Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti CEO Arrogant / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Istri Pengganti CEO Arrogant: Chapter 121 - Chapter 130

141 Chapters

Bab 121: Pergi untuk Selamanya

"Baik. Kabarku sudah lebih baik dari sebelum-sebelumnya."Riana manggut-manggut. "Aku lega, mendengarnya." Ia lalu menerbitkan senyumnya. "Aku masih ada kelas, Kak. Tidak bisa aku tinggalkan." Riana membalikan badannya. Hendak kembali ke dalam kelas."Riana. Fandy kecelakaan."Seketika itu Riana berdiri mematung, tidak meneruskan langkahnya. Ia lalu kembali menoleh ke arah Satya."Heuh? Kecelakaan?" tanyanya panik.Satya mengangguk pelan. "Kondisinya kritis. Aku harap kamu mau kembali ke rumah dan melihat kondisi suami kamu."Riana menelan salivanya dengan pelan. "Suami? Dia sudah memilih kembali pada Citra, Kak. Sudah tidak ada kata suami dan istri lagi dalam hubungan kami. Setelah aku melahirkan, aku akan menceraikan dia.""Citra sudah menikah, Riana. Karena tahu selama ini dia dibohongi. Fandy telah menikah dengan kamu dan Citra tidak terima. Dan akhirnya memilih untuk mencari pria lain."Riana menghela napasnya dengan panjang. "Jadi, selama ini dia menunggu orang yang tidak benar-
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 122: Bolehkah Aku Memelukmu?

Satu minggu setelah Fandy meninggal, Riana yang kini sudah menyandang status janda sudah kembali ke rutinitasnya sebagai guru yang mengajar di TK."Riana. Kamu masih tetap ingin bekerja?" tanya Satya yang datang untuk menjemput perempuan itu di sekolah.Riana mengangguk. "Iya, Kak. Sebagai guru di sini, tidak terlalu berat juga. Karena kerjanya santai, hanya perlu melatih kesabaran saja jika ada anak murid yang kurang nurut. Setidaknya aku punya akitivas sampai anakku lahir."Satya manggut-manggut dengan pelan. "Jangan lupa jaga kesehatan kamu, Riana. Jangan sampai sakit dan jangan sungkan untuk meminta bantuanku."Riana tersenyum tipis. "Ya. Aku pasti akan meminta bantuan Kak Satya jika ada hal yang tidak bisa aku lakukan. By the way, siapa yang menggantikan Fandy di hotel?""Temanku. Galang. Dia yang Papa percaya untuk menggantikan posisi Fandy."Riana manggut-manggut dengan pelan. "Begitu. Kalau Kakak sendiri, belum ingin cari pengganti Arumi?"Satya tersenyum tipis kemudian mengge
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 123: Tidak Punya Tujuan

Riana terhenyak sesaat. Ia kemudian mengangguk malu-malu meski sebenarnya ia ingin sekali dipeluk oleh lelaki itu.Satya lantas memberanikan diri untuk memeluk Riana. Mengusapi punggung perempuan itu dengan lembut seraya menitikan air mata haru."Andai dari dulu aku terapi dengan kamu, Riana. Mungkin aku sudah sembuh dari dulu. Tapi, aku sadar diri. Aku hanya kakak iparmu saat itu."Riana menghela napasnya dengan panjang kemudian melepaskan pelukan itu. "Kakak jangan banyak memikirkan hal yang tidak perlu dipikirkan. Karena semuanya sudah berlalu, sebaiknya Kakak tata hidup Kakak untuk masa depan Kakak."Satya tersenyum tipis. "Masa depanku ada pada diri kamu, Riana. Aku tidak berpesta ria karena kepergian Fandy. Tapi, kamu pantas untuk memiliki masa depan yang indah setelah gelap dan mendung yang kamu jalani selama ini."Riana tidak bisa berkata-kata lagi mendengar ucapan Satya yang begitu tulus dan hangat.**Satya sudah kembali pulang ke rumah. Ia kemudian menghampiri sang mama yan
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 124: Hendak Melahirkan

