Semua Bab Bahagia Setelah Dimadu: Bab 81 - Bab 90

101 Bab

Makan Malam

Danu berjalan pelan menuju meja, tempat di mana keluarga Setiawan alias Nisa berada. Makanan sudah terhidang, dan mau tak mau Danu harus melanjutkan makan malamnya dengan keluarga Setiawan. Ia tak mau membuat dua orang tua di depannya kecewa atau pun tak nyaman. "Maafkan saya, Pak Rendy. Maaf karena sudah membuat Anda dan keluarga menunggu," ucap Danu sembari duduk. Di dekatnya Nisa seolah enggan menatapnya. Ekspresinya masih sama, jutek dan kesal. "Tidak apa-apa, Nak Danu. Kami maklum. Kami juga minta maaf karena kecerobohan Nisa membuat kamu terkejut.""Kok aku, Yah?" Nisa menyela, tapi cubitan sang ibu seketika membuatnya bungkam. "Kalau saja Nisa tidak bicara tadi, mungkin suasananya tidak akan se-canggung ini. Kita masih bisa makan dengan santai dan akrab.""Oh, tidak, Pak Rendy. Dengan Nisa bicara tadi, bukankah saya jadi tahu mengenai rencana perjodohan kalian terhadap kami berdua. Saya jadi bisa bertanya pada ayah dan ibu mengenai kebenaran berita tersebut.""Ya, tapi mung
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-17
Baca selengkapnya

Curhat

"Apa? Jadi, ibu sama ayah mau jodohin Mas Danu lagi?" Mita tampak terkejut saat mendengar cerita Danu mengenai perjodohannya dengan Nisa. "Ehm, menurut sahabat ayah begitu." Danu menjawab sambil mengangguk. "Tapi, sebelumnya ayah dan ibu enggak bilang. Aku baru tahu pas hubungi mereka tadi."Mita melempar pandangannya pada Amar. Amar hanya diam dengan senyum tipis. Ekspresinya menunjukkan rasa ingin tahu. Pertemuan malam itu antara Danu, Mita, dan Amar, membuat Danu bercerita tentang rencana perjodohan yang kedua orang tuanya lakukan. Ia yang saat ini sedang menenangkan hati, hanya bisa bercerita pada sosok yang sekiranya bisa dipercaya. "Eh, maafkan aku. Aku enggak bermaksud mengganggu kehidupan baru kalian dengan menceritakan kisahku. Aku cuma butuh tempat bercerita," ucap Danu sembari menyesap kopi panas yang ia pesan. "Setidaknya hal tersebut membuatku lega. Tak perlu ada saran atau pendapat." Danu menatap Mita, terlebih Amar dengan raut muka tak enak hati. "Enggak apa-apa kok
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Nisa Naura Setiawan

"Nisa Naura Setiawan. Dia adalah putri tinggal alias putri semata wayang dari Rendy Setiawan, seorang pengusaha, pebisnis yang lumayan disegani." Danu mendengarkan cerita Amar tentang sosok Nisa, gadis yang dijodohkan dengannya. "Nisa adalah gadis baik-baik. Aku kenal dengannya sejak kami kuliah di fakultas yang sama.""Mas Amar satu angkatan sama Nisa? Kok bisa?" Mita bertanya bingung. Ia berpikir jika usia keduanya jauh berbeda. "Oh, enggak. Nisa di bawahku. Aku kenal dia karena orang tua kami yang adalah rekan bisnis," jelas Amar. Baik Mita atau pun Danu sama-sama menyimak dengan serius. Entah apa yang terjadi, keduanya seperti menemukan sebuah kisah seru yang ingin mereka dengarkan sampai tuntas. "Kalian enggak dijodohkan?" tanya Mita iseng. "Enggak. Aku sudah punya pacar waktu Nisa masuk kuliah. Selain itu usia kami juga lumayan jauh." Amar mencoba membayangkan hal yang membuat kedua orang tua mereka tidak menjodohkannya dengan Nisa. "Lagian, orang tua kamu cuma rekan bisni
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-18
Baca selengkapnya

