Home / Rumah Tangga / Istri Pengganti CEO Arrogant / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Istri Pengganti CEO Arrogant: Chapter 101 - Chapter 110

139 Chapters

Bab 101: Akan Berlaku pada Satya juga?

Riana menggeleng pelan, senyumnya samar seperti goresan tipis di kanvas pucat. “Tidak ada. Punya masalah dengan siapa? Aku tidak punya siapa-siapa,” ucapnya dengan suara datar, nyaris tanpa emosi. Kata-kata itu jatuh, seperti batu kecil yang menimbulkan riak kecil di permukaan air tenang.Rinda mengatupkan bibirnya, sadar mungkin ia telah menyentuh sisi yang tak seharusnya ia singgung. “Sorry... mungkin dengan pacarnya?” godanya ringan, meski nada suaranya sedikit berhati-hati.Riana tersenyum lirih, senyum yang tak mampu menyembunyikan luka dalam hatinya. “Pacar pun tidak ada,” jawabnya pelan, suaranya serupa bisikan angin di tengah hening ruangan.“Oh...” Rinda membisu sejenak, tapi rasa penasaran lebih kuat. “Tapi, rumor tentang kamu pacaran sama Pak Satya itu... bener nggak sih? Atau cuma gosip aja?” tanyanya dengan mata berbinar, mencoba mencari kejujuran di wajah Riana.Riana mengangkat bahunya ringan, gerakan itu seperti daun yang jatuh tanpa tujuan. “Hanya gosip. Jangan dideng
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

Bab 102: Sembuhkan Penyakit itu Sama-sama

Di Amerika Serikat, matahari mulai condong ke barat, membungkus cakrawala dengan semburat jingga yang memudar perlahan.Waktu sudah menunjuk angka lima sore. Satya duduk terpaku di kursi kayu berlapis kulit cokelat tua, punggungnya sedikit melengkung.Matanya terpaku pada jendela apartemen yang menyuguhkan panorama gedung-gedung menjulang dan cahaya lampu yang mulai menyala satu per satu, seperti bintang-bintang kecil di permukaan bumi.Namun, keindahan itu baginya tak lebih dari ilusi kosong, pantulan kesedihan yang diam-diam merayap di balik batinnya.Wajahnya pucat seperti kanvas tak bernyawa, membawa jejak perjuangan melawan sakit yang tak pernah ia bagi dengan siapa pun.Ia memilih diam, menyembunyikan derita seperti seseorang menyembunyikan rahasia besar yang terlalu berat untuk diungkap. Tidak ingin merepotkan siapa pun, apalagi keluarganya.Tok tok tok.Ketukan pelan membuyarkan lamunannya. Perawatnya, Mitha, masuk dengan langkah lembut. “Tuan Satya, saatnya periksa kondisi An
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 103: Banyak Lebam di Tubuh Riana

Sore hari telah tiba ....Mendung berkepanjangan itu ternyata berhasil membuat gundah para orang yang tidak memiliki kendaraan roda empat alias mobil.“Belum pulang, Riana?” sapa Dimas yang tengah bersiap-siap untuk pulang.“Sebentar lagi pulang, Dim. Semoga aja pas di jalan nggak hujan.”“Aamiin. Yuk! Keburu hujan, udah mendung banget soalnya.” Dimas segera mengenakan helm-nya kemudian pamit kepada Riana agar segera tiba ke rumahnya.Sementara Riana masih sibuk dengan jaketnya dan segera mengenakan helm-nya. Kebut seperti pembalap moto GP, Riana mengendarainya tanpa menggunakan rem karena tidak ingin kehujanan di tengah jalan.“Semoga nggak hujan, semoga nggak hujan. Nanti malam aja hujannya, yaa. Pleaseeee ....” Riana berdoa supaya jangan dulu hujan.Namun, rupanya doanya tidak dikabulkan. Hujan begitu deras turun dengan jarak ke rumahnya hanya tinggal beberapa meter lagi.“Aaahh ... terobos ajalah! Bodo amat!” pekik Riana yang sudah jengkel karena rupanya dia harus kebasahan meski
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

