"Jika mereka pasangan kekasih, berarti Zio merebut Nika. Begitu?" gumam Lea lirih.Seharusnya dia tidak ikut campur masa lalu Zio, Agra dan Nika. Namun sudah jadi kodrat manusia untuk kepo dengan urusan orang lain. Dan Lea mengalaminya.Lea harusnya tutup mata, tutup telinga. Toh, yang mereka perebutkan sudah meninggal, tidak bisa ditanyai lagi kebenarannya. Fokus ke masa depan adalah hal yang sepatutnya Lea lakukan.Tapi semakin dia memikirkannya semakin dia ingin tahu apa yang sesungguhnya terjadi."Melamun?" Tubuh Lea seketika terbaring ke sofa kala Zio muncul lantas mendorongnya. Pria itu tanpa aba-aba langsung melumat bibir sang istri.Perlu beberapa waktu bagi Lea bisa meminta jeda. Zio seolah ingin menelannya hidup-hidup tiap kali mereka beradu bibir."Belum mandi," kata Lea sambil menahan dada bidang Zio yang kembali ingin menindihnya."Kamu wangi, rasamu selalu manis. Aku menyukainya." Tubuh Lea melenting cantik saat Zio menyentuh puncak dada di balik kaos yang Lea kenakan.
Read more