Ajakan Danu

Terdengar suara gedebuk orang jatuh dari ketinggian. Danu yang masih kebingungan menjawab pertanyaannya sang ayah, seketika membuka mata dan menyadari jika ia baru saja bermimpi. "Ah, sial! Ternyata cuma mimpi," gerutunya kesal. Danu kemudian kembali ke atas ranjang. Membaringkan tubuhnya kembali yang terasa sakit sebab terjatuh tadi. "Kenapa aku jadi bermimpi seperti itu? Jelas-jelas aku ingin melupakannya. Tapi, kenapa sosoknya malah muncul. Lalu, kenapa juga ayah enggan membatalkan perjodohan ini?" ucapnya semakin kesal. Danu melihat jam di atas nakas. Jam digital di sana menunjukkan angka dua dini hari. "Aku baru tidur satu jam dan sudah bermimpi? Ini benar-benar gila!" gerutu Danu lagi. Ia mencoba untuk kembali tertidur, tapi mengalami kesulitan. Kantuknya seketika hilang setelah insiden terjatuh tadi. Ia pun kemudian memutuskan untuk ke toilet untuk membuang hajat. Setelahnya ia mencuci muka, menatap wajahnya di depan cermin wastafel. 'Hei! Apa kamu masih belum puas membu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Mengajak Kerja Sama

Sepekan yang lalu saat Danu baru pulang dari kantor, ia sudah dibuat kesal oleh ayahnya. Hal itu karena ucapan lelaki yang ia sayangi itu mengenai perjodohan yang tetap harus dilaksanakan. "Ibumu sakit. Dokter bilang waktunya tidak lama lagi.""Jangan bercanda, Yah. Ini bukan waktunya main-main." Danu mulai emosi ketika sang ayah membawa-bawa penyakit ibunya. "Bu, apa betul dokter bilang begitu? Memang Ibu itu sakit apa, kok tiba-tiba jadi parah? Kalian ke luar negeri 'kan cuma cek rutin, bukan mau konsultasi penyakit serius." Danu menatap ibunya bertanya. Perasaannya mendadak tak enak. "Enggak, dokter enggak bilang gitu.""Nah, terus? Barusan ayah ngomong gitu!" seru Danu kesal menatap ayahnya. Namun, lelaki di depannya itu terlihat cuek dan santai. Membuat Danu kembali menatap ibunya. "Kenapa Ibu mau aja diajak kongkalikong sama ayah meminta aku buat nikah sama perempuan itu? Sampai bawa-bawa penyakit segala.""Enggak ada yang salah kok, Nu. Apa yang ayahmu katakan itu ada bena
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-19
Baca selengkapnya

Setuju

"Aku tidak peduli kamu mau percaya aku atau tidak. Tapi yang pasti, kamu itu bukan seleraku.""Ap-apa?" Nisa menatap Danu emosi. "Kamu bilang aku bukan seleramu? Lantas, perempuan seperti apa yang jadi seleramu? Apakah lebih cantik, lebih kaya, atau lebih pintar dari aku?"Danu tertawa mendengar pertanyaan Nisa. "Kenapa kamu marah? Selera seseorang enggak melulu tentang cantik, kaya, atau pintar bukan?""Y-Ya. Tapi, apa yang para lelaki lihat kalau bukan tiga poin yang aku sebutkan tadi?"Sekali lagi Danu tertawa sembari meminum kopinya yang tinggal setengah. "Aku sudah pernah mendapatkan perempuan dengan tiga poin yang kamu sebutkan tadi. Jadi, bukan itu yang membuatku berselera ketika ingin kembali menikahi seorang perempuan untuk aku jadikan istri."Nisa menaikkan sebelah alisnya tak mengerti. Bagaimana mungkin ada perempuan yang memiliki poin istimewa seperti yang ia sebutkan tadi selain dirinya. "Apa ayahmu sudah memberitahu padamu tentang kehidupanku sebelumnya?""Tentang kamu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Rasa yang Tertinggal

"Aku akan jadi sekretarisnya Mas Danu, Yah."Seketika mulut kedua orang tua Nisa tercengang. Mereka tampak tak percaya dengan lancarnya perjodohan yang direncanakan. "Kalau begitu Ayah setuju. Silakan kamu cari pengalaman menjadi seorang sekretaris. Itu posisi pekerjaan yang kamu mau untuk terakhir kalinya 'kan?""Cepet banget setujunya?" sindir Nisa tersenyum. "Ya ... selagi ada fasilitas yang bikin kalian berdua bersama, kenapa enggak. Iya 'kan, Bu?""Iya," jawab ibunya Nisa mengangguk. "Ibu juga setuju banget. Dengan begitu kamu jadi bisa ketemu setiap hari dan akhirnya tahu kebiasaan calon suami kamu itu."Dalam hati Nisa tertawa mendengar kalimat terakhir ibunya barusan. 'Calon suami apaan?' batin Nisa bicara. "Oke! Oke! Sekarang kita atur waktu buat bikin acara pertemuan keluarga." Rendy tampak begitu bersemangat. "Tunggu! Acara pertemuan keluarga siapa, Yah?" Nisa menatap ayahnya bingung. "Ya, keluarga kita dan keluarga Danu-lah. Siapa lagi memangnya?""Mau ngapain? Ini 'k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Hari Pertama