Keduanya kini tengah duduk di sebuah taman kota, menghadap ke air mancur sembari menikmati es krim yang mereka beli di minimarket."Kamu kalau pengen sesuatu, bilang aja. Nanti anaknya ngeces, lho."Riana terkekeh pelan. "Kebetulan anak aku nggak banyak maunya, Kak. Makanya aman-aman aja. Yaa paling juga kalau lagi lapar, aku bikin makanan yang ada di kulkas."Satya mengulas senyumnya kemudian mengusapi perut buncit perempuan itu. "Anaknya baik, seperti ibunya." Ia kemudian menatap Riana dengan lekat."Jika nanti kamu sudah melahirkan, kemudian kita menikah. Boleh kan, aku memintanya untuk memanggilku ayah?" pintanya kemudian.Riana menelan salivanya dengan pelan kemudian tersenyum tipis dan menganggukkan kepalanya. "Boleh. Kan, sudah jadi suami aku."Satya menerbitkan senyumnya. "Aku ingin jadi ayah yang baik untuknya kelak, Riana. Dan aku juga tidak akan membiarkan dia melupakan ayah kandungnya. Walau bagaimanapun juga, Fandy tetap ayah kandungnya."Riana menganggukkan kepalanya sem
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 125: Welcome, Baby Boy!

Riana hanya diam. Rasa sakit di perutnya melebihi rasa sakit dari apa yang telah Fandy lakukan padanya semasa hidupnya.Sudah masuk ke pembukaan terakhir.Satya masih setia menemani Riana bahkan cakaran dari kukunya sudah tertinggal di tangannya. Yang penting saat ini Riana tidak merasa sendiri."Ayo, Bu. Tarik napas dalam-dalam kemudian keluarkan lagi." Dokter Iza memberi interupsi kepada Riana untuk mengejan."Rrrnngghhhhh ...." Riana mengejan sekuat tenaga setelah menarik napasnya dalam-dalam. Memegang tangan Satya dengan erat sembari mencoba untuk mengeluarkan bayi di dalam perutnya."Tarik napas lagi, yaa." Satya terus mengusapi pucuk kepala Riana dengan kening yang sudah mengeluarkan keringat sebesar biji jagung."Huhhh! Huhh! Huuhh!" Riana mengatur napasnya yang terengah-engah itu kemudian menoleh pada Satya yang masih setia menemaninya di sana."Kak ... aku udah nggak kuat," ucapnya lirih."No, Riana. Kamu harus bertahan. Kamu pasti bisa." Satya kemudian memberanikan untuk men
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 126: Tenang di Sana, Fandy

Yuni mengulas senyumnya. "Kamu adalah bagian dari keluarga kami, Sayang. Jangan lupakan itu. Mama sudah menganggap kamu sebagai anak kandung Mama. Jadi, jangan merasa sendiri apalagi merasa tidak punya keluarga. Kami adalah keluargamu."Riana kembali menitikan air matanya. Ia kemudian memeluk Yuni dengan erat seraya terisak lirih. "Terima kasih, Ma."Yuni mengusapi punggung perempuan itu dengan lembut. "Jangan pernah merasa sendiri, Sayang. Kamu punya kami semua."Riana menganggukkan kepalanya. Ia melepas pelukan itu lagi dan menoleh pada Satya seraya mengulas senyumnya."Kakak sudah memberi nama untuknya?" tanyanya ingin tahu."Heuh? Boleh, aku yang memberi nama untuknya?" tanyanya kemudian.Riana mengangguk. "Katanya mau jadi ayahnya."Seketika lelaki itu mengatup bibirnya seraya menatap bayi mungil itu dengan lembut. "Jika kamu mengizinkan aku memberi nama untuknya, aku ingin memberi nama ... Fabian Bramantya. Agar perjalanan hidupnya kelak, selalu semangat dan menjadi berkah untuk
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 127: Menunggu sampai Satya Siap

Dua hari berlalu ...."Saya terima nikah dan kawinnya, SteRiana Anggraini binti Padma dengan seperangkat alat sholat dan mas kawin tersebut, tunai!"Suara lantang oleh Satya yang sudah ia hafalkan sejak dua hari yang lalu akhirnya terucap dengan lancar tanpa kesalahan sedikit pun."Bagaimana para saksi, sah?""Sah!""Alhamdulillah."Riana mengusap wajahnya seraya menghela napas lega. Lalu menerbitkan senyumnya kepada Satya yang juga merasa lega.Kini, keduanya sudah sah menjadi pasangan suami istri. Sah di mata agama dan negara. Riana resmi menjadi istri dari pria yang selama ini ia kagumi yang kemudian ia cintai setelah ia merasa jika dirinya butuh sosok pendamping dalam hidupnya.Acara resepsi pernikahan itu digelar cukup meriah bahkan mengejutkan para staff di hotel. Ada beberapa yang baru tahu jika Riana merupakan istri dari mendiang Fandy yang kemudian dipersunting oleh Satya."Beruntung banget hidup Riana. Udah pernah nikah sama Pak Fandy, eh disunting lagi oleh kakaknya," ucap
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 128: Harinya Semakin Cerah

