya waktu, Raka tidak hanya menjadi seorang pendekar yang dihormati, tetapi juga seorang pelindung yang dipandang sebagai pahlawan oleh banyak desa. Namun, ia tahu bahwa ini adalah waktunya untuk mengakhiri perjalanannya sebagai pendekar. Di sampingnya, Arjuna, sahabat sekaligus rekan yang telah setia mendampinginya, tersenyum bangga. Mereka telah bersama melalui banyak pertempuran, mengalahkan musuh-musuh kuat, dan membela orang-orang yang membutuhkan perlindungan. Sekarang, setelah semua ancaman besar tersingkir, mereka bisa merasa bahwa tugas mereka telah selesai. "Raka, kita telah melewati banyak hal. Tapi aku tahu kau merasa ada yang masih tersisa," kata Arjuna sambil menepuk pundaknya. Raka mengangguk. "Iya, Arjuna. Aku merasa perjalanan ini bukan hanya soa

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 144 : Kebangkitan Harapan

    Setelah kemenangan melawan Surya Kelam, desa-desa di sekitar hutan akhirnya mendapatkan ketenangan yang sudah lama mereka rindukan. Raka, Arjuna, dan para pendekar lainnya disambut sebagai pahlawan di setiap desa yang mereka kunjungi. Penduduk desa memberi mereka sambutan hangat, dengan perayaan sederhana yang penuh kegembiraan dan ucapan syukur. Namun, di balik semua itu, Raka merasakan ada tanggung jawab yang lebih besar di pundaknya.Suatu malam, di tengah perayaan kecil di desa Lembah Hantu, Raka dan Arjuna duduk bersama di tepi sungai yang tenang, menikmati suara alam yang kembali damai. Di bawah cahaya bintang, Arjuna menatap Raka dengan penuh kekaguman.“Raka,” kata Arjuna dengan nada serius, “dalam perjalanan kita, aku melihat bagaimana kau berkembang. Kau bukan hanya pendekar yang kuat, tapi kau juga membawa harapan bagi semua orang di desa ini. Banyak yang mengandalkanmu, kau tahu?”Raka terdiam sejenak, merenungkan kata-kata Arjuna. Ia menyadari bahwa selama ini, kekuatan d

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 143 : Pertarungan Terakhir

    Di hari berikutnya, Raka, Arjuna, dan para pendekar yang telah berkumpul untuk menghadapi kekuatan kegelapan mulai menyusun strategi. Setelah kembali dari pertemuan dengan Jayanegara, Raka kini merasa lebih mantap, seolah kekuatan dalam dirinya mencapai puncaknya. Permata Kesadaran yang ia terima dari Jayanegara menjadi lambang tekadnya, dan ia tahu bahwa pertarungan kali ini akan menjadi ujian terbesarnya.Langit mulai gelap ketika Raka dan pasukannya tiba di perbatasan hutan yang menjadi markas kelompok Surya Kelam. Tanahnya gersang, dan suasana terasa mencekam, seakan dipenuhi aura negatif yang mempengaruhi setiap jiwa yang ada di sana. Angin berhembus kencang, membawa aroma tanah yang terbakar, sementara bayangan-bayangan gelap berkelebat di antara pepohonan.“Kita sudah berada di ujung perjuangan ini,” kata Arjuna kepada Raka. “Semua orang di desa mempercayakan keselamatan mereka pada kita. Aku harap kita bisa melindungi mereka.”Raka mengangguk. Ia tahu betapa berbahayanya lawan

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 142 : Pertemuan Tak Terduga

    Keesokan paginya, Raka dan Arjuna bangun lebih pagi dari biasanya. Pertarungan malam sebelumnya masih terbayang jelas di benak mereka. Meski tubuh terasa lelah, mereka tak ingin berlama-lama diam. Desa-desa di sekitar tetap membutuhkan bantuan mereka untuk menjaga keamanan, dan setelah kejadian semalam, mereka merasa lebih waspada.Saat mereka bersiap melanjutkan perjalanan, seorang lelaki tua datang mendekati mereka. Tubuhnya kurus, kulitnya kusam, namun matanya penuh dengan kebijaksanaan yang mendalam. Tanpa menunggu lebih lama, lelaki itu memperkenalkan diri sebagai Jayanegara, seorang pertapa yang tinggal di bukit dekat desa tersebut.“Aku mendengar tentang pertarungan kalian tadi malam,” kata Jayanegara dengan suara bergetar namun tegas. “Cahaya yang terpancar dari dirimu, Raka, mengisyaratkan sesuatu yang luar biasa. Kau memiliki kekuatan yang tak hanya berasal dari fisik, tapi juga dari jiwa yang tulus.”Raka menundukkan kepala dengan hormat. “Terima kasih, Kakek Jayanegara. Ta

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 141 : Bayangan Pengkhianatan

    Setelah kemenangan atas kelompok penerus Dewa Malam, Raka dan Arjuna melanjutkan perjalanan mereka ke desa-desa yang masih dalam pemulihan. Mereka membawa kabar baik bahwa ancaman dari kelompok kegelapan telah disingkirkan, dan hal ini disambut hangat oleh penduduk desa yang sebelumnya hidup dalam ketakutan. Kedatangan mereka ibarat cahaya bagi orang-orang yang berjuang untuk pulih dari trauma panjang.Namun, di balik semua keceriaan ini, ada sesuatu yang aneh. Seiring perjalanan, Raka mulai merasakan aura gelap yang entah dari mana asalnya. Seperti ada bayangan yang mengikuti mereka, melangkah di belakang tanpa terlihat, tetapi terasa. Meski suasana tampak damai, perasaan itu tak juga lenyap. Sebagai pendekar berpengalaman, naluri Raka sudah terasah tajam, dan ia yakin ada bahaya yang belum tersingkap.Di suatu malam, saat mereka tengah beristirahat di sebuah desa di tepi hutan, Raka dan Arjuna duduk di depan api unggun bersama para penduduk. Beberapa anak muda desa berkumpul di seki

