Home / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Gus! I Lap Yuh!: Chapter 31 - Chapter 40

69 Chapters

[31] Harus Percaya!

“Tatiana..”“Ya, Pak?!” Respon Tatiana, berdiri ketika dosen yang mengajarnya melambaikan tangan. Ia berjalan menghampiri sang dosen, menanyakan apa gerangan yang membuat pria paruh baya itu memanggilnya.“Mas Sahrul bilang, kamu katanya diminta buat hadap Bu Dekan.”“Ada apa ya, Pak?”Dosen terbaik yang pernah Tatiana kenal itu menggelengkan kepalanya, “Bapak kurang paham, Tatiana. Kamu pastikan dulu sana. Tenang saja, absensi kamu, Bapak akan tulis kehadirannya,” ucapnya memberikan kelonggaran. Pada nyatanya Tatiana memang hadir meski sepuluh menit harus keluar dari kelas.“Bawa tas kamu, Tatiana. Perintahnya begitu.”Psikologi 03 itu kembali ramai oleh bisikan. Mereka bertanya-tanya, mengapa Tatiana sampai harus menghadap ke ruangan orang nomor satu di fakultas mereka. Jika mengenai absensi dimana satu minggu Tatiana tidak hadir, rasanya sangat tak mungkin. Mereka bukan lagi anak sekolahan yang diurusi sebegitu detailnya. Angka kumulatif perihal absensi baru dapat terlihat nanti se
Read more

[32] Over Thinking

“Adeknya cantik, Dek.”“Thanks, Mas. Aku emang secantik itu. Nggak perlu diomong!” Tatiana melakukan gerakan mengipas di depan wajahnya, tapi sedetik kemudian kepercayaan dirinya dibungkam, tergantikan pipi merah sebab rupanya bukan dirinya yang Khoiron maksud.“Adeknya yang itu, Sayang, yang pake bando telinga Hello Kitty,” tunjuk Khoiron pada sosok gadis kecil, mungkin kisaran usia lima tahunan, yang tengah memakan es krim diseberang meja milik mereka.‘Aaak!! Pengen renang ke laut selatan biar dimakan Nyi Roro sama anak buahnya!’ Jerit hati Tatiana, merasa malu berkat terlalu over confident. Ia tidak fokus karena sedari tadi banyak gadis-gadis memperhatikan Khoiron. Sepertinya ia harus minum air mineral yang banyak.Demi mengembalikan kerja otaknya, Tatiana menyambar botol di atas mejanya. Ia meneguknya secara tak sabaran. Hitung-Hitung mengalihkan rasa malu yang bersarang di dalam dirinya.“Kapan ya kita buat anak selucu itu, Dek?”Byur!!— Sakit sekali. Tatiana tersedak. Air di ker
Read more

[33] Sat-Set, Sat-Set!

“Assalamualaikum.”Suara dua laki-laki yang baru saja pulang dari masjid itu membuat Tatiana melompat menuruni sofa. Ia berteriak memanggil nama suaminya sembari berlari ngepot. “Mas Khoiiirrr!!”Buk!!Seperti mobil yang kehilangan fungsi rem, tanpa aba-aba Tatiana menabrakan tubuhnya pada Khoiron sampai sang suami terhuyung ke belakang.“Tiana ngagetin. Suami pulang langsung diseruduk gitu.”Gadis yang disebut melakukan kebiasaan seekor sapi itu, memutar kepalanya yang menempel di dada Khoiron. “Ssstt! Papa jangan cemburu. Tiana ngelakuin ini demi kemaslahatan pernikahan kita.”Mendengarnya Khoiron dan Januar menyerngitkan alis dengan mata saling menatap.“Mas ayo kita ke kamar. Adek mau kasih Mas jatah.”Khoiron terbelalak. Seluruh wajahnya merona dengan pipi dan daun telinga yang memerah. Istrinya mengatakan sesuatu yang vulgar di depan sang papa mertua.“Ya Allah, Tiana. Agresif banget. Masih sore ini, makan malam juga belum,” ucap Januar menggelengkan kepala. Ia mengerti jika hub
Read more

