Home / Pendekar / PENGENDALI ANGIN PETIR / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of PENGENDALI ANGIN PETIR: Chapter 111 - Chapter 120

191 Chapters

Bab 111

Sebab tidak ada sosok lagi yang masuk setelah Nini Padma. Mungkin nenek berwajah seram itu sudah mampus.Sekarang sepasang makhluk guriang bahu membahu berusaha menangkap Amoksa.Apabila berhasil menangkap, mereka kesusahan menggerakkan Amoksa yang seolah-olah terpatok kakinya ke lantai. Tidak bergerak sedikitpun, bagaikan mendorong gunung."Ilmu Patok Jagat!" seru Ki Baplang terkejut."Kalau begitu kita bikin dia loncat-loncat!" ujar Nini Padma sambil memberi aba-aba agar mengambil jarak.Bayu kini bingung melihat dua makhluk guriang berlari-lari mengelilingi Amoksa sambil sesekali mengirim pukulan jarak jauh yang diarahkan ke kaki.Amoksa loncat-loncat menghindari serangan dua guriang, tapi loncatannya lurus. Tidak bersalto atau cara lain yang mengharuskan posisi badannya miring.Sekarang Bayu mengerti maksud mereka. "Buat dia meloncat miring!" teriaknya kemudian.Maka dua guriang itu berbagi tugas, bila yang
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 112

Melihat sosok Amoksa yang sudah jadi mayat, nyali para pendekar ini semakin leleh. Sudah tidak mampu melawan para gadis tangguh, ditambah yang ditunggu-tunggu tidak sesuai harapan.Baru saja beberapa hari mereka memiliki pemimpin yang luar biasa, ternyata begitu mudah dikalahkan musuh. Kalau sudah begini untuk apa lagi bertahan di sini.Akhirnya para pendekar pelarian ini segera kabur ke berbagai arah walaupun dalam keadaan terluka, yang penting selamatkan diri terlebih dahulu.Yang tertinggal hanya dua dedengkot pendatang. Soca Srenggi dan Ki Rembong. Mereka juga tampak pasrah. Ke mana harus kabur?Bisa jadi mereka jadi bahan bulan-bulanan para pendekar pelarian kalau ikut kabur. Karena awalnya mereka datang sebagai penakluk. Sekarang sudah tidak ada yang diandalkan."Di saat sedang di atas, selalu datang nasib apes!" ujar Ki Rembong pelan sambil mengatur napas dan jalan darah guna memilihkan tubuhnya."Kalau nyawa kita masih se
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 113

Bukan hanya Radika saja yang terkejut, tapi seisi padepokan seakan gempar dengan kedatangan empat wanita cantik yang tidak lain adalah rombongan Paramita bersama tiga calon menantunya.Walaupun wajah tertutup caping bercadar dan tubuh mengenakan pakaian longgar, tapi tetap saja Asmarini terlihat menawan di mata para lelaki.Bahkan mereka membayangkan seperti apa wajah cantik di balik cadar tersebut.Mereka hanya tahu wanita cantik yang tengah hamil itu. Istrinya Pendekar Angin Petir. Sedangkan tiga gadis lain seperti baru melihatnya hari ini.Radika yang kebingungan bagaimana cara menyambut mereka segera memanggil istrinya. Begitu muncul, Lasmini segera menyambut tamu dengan ramah.Lasmini yang sudah cukup lama tinggal di padepokan sudah tahu sosok Paramita, tapi dia juga baru melihat tiga wanita lainnya.Keempat wanita cantik ini dijamu di ruang depan yang cukup luas. Beberapa hidangan kecil sudah tersaji di sana.Ketik
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 114