Bab 104: Sementara Tinggal di Rumah Yuni dulu

Mata itu menatap nanar penuh emosi kepada Fandy. Sementara pria itu sudah meringkuk takut karena tatapan Yuni yang begitu menghunus siap menghajarnya tanpa ampun.“Kalau begitu, saya bawa pasien ke ruang visum terlebih dahulu. Kami ingin memastikan saja,” ucap Dokter Nana sebab ia merasa kasihan kepada Riana yang sudah pasti kesakitan akibat lebam yang dibuat oleh suami biadabnya itu.Plak!Tamparan keras pun melayang di pipi lelaki itu. Matanya menatap nanar dengan manik mata begitu tajam.“Apa yang kamu lakukan pada Riana? Jangan sampai kabar ini sampai kepada papa kamu, Fandy! Kamu akan digantung olehnya!” pekik Yuni kemudian melangkahkan kakinya mengikuti Dokter Nana yang sudah membawa Riana ke ruang visum.Air matanya terus turun dari sudut matanya seraya kakinya melangkah lemas melihat wajah pucat Riana yang belum juga sadarkan diri dari pingsannya.‘Semoga kamu baik-baik saja, Nak. Maafkan Mama yang tidak pernah tahu kalau kamu selalu disiksa oleh Fandy,’ ucapnya dalam hati.Ia
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 105: Seharusnya Kamu Bersyukur!

Fandy menolehkan kepalanya dengan cepat ke arah sang mama. “Heuuh? Ma—maksud Mama?” tanyanya seolah tidak paham dengan maksud Yuni yang akan membawa Riana ke rumahnya.Yuni menoleh dengan malas ke arah anak bungsunya itu. “Mama sudah tidak percaya lagi sama kamu, Fandy. Kejadian ini tidak boleh terulang lagi. Kamu tidak berhak menyakiti Riana hanya karena masih belum mencintai dia.“Mama akan membawa Riana ke rumah dan Mama yang akan merawatnya. Kamu tinggal saja sendiri di sana. Renungkan semua kesalahan yang kamu buat kepada Riana.“Mama kecewa sama kamu, Fandy. Sudah diberi kesempatan untuk memperbaiki diri, malah belum bisa dan malah semakin menjadi.“Seharusnya kamu tahu dan paham posisi kamu ini seperti apa. Jangan selalu menyalahkan Riana seolah Riana yang sudah membatalkan pernikahan kamu dengan wanita penyakitan itu!“Mama tidak ingin mendengar alasan apa pun dari kamu, Fandy. Intinya, Mama sudah tidak percaya lagi pada kamu. Biarkan Riana tinggal di rumah Mama sampai kamu be
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 106: Yang Penting dijaga saja

Riana menatap kecewa kepada Fandy yang terlalu mendewakan diri bahkan percaya diri bahwa dia dan Citra akan kembali seperti sedia kala.Bukan, bukan tidak ingin pisah dengan Fandy. Hanya saja, Fandy selalu merendahkan dirinya dan mengejeknya sebab menunggu Satya sampai sembuh.“Apa yang kamu inginkan?” tanya Fandy dengan nada pelan.Riana tersenyum miring. “Tidak ada. Hanya ingin kamu diam, jangan banyak oceh dan terlalu percaya diri karena Citra akan kembali sembuh sementara kakakmu sendiri kamu doakan tidak akan sembuh. Jangan begitu, Fandy. Mereka sama-sama memiliki penyakit yang serius. Tidak bisa dipastikan mana yang duluan sembuh.”Fandy berdecih pelan. Ia kemudian menatap istrinya itu dengan tatapan tak suka. “Bukan karena tidak mau pisah denganku, kan?” tanyanya penuh percaya diri.Riana lantas tertawa mendengarnya. “Haah? Hanya akan membuat aku tersiksa kalau aku tidak ingin pisah denganmu, Fandy! Jangan terlalu percaya diri. Aku hanya tidak ingin kamu kena masalah lagi denga
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 107: Mantan Kekasih Satya

Riana meringis pelan. Dia sudah tidak mengonsumsi pil KB lagi semenjak pulang dari bulan madu. Bukan, bukan bulan madu.Akan tetapi membuat masalah baru sebab Fandy membawanya ke negara di mana Fandy melamar Citra di sana. Kemudian akhirnya Fandy ketahuan modus kembali. Hanya karena ingin menyenangkan diri sendiri dengan pura-pura baik kepada Riana.“Eeh ... ada tamu rupanya.” Yuni masuk ke dalam ruang rawat Riana kemudian mengulas senyumnya menyapa Dimas dan Maya.“Selamat malam, Bu. Saya Maya, dan ini Dimas. Kami karyawan di hotel milik Ibu,” ucap Maya memperkenalkan dirinya dan Dimas kepada Yuni.“Yuni. Mertuanya Riana. Itu hotel bukan milik saya, tapi milik Satya. Karena hotel itu dibangun oleg Satya, anak pertama saya.” Yuni menegaskan kalau hotel itu bukan miliknya.“Aah iya, Bu. Milik Pak Satya. Bagaimana kabar beliau, Bu? Terakhir ke sini di tiga minggu yang lalu.”Yuni menganggukkan kepalanya seraya mengulas senyumnya. “Baik. Dia belum bisa pulang ke Indonesia dalam waktu dek
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 108: Aturan yang Sangat Tegas

