Beranda / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Gus! I Lap Yuh!: Bab 11 - Bab 20

69 Bab

[11] Menghukum Tatiana

Berniat ingin membangunkan Tatiana, Khoiron justru dibuat terkejut. Pria itu sampai memegangi dadanya karena istrinya tiba-tiba saja terduduk.“Hiyaa!!!”Tatiana mengubah posisinya, merangkak menaiki kepala ranjang. “Kenapa lo ada disini? Gue udah kabur kayak babi ngepet,” seingatnya ia sudah berlari tunggang-langgang untuk menghindari kejaran Khoiron. Memasuki hutan belantara. Menyebrangi lautan bahkan memanjat Burj Khalifa.Mengapa ia masih melihat wajah Khoiron yang datar seperti papan triplek di hadapannya?Mata Tatiana mengedar. Ia merasa familiar dengan ruangan yang ditempatinya sekarang. Perasaan ia sedang melompat ke atas helikopter karena Khoiron memiliki sayap layaknya capung. Menghindari kejaran pria itu sampai tunggangannya oleng ke laut merah.“Eh, loh, ini kamar gue,” gumamnya pelan, melihat satu per satu perabotan yang ada. Otaknya masih sangat waras. Ia tak menderita amnesia walau beberapa kali jatuh bangun dalam pelariannya. “Weh, sakti banget gue ternyata,” ucapnya b
Baca selengkapnya

[12] Make Dukun Mana?

“Iya!”Sejujurnya Khoiron tidak tahu apa itu arti ena-ena. Ia hanya sedang mengusili istri cantiknya. Salah gadis itu sendiri tidak mau menurut. Padahal tinggal mengganti pakaian dan mereka tak perlu membuang waktu lebih banyak lagi.“Mun-Mundur! Gue masih dibawah umur! Jangan apa-apain gue, Om!”‘Om?’ Alis Khoiron menyerngit. Jarak usia mereka memang terpaut sepuluh tahun, tapi apakah wajahnya se-tua itu sampai diberikan panggilan Om oleh istrinya ini. “Kamu habis ngumpatin Mas, sekarang ngejek Mas tua, Dek? Wah! Mas bener-bener nggak akan lepasin kamu sih!” goda Khoiron semakin melancarkan kejahilannya.Tatiana memejamkan matanya erat. Ia memeluk dirinya sendiri. Merasa ketakutan dengan ancaman Khoiron kepadanya.Kaki gadis itu melangkah mundur sampai sebuah nakas menghentikan pergerakannya. Sepertinya ia tidak akan bisa meloloskan diri. Tamat sudah riwayat harta berharga, yang dirinya jaga dari jamahan pria hidung belang di kelab malam.“Papa tolong!” pekik Tatiana keras ketika tel
Baca selengkapnya

[13] Tatiana Depresot Sampai Ngesot

“Bodo amat-lah!”Tatiana tidak peduli Khoiron akan ngambek atau marah-marah kepadanya. Nanti bisa dirinya urus ketika ia selesai melakukan perhitungan dengan Brandon. Ada baiknya Khoiron tak jadi mengantarkannya ke rumah Brandon. Ia jadi tak harus mencari-cari alasan tentang siapa diri pria itu.“Liat ya lo, Nyet!” tangan Tatiana mengangkat ujung gamisnya. Ia berjalan setengah berlari untuk melalui rumahnya.“MasyaAllah, Mbak Tiana! Mau pengajian ke mana?!”“Banyak lambe! Bukain Pak, gece!” ujar Tatiana membalas pertanyaan satpam rumahnya. Ia sengaja tidak menggunakan mobil karena rumah Brandon terlampau sangat dekat. Sia-Sia bensin mobilnya.“Tumben Mbak pakai jilbab? Beneran mau pergi ke tempat kajian?”“Kajian apaan sih!” bentak Tiana mulai kehilangan kesabaran. Satpam rumahnya dari tadi ngang-ngeng-ngong tak jelas, mengucapkan kalimat yang ia sendiri tidak mengerti. “Gue mau nyamperin Brandon! Udah ah, cepetan! Panas ini yak!”“Saya kirain mau ke masjid. Kan ada ustad terkenal tuh
Baca selengkapnya

[14] Alamak! Tamat Riwayat..

“Salim dulu, Dek. Tolong dibiasakan.”Khoiron mengulurkan tangannya yang langsung saja ditarik secara bar-bar oleh Tatiana. Gadis itu menempelkan punggung tangan Khoiron pada keningnya, bersalim ria meski terpaksa.“Salah, Dek,” koreksi Khoiron dengan kepalanya yang menggeleng. “Bukan kening yang cium tangan Mas, tapi bibir kamu. Ayo diulang biar benar,” ucapnya mengarahkan Tatiana.Tatiana mendengus dan itu membuat Khoiron menatapnya tajam. Pria itu mulai membuka sesi ceramahnya. Mengatakan jika Tatiana akan sangat berdosa karena berlaku tidak sopan kepada suaminya.“Mas mengajarkan kebaikan loh ke kamu. Memang salah, jadi harus dirubah.”“Iya.. Iya!” Kesal Tatiana. Ia mengulangi cara salimnya, sesuai dengan perintah Khoiron the munapuck man. “Udah kan? Gue boleh turun kan?”“Sebentar,” tahan Khoiron.‘Apaan lagi dah!’ Dumel Tatiana. Sebentar lagi kelasnya dimulai ini. Gara-Gara Khoiron membangunkannya pukul tiga pagi untuk sholat berjamaah, ia jadi harus begadang sampai subuh. Setel
Baca selengkapnya

[15] Mulut Nyinyir, Minta Dibasmi!

