“Arum, aku bisa bicara sebentar?” Suara Dimas terdengar serak dan pelan, berbeda dari biasanya. Arum mendongak dari buku yang sedang ia baca di ruang tamu, terkejut mendapati Dimas berdiri di ambang pintu dengan raut wajah yang berat, jauh dari wibawa dan ketegasan yang selalu ia tunjukkan.“Tentu, Pak Dimas. Silakan duduk,” jawab Arum, mencoba tetap tenang meski hatinya sedikit berdebar. Ia tahu, pertemuan ini akan berujung pada sesuatu yang penting, dan sejujurnya, ia tak yakin siap untuk apa yang akan dikatakan pria yang selama ini menjadi figur ayah baginya.Dimas menarik kursi di depan Arum, menatap meja kopi kecil di antara mereka sejenak sebelum akhirnya menatap Arum dengan sorot mata yang penuh penyesalan. “Aku… selama ini mungkin terlalu keras padamu, Arum.”Arum terdiam, tak ingin terburu-buru merespons. Dimas, yang biasanya tampak teguh dan tak tergoyahkan, kini tampak rapuh, dan Arum bisa melihat gurat lelah
Last Updated : 2024-11-12 Read more