Kembali ke Padepokan Cakrabuana. Cerita sebelumnya kita simpan dulu.Sudah dua hari Paramita bersama tiga calon menantunya tinggal di padepokan. Mereka mendiami asrama khusus untuk tamu.Mereka selalu menjadi pusat perhatian murid-murid padepokan terutama laki-laki. Walaupun banyak murid wanita di sana, tapi sepertinya tiga gadis itu menjadi sosok paling menarik.Hari itu padepokan kembali kedatangan tamu. Dua orang luar biasa karena memiliki ilmu tinggi dan sukar dicari tandingannya.Ayah dan anak yang tidak lain Pendekar Angin Petir bersama Bayu Bentar. Bayu yang berarti angin dan Bentar artinya petir.Selain ingin melepas kerinduan kepada Ki Abiasa, ternyata mereka juga ingin menyusul Paramita yang sudah datang lebih dulu.Keluarga pendekar ini akhirnya berkumpul. Paramita yang sudah memiliki satu niat akhirnya tak perlu kembali ke rumah untuk menyampaikan kepada suaminya. Kalau waktunya sudah tepat dia akan segera mengutaraka
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 115

Rupanya pada saat itu telinganya mendengar suara Nini Padma yang menjelaskan tentang ciri-ciri orang yang terkena sihir yang berupa gendam, teluh, pelet dan lain-lain.Nah, ternyata Bayu menemukan ciri itu pada mereka, tapi tetap kurang jelas karena cirinya agak beda dari yang disebutkan Nini Padma."Jenis ilmu apa itu?" tanya Bayu dalam hati. Firasatnya mengatakan pembunuhnya ada keterkaitan dengan ilmu semacam ini."Sepertinya itu ilmu 'Menjerat Pikiran', semacam gendam jarak jauh!" jawab Nini Padma yang hanya bisa didengar Bayu.Kesimpulannya dari pemeriksaan ini, bahwa pondok Jagabaya dalam keadaan baik-baik saja. Karena dua penjaga selalu dalam keadaan 'terjaga' dan mengecek setiap saat.Perihal pedang milik Purana yang dicuri, tidak ada petunjuk satupun bagaimana senjata itu bisa hilang. Karena tidak ditemukan dinding atau atap yang jebol juga misalnya menerobos dari bawah tanah, tidak ada.Satu-satunya cara mengambil pedan
last updateLast Updated : 2024-12-01
Read more

Bab 116

Bayu berpikir keras untuk menemukan cara melumpuhkan pohon hidup ini.Tentu saja bukan hidup secara pengertian harfiah. Bayu paham pohon ini berada dalam pengaruh dan dikendalikan dari jarak jauh oleh Ki Sawung."Jangan sungkan-sungkan, Den!" saran Ki Baplang.Bayu tidak mengerti maksudnya. Lalu Ki Baplang melanjutkan bisikannya."Juragan ikuti saja, aku akan menurunkan ilmu 'Membelah Tanah Menarik Sukma'," lalu terdengar guriang ini merapalkan mantera.Bayu ingat ilmu ini pernah digunakan Ki Baplang saat menerobos Puri Iblis. Rupanya ini maksud si guriang agak memaksa ingin mendampinginya.Kemudian si pemuda mengikuti saran Ki Baplang. Setelah membaca mantra dia hantamkan tumit ke tanah dengan kuat.Degh!Tanah yang dihantam tumit retak sedikit demi sedikit kemudian tanah terbelah memanjang ke depan. Pohon yang bisa bergerak ini otomatis terjerembab ke dalam belahan tanah ini.Blass! Blep!Poh
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 117

"Ini dia!" kata Bayu sambil mengambil sembilu itu lalu memperhatikannya dengan baik-baik.Bayu mengelus-elus leher binatang itu pelan dengan perasaan lembut dan kasih sayang. "Sekarang kau bebas, Can!"Kakinya kembali menghantam tanah, seketika keempat kaki harimau telah terbebas dari jepitan tanah. Harimau ini langsung mengusap-usapkan wajahnya ke kaki Bayu sebagai tanda terima kasih. Lalu sang harimau berlalu meninggalkan sang pendekar."Ki Sawuuung...!" teriak Bayu lagi sambil mengitarkan pandangan. "Ternyata kau baik, aku ucapkan terima kasih!"Kemudian Bayu meninggalkan lembah itu. Dia menyusuri jalan semula yang dilalui hingga keluar dari daerah yang diselimuti kabut tipis itu.***Suatu malam di padepokan Cakrabuana. Di setiap asrama dan tempat-tempat lainnya ada murid atau anggota Jagabaya yang dapat giliran jaga. Semuanya tampak seperti malam-malam biasanya.Namun, di tempat tersembunyi lagi yang tidak diketahui
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 118