Perempuan itu mengangguk dengan pelan kemudian melangkahkan kakinya seraya menatap kosong ke depan.“Mama masih belum bisa melupakan kejadian itu, Nak. Lihatlah! Perempuan sinting itu bahkan tidak merasa bersalah karena sudah memerintahkan kekasihnya menyodomi Satya.” Yuni mengusap wajahnya dengan pelan.“Kenapa tidak dipenjara saja, Ma?”Yuni tersenyum lirih. “Hanya laki-laki itu saja yang sudah berhasil ditangkap. Arumi bebas karena tidak ada bukti kalau dia melakukan pelecehan.”Riana menghela napas pelan. “Tapi, kenapa Kak Satya malah takutnya ke perrempuan?”Yuni terkekeh pelan. “Pada semuanya, Sayang. Dia tidak mau disentuh oleh siapa pun. Akan keluar keringat dingin, cemas berlebihan bahkan menyiksa diri sendiri atau orang lain.”Riana mengerutkan keningnya. ‘Lalu, siapa yang sudah menggendongku saat aku pingsan? Fandy? Tidak mungkin. Aku ketemu sama Kak Satya saja di malam itu. Atau ... security?’ Riana menghela napasnya dengan pelan.“Mama sudah pesimis duluan kalau mengingat
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 109: Tanyakan saja pada Mama Kamu

Riana menoleh kemudian menggeleng dengan pelan. “Tidak ada, Ma. Saya masih kepikiran soal Citra. Kalau nanti dia sembuh, kemudian Mas Fandy memilih kembali dengan Citra, sepertinya saya harus pergi, Ma.”Yuni menghentikan acara makannya. Matanya menatap dengan lekat wajah Riana yang sudah berani berbicara seperti itu kepadanya. Ia kemudian menghela napas kasar dan tersenyum lirih.“Jangan bicara seperti itu, Nak. Sampai kapan pun Mama tidak akan merestui Fandy kembali pada Citra.”Riana tersenyum tipis. Rasanya percuma bicara seperti itu kepada Yuni yang jelas-jelas sudah tahu jawabannya seperti apa. Sampai kapan pun perempuan itu tidak akan mau melepaskan Riana hanya demi Citra yang tidak jelas itu.Lima belas menit berlalu ....Riana sudah kembali ke dalam kamarnya. Pun dengan Yuni yang sudah masuk ke dalam kamarnya. Di rumah yang megah dan besar itu begitu hening baginya. Rumah itu lebih besar dan luas dari rumah pemberian Satya.Riana kemudian menghela napasnya dengan pelan seraya
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 110: Dugaannya Benar

Satu minggu berlalu ….Sudah satu minggu ini pula Riana berada di kediaman Yuni sebab tidak ingin hal yang mengerikan itu terjadi kembali. Yuni sangat menyayangi menantunya itu. Jelas ia tidak akan pernah mau itu terjadi kembali.“Pagi, Ma. Sudah bangun dari tadi?” tanya Riana seraya menyapa sang mertua yang sudah duduk di kursi meja makan.“Pagi. Baru juga, kok. Kamu kok sudah pakai baju kerja? Memang sudah baikan?”Riana menganggukan kepalanya dengan pelan. “Sudah kok, Ma. Sudah satu minggu ini saya tidak kerja. Tidak enak kepada orang yang menggantikan saya,” ucapnya mencari alasan agar bisa kembali kerja tanpa harus dilarang lagi oleh mertuanya itu.Yuni kemudian menghela napasnya dengan pelan. “Kamu yakin, kondisi kamu sudah baik? Jangan sampai nanti kamu pingsan lagi, lho. Kalau nanti pingsan di tempat kerja, Mama akan melarang kamu untuk kerja lagi!” ancamnya dengan pelan.Riana m
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status