[34] Ya Allah, Istri Hamba

“Selamat pagi Adeknya Mas. Sudah bangun?!”Tatiana menarik naik selimut yang membungkus dirinya. Menyembunyikan wajah semerah darah miliknya.Tatiana malu karena teringat dengan percintaan mereka semalam. Karena demi apa pun, mereka telah melakukannya. Ia sudah tak lagi gadis ingusan“Kok ditutup selimut mukanya, Dek?!”“Mas..” rengek Tatiana semakin memerah di dalam selimut. Ia bisa mendengar tawa renyah Khoiron.‘Semalem gue malu-maluin banget astaga!’ rutuknya, setelah sadar.Sungguh kesadaran diri yang terlambat datang hadirnya. Mereka bahkan sempat membersihkan tubuh untuk shalat subuh sebelum sepenuhnya beristirahat di atas pembaringan. Seharusnya Tatiana menyadari tingkahnya mengajak Khoiron ena-ena tanpa sebuah basa-basi.“Tidur lagi, Sayang. Kamu baru bobok sekitar satu jam-an. Hari ini libur aja ya.. Sebelum berangkat nanti Mas siapin air anget buat Adek berendem.”Eh, loh! Kok mau ditinggal— pikir Tatiana. Cepat-Cepat kepalanya menyembul keluar. Khoiron sepertinya sudah man
Read more

[35] Masuk Neraka Jahanam

Bugh!“Emang Anjing lo, Ti!”Khoiron kaget saat kepala istrinya dipukul. Ia tidak menyadari dari mana arah sahabat sang istri tiba, tiba-tiba saja laki-laki itu sudah berada disamping Tatiana, lalu mendaratkan pukulan.“Apa yang kamu lakukan ke istri saya, Brandon?!” Sentaknya, kasar. Tangannya yang semula memegang sendok bubur ayam menggebrak meja, menimbulkan suara keras dan beberapa botol yang terjatuh dari posisinya.Sebagai suami saja ia tidak pernah memukul sang istri. Mungkin hanya sekedar sentilan dan tepukan lemah, begitu pun dengan orang tua istrinya, Khoiron sangat yakin Tatiana tak pernah menerima tindak kekerasan. Papa dan mama mertuanya sangat menyayangi putri mereka.“Eh, Pak, Pak! Maaf! Saya reflek liat muka ngeselin istri, Pak.” Pekik Brandon, takut melihat kemarahan di wajah dosennya. “Ti bantuin dong, ini kan gara-gara lo juga,” ucapnya agar Tatiana mau membantunya. Ia sudah kepalang emosi karena dibully oleh sang sahabat.“Hihi, udah, Mas.” Pinta Tatiana menarik len
Read more

[36] Bapak Apain, Tiana?!

Tatiana mengaduk-aduk milkshake strawberry yang berada di hadapannya tanpa minat. Bahunya terkulai lesu, menyadari tingkah bodohnya. Kepanikannya tadi menyebabkan dirinya menjadi tontonan anak kelas lain. Khoiron sempat memintanya tenang sebelum secara lembut mengusirnya karena pria itu harus mengajar.Setelah itu Tatiana ingat jika dirinya memiliki kelas. Ia sudah mencoba mengejar keterlambatannya, tapi tetap saja diusir dan dirinya berakhir menjadi penghuni cafetaria fakultasnya.“Mending gue tidur nggak sih tadi di rumah?” gerutunya dengan tangan bergerak menusuk-nusukan sedotan di dalam gelasnya.Mendadak Tatiana menyesal karena tak menuruti saran suaminya. Percuma saja ia berangkat kalau ujung-ujungnya tidak bisa absen, lebih baik membolos dan menghabiskan waktunya dengan tidur panjang.“Karma gue ngelawan Mas Khoir, kali yak?!” gumamnya sebelum menyeruput sisa minumannya.Kesendirian Tatiana tidak berlangsung lama sebab seorang pemuda menghampirinya. “Hai, Ti. Gue boleh gabung?!
Read more

[37] Wanita Racun Dunia, Syalalala....

“PAK KHOIR?! BAPAK APAIN, TIANA?!”Thomas berteriak. Pria itu mengikuti langkah keduanya. Rasa sukanya terhadap Tatiana membuatnya mengkhawatirkan diri wanita itu. Ia dihantam kesadaran usai terdiam beberapa saat setelah serangan dosennya.Namun tampaknya kesadarannya yang timbul menghilangkan kesadarannya yang lain. Sepertinya Thomas lupa jika tangis Tatiana mungkin berasal dari tingkah sembrononya.“Ngapain lo teriakin suami gue?!” Garang, Tatiana menatap mantan kekasihnya dengan mata berkilat layaknya petir ditengah derasnya hujan.“Dia buat lo nangis, Titi.”“Lo yang bikin gue nangis, Tolol!” Sembur Tatiana, terengah-engah. Air matanya seketika berhenti mengalir.“Bahasanya, Dek.”Tatiana mengeram karena teguran Khoiron. Sempat-sempatnya sang suami menegurnya. Pada situasi sekarang ini halal hukumnya memaki si otak udang Thomas.“Udah nggak usah diurusin. Kita ke kelas Mas aja.”Tatiana sempat melayangkan jari tengahnya untuk Thomas. Awas saja pemuda itu. Dirinya akan mengadukan p
Read more