"Dengan sembilu ini, si pemiliknya akan bisa mengendalikan orang yang dituju untuk melakukan tindakan apapun yang diperintahkannya,""Jadi maksudmu mereka dalam kendali seseorang?" tanya Ki Sandaka."Benar!"Pantas saja keempat tersangka ini keukeuh dengan pernyataannya. Namun, tetap saja perlu pembuktian lebih lanjut."Bisa kau buktikan dan tunjukkan siapa orang yang mengendalikan mereka?" tantang Ki Abiasa."Baiklah, sebelumnya apakah Ki Sepuh dan para guru pernah mendengar ilmu 'Menjerat Pikiran'?"Keempat sesepuh tampak berpikir sejenak, begitu juga para anggota Jagabaya. Suasana jadi hening, bahkan di luar juga tak terdengar bisik-bisik lagi."Aku ingat, ilmu ini dimiliki seseorang yang jarang muncul ke dunia persilatan. Namanya Ki Sawung!" kata Nyai Purbasari."Nah, ternyata salah satu murid padepokan ini memiliki ilmu tersebut!"Seketika semuanya terperanjat tak percaya, bagaimana bisa seorang mu
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 119

Kenapa Panji tampak bingung? Kita lewati dulu. Yang sudah menebak simpan saja.Kita kembali ke tempat di mana Sujiwati berada. Pada kisah lalu diceritakan kantung berisi kelabang mengeluarkan asap putih disertai suara mendesis keras. Semakin lama semakin tebal dan membumbung tinggi hingga menyentuh langit-langit gua.Asap tebal ini membentuk satu sosok yaitu kelabang raksasa berwarna hitam. Suara yang keluar terdengar seperti perempuan tua."Nyai Siluman Kelabang Ireng, sebelumnya aku tidak pernah memanggil Nyai seperti ini. Semua karena suatu hal yang amat penting," ungkap Sujiwati sambil menunduk hampir menempel ke lantai gua."Katakan apa persoalanmu, apakah ada yang menandingi ilmu yang aku berikan? Apakah ada yang membuatmu sakit hati?"Rupanya Sujiwati memuja siluman Kelabang Ireng untuk memperoleh ilmu-ilmunya. Sebenarnya ketika harus menyingkir ke luar pulau, dia sedang menambah kesaktiannya.Sujiwati juga sudah punya ren
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more

Bab 120

Ternyata syaratnya Sujiwati harus melayani nafsu Srimpit saja. Namun, tidak hanya sekali melainkan sampai siluman Ular Cilik itu merasa benar-benar puas.Demi terwujud harapannya, Sujiwati tidak mempedulikan apa pun syaratnya. Dia yakin setelah memenuhi hasrat siluman tersebut akan ada keajaiban yang dia peroleh.Sujiwati sendiri sampai terlena dalam buaian nafsu. Dia juga menikmati indahnya cumbuan siluman yang mewujud jadi lelaki gagah ini, karena siluman itu mengubah wujud lagi menjadi lelaki yang sedang diidamkannya."Bayu!" Sujiwati terpekik.Seketika gairahnya menggebu-gebu. Sampai semuanya tuntas mencapai puncaknya, Sujiwati terkulai lemas dan terlelap.Ketika terbangun karena tersiram cahaya mentari pagi, Sujiwati sudah terbaring di atas pasir pantai. Bukan di pulau sebelumnya, tapi sudah berada di seberang yaitu pulau Jawa.Wanita ini terkejut setelah menyadarinya. Lebih terkejut lagi melihat keadaan dirinya. Kulit tubuh
last updateLast Updated : 2024-12-02
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
20
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status