Hari ini sepertinya hari terburuk bagi Danu. Setelah menerima persyaratan Nisa supaya jadi sekretarisnya, faktanya ia tak bisa berkonsentrasi dengan baik. Nisa memang tidak mengganggunya sama sekali. Bahkan, gadis itu sangat gesit melakukan semua tugas yang Danu berikan. Tapi, entah mengapa Danu malah hilang fokus dan membuat beberapa laporan terbengkalai. "Selamat siang, Pak Danu!" Gadis yang tengah Danu bayangkan itu sudah berdiri di ambang pintu dengan map di tangan kanannya. "Eh, si-siang! Ada apa?" Danu bertanya terbata. Ia tampak salah tingkah sebab Nisa memergokinya tengah melamun. "Maaf, Pak. Ini tugas yang Bapak minta. Beberapa daftar sudah saya revisi." Nisa tersenyum sembari menunjukkan map di tangannya. "Oh, bawa ke sini!" perintah Danu sembari menormalkan detak jantungnya yang tiba-tiba muncul. Nisa kemudian berjalan menghampiri meja Danu. Ia lalu memberikan map kepada atasannya tersebut. Nisa masih berdiri di depan Danu, menunggu perintah apa yang akan lelaki di d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Pergi Ke Undangan

Danu tampak melamun setelah Nisa pergi dari hadapannya.'Bagaimana aku bisa langsung mengiyakan ajakannya?' gumam Danu seketika merutuki kebodohannya.'Perempuan itu pasti menyangka kalau aku tertarik padanya,' batin Danu kesal pada dirinya sendiri."Argh! Stupid!" pekik Danu hampir menjerit.Tentu ia berharap jika para karyawan sudah seluruhnya pulang sehingga tak ada yang akan mendengar pekikan atau teriakannya.Sesuai janji, Danu menjemput Nisa tepat di jam lima sore. Keberangkatannya jelas mengundang rasa penasaran kedua orang tuanya di rumah."Pergi sama Nisa, Bu." Danu menjawab pertanyaan sang ibu yang menanyakan penampilannya saat akan pamit pergi. "Pergi sama Nisa? Kencan?" tuduh ibunya tadi. "Enggak kencan, Bu. Nisa minta temenin ke acara nikahan temannya."Sang ibu senyum-senyum menggoda putranya. "Sama aja. Alasan aja itu."Danu memutar bola matanya, jengah. "Terserah ibu aja."Sekarang di sinilah Danu berada. Di halaman parkir kediaman Setiawan, rumah keluarga Nisa.Berk
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya

Berbagi Kisah

Suasana pesta pernikahan kawan Nisa berlangsung cukup mewah. Beberapa orang yang yang hadir bukanlah orang sembarangan karena pemilik hajat adalah salah satu orang penting di negeri ini. "Apa ayah kamu enggak diundang?" tanya Danu setelah tahu siapa keluarga dari kedua mempelai. "Ayah sebetulnya diundang, tapi beliau ada keperluan. Jadi, ya ... aku sekalian mewakilkan.""Ada keperluan, tapi tadi masih kelihatan santai saja di rumah." Danu berkata heran. Namun, Nisa malah tertawa melihat kebingungan Danu. "Kan berangkatnya malam. Habis maghrib baru berangkat. Lagian ayah memang bukan orang yang ribet.""Oh. Sendiri atau sama ibu kamu?""Sama ibu."Danu mengangguk, paham. "Berarti ibumu juga orang yang santai, ya?""Ya, gitu deh." Nisa sepertinya mengerti kemana arah pembicaraan Danu. "Kamu enggak seneng, ya, Mas?" Tiba-tiba saja Nisa memanggil Danu dengan panggilan yang ayahnya sarankan. Seketika Danu tersedak minuman yang tengah ditenggaknya. Hal itu membuat Nisa tertawa terbahak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status