Lima menit kemudian, Riana kembali keluar dari kamar mandi dan duduk di samping Satya."Kakak? Kakak nggak usah gugup. Relax. Kita kan, sudah menikah, sudah halal untuk melakukan apa saja. Jangan tanamkan ketakutan itu di dalam diri Kakak. Aku yakin, Kakak pasti bisa. Asalkan pelan-pelan. Perlahan, Kakak pasti akan terbiasa dengan hal itu."Satya menatap Riana dengan lekat setelah mendengar ucapan dari perempuan itu yang tengah meyakinkan ia untuk bisa melakukan hal yang memang sudah dihalalkan untuk dilakukan.Satya kemudian menghela napasnya dengan panjang. "Aku coba dulu, yaa. Sejujurnya, aku hanya tidak ingin membuat kamu kecewa. Ya. Aku gugup dan aku takut kamu nggak puas dengan apa yang aku lakukan pada kamu."Riana mengangguk sembari mengulas senyumnya. "Iya. Aku paham dan nggak akan menuntut lebih. Kakak perlu belajar, perlu beradaptasi dan pengalaman. Yang penting Kakak tahu caranya. Tahu, kan?"Satya menganggukkan kepalanya. "Iya. Tahu kok. Hanya belum pernah melakukannya sa
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 129: Jangan Gugup

Tak lama setelahnya, Satya mengakhiri panggilan tersebut dan menghampiri Riana yang tengah duduk sembari memainkan ponselnya."Masak apa hari ini?" tanyanya sembari membuka kotak nasi tersebut."Cumi saus padang sama tumis kangkung pakai udang. Nggak ada alergi udang, kan?"Satya menggeleng. "Nggak kok. Terima kasih, sudah membawakan aku makan siang masakan kamu.""Sama-sama. Dihabisin ya, jangan sampai nggak.""Pasti. Masakan kamu enak, nggak pernah gagal."Riana lantas menerbitkan senyumnya mendengar pujian dari sang suami. "Bisa aja. Padahal aku sering lho, gagal bikin masakan.""Nggak apa-apa. Aku maklumi. Namanya manusia tidak ada yang sempurna."Riana kembali tersenyum mendengar ucapan dari suaminya itu. "Manis banget sih. Suami siapa sih ini?""Kamu nggak ngakuin aku?"Riana terkekeh pelan. "Dihabisin nasinya. Nanti yang udah buatnya nangis.""Nanti aku peluk kalau nangis."Riana lantas mengerucutkan bibirnya. "Bisa-bisanya ngegombal. Saya ini udah jadi istri Bapak. Nggak butuh
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 130: Kamu yang Hebat

Lima belas menit setelah mandi, Satya keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang hanya dililit oleh handuk membuatnya malu sendiri."Kamu kenapa sih, Kak? Gugup?" tanya Riana kemudian mengatup bibirnya menahan tawa melihat wajah Satya yang tidak bisa dikondisikan. Begitu lucu ia lihat.Satya menghela napasnya dengan panjang kemudian menghampiri Riana dan menatapnya dengan lekat."Aku memang sedikit gugup, tapi aku juga pengen.""Ya udah, nggak usah gugup. Kamu berhak minta kapan pun selagi aku sempat dan mau juga. Walau sebenarnya menolak itu dosa."Satya menerbitkan senyumnya. "Baiklah. Maaf ya, kalau aku terkesan norak."Riana mengusapi lengan suaminya itu. "Nggak apa-apa. Aku maklumi kok. Nanti juga terbiasa. Lagi pula, kita nikah juga baru satu minggu. Belum satu tahun."Satya menerbitkan cengiran. "Ya sudah kalau begitu, kita mulai saja."Riana mengangguk seraya mengulas senyumnya kepada suaminya itu. Satya kemudian melangkah lebih mendekat kepada Riana.Meraup bibir itu dengan lembu
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more
PREV
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status