[38] Konspirasi Alam Semesta

“Gue nggak mau ikut, Tiana!”“TIANA!”Brandon terus memberontak. Ia tidak ingin ikut pada agenda penjemputan adik ipar sahabatnya. Ia sadar diri, sebagai makhluk berbelalai, dirinya lemah akan gadis-gadis cantik.“Lo mau pengaruhin gue kan?!”“Apaan dah! Negative thinking mulu perasaan. Gue nggak segila itu buat ngajakin lo pindah agama keleus! Indonesia negara demokrasi,” sembari memutar bola matanya, Tatiana menyelipkan seringaian di wajahnya. Tangannya terus menarik kerah kemeja Brandon, setengah menyeret sang sahabat.Dibelakang mereka, Khoiron hanya bisa pasrah mengikuti keduanya. Ia cukup terkejut ketika sang istri berkata Zahra sudah hampir sampai di Jakarta. Setahunya adiknya akan sampai esok hari. Ia memang tak sempat membuka-buka ponsel sehingga tak mengetahui perubahan armada yang digunakan adiknya.“Gue kenal lo, ya! Lo manusia paling licik sedunia! Lepasin gue, Ti!”“Hais! Lebay! Gue percaya iman lo sekuat besi baja! Banyak cewek cantik bin yang nggak lo seriusin karena b
Read more

[39] Salah Tempat Mengadu

Holly Molly Shit!Orang tuanya sudah gila. Mereka tidak tertolong. Pertanyaan macam apa itu?Menjadi mualaf?!Pindah agama maksudnya kan?! Secara saat ini mereka bukan seorang muslim. Umumnya kata mualaf merujuk pada seseorang yang bukan beragama islam masuk ke dalam agama tersebut. Brandon bisa mencernanya begitu. Otaknya tidak bodoh-bodoh amat walau sering nge-hang.“Nggak usah bercanda, Mah. Sumpah bercandanya nggak lucu. Sini Brandon bantuin Mama minta maaf ke Tuhan!” Brandon membantu sang mama membuat tanda salib setelah mengucapkan permohonan maaf-nya.“Ih, kamu, mah!” Desah sang mama. “Mama cuman tanya ke kamu. Kalau kamu nggak sependapat jangan begitu dong, Brandon.”“Abisnya Mama aneh-aneh. Mama kena cuci otak siapa? Biar Brandon gebukin tuh orang. Sembarangan aja ngajak-ngajak Mama!”Mohon maaf— Mamanya ini merupakan kristiani yang taat sekali. Ia tidak memakan daging babi, tidak pula melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama yang mereka anut. Disaat sang mama ingin berubah
Read more

[40] Nggak Demam, Kok…

Tatiana membuka matanya bahkan sebelum Khoiron membangunkan wanita itu. Alam bawah sadarnya bekerja tanpa perlu Tatiana setting terlebih dahulu.Perempuan itu mendudukan dirinya. Menggosok kedua matanya sebelum memanggil sang suami, “Mas.” Kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya, tapi samar-samar gendang telinganya menangkap suara Khoiron yang tengah melantunkan ayat suci.“Allahumarhamni bilquran. Waj'alhu lii imaaman wa nuuran wa huda wa rohmah1,” ucap Khoiron menutup sesi bacaannya dengan sebuah do’a yang biasa dirinya panjatkan seusai membaca Al Quran.Khoiron bangkit lalu menyimpan kitab sucinya ke dalam rak khusus yang dirinya beli.“MasyaAllah.. Mas nggak mimpi ini, Sayang?!” lontar Khoiron takjub dengan apa yang dirinya lihat. Laki-laki itu mendekati sang istri di ranjang dan memberikan ciuman di atas keningnya.“Kok udahan bacanya? Gara-Gara aku panggil?”Khoiron menggeleng pelan, “memang sudah selesai, Dek. Kebetulan pas Adek manggil sudah ketemu huruf ain,” jelas Khoiron ya
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status