Beberapa hari setelah kejadian di apartemen, Adris memilih untuk tidak mendatangi atau pun mencari tahu lagi tentang Mala. Bukannya menyerah, memangnya apa yang dia perjuangkan?Ya, kan?Dia hanya tidak mau lagi peduli. Adris meyakinkan dirinya, perasaannya yang sering timbul untuk menemui Mala, karena secuil rasa bersalahnya yang dulu pernah dia perbuat pada Mala. Hanya karena Adris masih memiliki rasa kemanusiaan. Tapi, perasaan yang aneh itu kerap muncul dan mengganggu waktu tidurnya.Anehnya, itu seperti perasaan rindu.Ah, sial. Ini bahkan sudah hampir dua minggu berlalu, dan nyaris setiap harinya Adris selalu ingin menemui Mala, melihatnya tersenyum, atau hanya sekadar mendengar suaranya.“Selamat pagi, Tuan.” Kelon datang, seperti biasa. Asistennya selalu datang dengan penampilannya yang rapi. Adris masih duduk di ruang tengah, dengan segelas kopi hitam yang mengepul tapi tidak diminum sedikit pun olehnya.Wajahnya tiba-tiba mengernyit kuat, dia melihat Kelon sembari menutup
Read more