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 140 : Cahaya di Tengah Kegelapan

    Setelah mengalahkan Dewa Malam, Raka berjalan perlahan keluar dari kuil dengan tubuh yang masih lelah akibat pertarungan. Di luar, Arjuna telah menunggunya dengan ekspresi cemas yang segera berubah lega ketika melihat Raka keluar dengan selamat. Mereka bertukar pandang sejenak tanpa banyak kata, namun sorot mata Arjuna menunjukkan rasa kagum dan hormat.“Aku tahu kau kuat, tapi aku tak menyangka kekuatanmu sedemikian besar hingga mampu menyingkirkan sosok sekuat Dewa Malam,” kata Arjuna.Raka hanya tersenyum tipis. “Ini bukan soal kekuatan fisik semata, Arjuna. Dalam setiap pertempuran, niat dan ketulusan hati jauh lebih kuat dari sekadar kemampuan bertarung.”Mereka berdua melangkah menjauh dari kuil yang tampak lebih sunyi daripada sebelumnya. Meski aura mengerikan sudah hilang, sekeliling lembah itu masih terasa sunyi, seakan-akan setiap pohon dan batu mengawasi kepergian mereka. Raka menatap lembah itu sekali lagi sebelum melangkah pergi, merasa bahwa ia telah menunaikan satu tuga

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 139 : Menghadapi Kegelapan Baru

    Dalam perjalanan panjang yang ditempuh Raka, ia terus melintasi desa-desa, tak hanya menyampaikan kabar kedamaian tapi juga membimbing setiap orang yang ditemuinya. Meski kemenangan atas kegelapan telah dicapai, ia sadar bahwa tidak semua ancaman benar-benar lenyap. Seiring langkahnya melaju semakin jauh, kabar baru mulai sampai di telinganya—sebuah kegelapan baru tengah bangkit di tanah seberang, dipimpin oleh sosok yang tak kalah keji dari Rangga.Kabar itu dibawa oleh seorang pengelana bernama Arjuna, seorang prajurit bayaran yang pernah menghadapi pasukan kegelapan dalam berbagai pertempuran. Ketika mereka bertemu di persimpangan, Arjuna mengenali sosok Raka dari cerita rakyat yang tersebar luas. Dengan penuh hormat, ia menundukkan kepala sebelum menyampaikan pesan yang dibawanya.“Pendekar Raka,” ujar Arjuna dengan suara tegas, “aku tahu keberanianmu telah menaklukkan banyak musuh. Namun, kini ada ancaman baru di timur—seseorang yang menyebut dirinya Dewa Malam. Ia memiliki kekua

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 138 : Jejak Sang Pendekar yang Tak Terlupakan

    Setelah mengalahkan kegelapan yang membayangi dunia, Raka melanjutkan perjalanan menuju desa-desa yang pernah ia singgahi, membawa kabar kemenangan yang kini diharapkan menjadi tonggak perubahan bagi setiap tempat yang pernah dilanda ketakutan. Di setiap desa yang ia lewati, senyum penduduk menyambutnya, mata penuh harapan mereka berbinar, mengakui perjuangan Raka yang tiada lelah demi kedamaian bersama.Desa pertama yang ia singgahi adalah Desa Sidamukti. Banyak penduduk yang sudah mendengar kisah keberhasilannya menghancurkan kekuatan roh jahat Rangga. Di sana, ia disambut dengan upacara syukur sederhana, namun penuh dengan rasa hormat dan cinta kasih. Para penduduk menghias pintu-pintu rumah dengan kain warna-warni, dan anak-anak berlarian mengelilingi Raka, penuh dengan rasa kagum. Bagi mereka, sosok Raka adalah seorang pahlawan yang akan terus dikenang dalam cerita rakyat dan menjadi inspirasi bagi generasi mendatang.Ketika malam tiba, kepala desa mengundang Raka untuk berbicara

  • PENDEKAR BUTA DARI LEMBAH HANTU   Bab 137 : Pertemuan dengan Penjaga Cahaya

    Setelah mendapatkan petunjuk dari pustakawan tua di desa Sidamukti, Raka melanjutkan perjalanan dengan tekad yang semakin kuat. Ia harus menemukan 'Mata Cahaya' untuk mengakhiri kekuatan dan dendam roh Rangga yang masih berusaha membayangi dunia ini. Perjalanan ini bukan sekadar mencari kekuatan; ini adalah ujian bagi hatinya, keberanian, dan pengorbanan.Raka berjalan melewati hutan belantara dan melewati lembah-lembah yang sunyi, dipandu oleh sedikit petunjuk yang ada dalam manuskrip kuno. Langkahnya mantap, meski terkadang ada keraguan yang menghantuinya. Bagaimana jika pengorbanan yang dimaksud adalah sesuatu yang lebih dari apa yang ia bayangkan?Tiga hari berlalu sejak ia meninggalkan Sidamukti, dan kini Raka tiba di kaki gunung berbatu yang menjulang tinggi, tempat yang dipercaya menjadi pintu masuk menuju ‘Mata Cahaya’. Namun, di puncak gunung itu terdapat sebuah gua yang tampak gelap dan menyeramkan. Ada aura misterius yang mengelilingi tempat tersebut, seakan menyimpan rahas

DMCA.com Protection Status