“Kho-Khoir!” Adakah kesialan lain, selain bertemu mantan pacar saat bertransformasi menjadi ukhti? Jawabannya, ada! Ke-Gep Khoiron saat lagi enak-enaknya nyebat. Tatiana tidak tahu mengapa nyalinya yang bar-bar, mendadak menciut saat melihat tatapan setajam silet Khoiron. Ia merasa seperti anak ayam yang takut diperkosa oleh kucing gila di jalanan.“Ikut, Mas!” Perintah itu terdengar cukup tegas, seolah Khoiron tak ingin dibantah. Anehnya Tatiana bangkit. Ia menyenggol lengan Brandon agar mengikuti dirinya. Kalau pun batang lehernya nanti ditebas, ia memiliki saksi supaya hidup Khoiron tak tenang di alam dunia.“Bentar.. Bentar! Lo beneran Tiana, mantan gue?” Namun langkahnya yang sudah berat tertahan oleh cekalan tangan Thomas. Mantannya ini memang mengesalkan. Selain tak memiliki kesadaran diri, dia juga spesialis tukang ngajak ribut. “Lo kesambet apaan, Ti? Abis kecelakaan?” “Anak Muda, tolong lepaskan jari-jari kamu dari tangan Tatiana!” Entah sejak kapan Khoiron melangkahka
Baca selengkapnya

[16] Ya Allah, Lindungilah Hamba

“Saya titip Tatiana selagi saja mengajar.” Mengetahui istrinya memiliki seorang sahabat, Khoiron cukup lega. Untuk sementara dirinya bisa menitipkan perempuan itu, alih-alih membiarkannya sendirian. Emosi istrinya sedang terguncang. Salah-Salah sang istri malah mencari dosen wanita yang membuatnya mengamuk tadi.“Iy-iya, Pak,” jawab Brandon.Dosen Cuy! Takutnya ia juga diajar nanti. Kan harus memberikan kesan yang baik. Siapa tahu dapat nilai A+. Biar hasil semesterannya bisa mencengangkan papa, mama, di rumah.“Tolong jangan dipegang-pegang, ya, Brandon.” Mereka sudah berkenalan tadi. Secara baik-baik hingga pemuda sepantaran istrinya itu tahu statusnya. “Kalian bukan muhrim!”Brandon meneguk ludahnya. Sebenarnya spek macam apa yang menikahi sahabatnya ini. Brandon jadi ragu kalau pria dihadapannya jatuh cinta kepada Tatiana.Amazing sekali!“Siap, Pak! Nggak saya pegang-pegang si curut! Aman! Jaga jarak kayak truk gandeng saya!” Cengir Brandon, bekelakar. Kalau dilihat-lihat, dosen
Baca selengkapnya

[17] Jantung Tatiana Berkedut

Hari demi hari berlalu. Tatiana sudah tak mempermasalahkan pandangan aneh teman-teman kuliahnya. Sama seperti dirinya, mereka mungkin tak terbiasa melihat perubahan penampilannya. Mulut nyinyir mereka pun tak lagi mengusik ketenangan jiwa Tatiana. Ia sungguh malas menanggapi. Buang-buang energi.Seperti kata Khoiron, tidak semua manusia akan memberikan penerimaan yang baik. Mereka berhak menilai sesuai dengan apa yang mereka kehendaki. Selagi tidak merugikan, anggapan mereka tak perlu dipedulikan. Waktu yang akan membungkam mereka dengan sendirinya.“Udah denger belom?”“Apa-Apa?”Brandon menyiku Tatiana yang sibuk memainkan ponsel. “Mulai tuh si biang gosip,” ucapnya mengarah kepada kumpulan biang gosip di kelas mereka. Terisla, Lulu dan Joy— tiga gadis yang sejak awal dunia perkuliahan dimulai, selalu sibuk mencari gara-gara dengan Tatiana. Penyebabnya pun terlalu kekanakan. Tere, begitu Terisla dipanggil oleh dayang-dayangnya merupakan mantan kekasih Thomas ketika SMA. Gadis itu ta
Baca selengkapnya

[18] Neraka Kehidupan

“Assalamualaikumnya Dek!” Peringat Khoiron karena Tatiana langsung saja melangkahkan kakinya masuk ke dalam rumah tanpa sebuah salam.“Adek! Ayo mundur, Sayang,” dengan lembutnya pria itu meminta Tatiana untuk kembali ke sisinya. “Salamnya dulu, terus langkahin kaki sebelah kanan buat masuk. Kamu nggak mau ke kamar mandi loh..” Indera penglihatannya begitu jeli, menangkap kesalahan sang istri.“Ir!! Gue udah masuk!!” Tatiana menghentak-hentakkan kakinya. “Kita ngucapin salam juga nggak ada yang bales, Ir! Nggak ada orang di ruang tamu,” ucapnya, karena tak ingin membuang energi dan waktunya.“Sini, Dek! Jangan sampai Mas gendong keluar.”Kalau saja Tatiana diciptakan memiliki kekuatan ajaib, ia akan menggunakan kekuatannya itu untuk membuat Khoiron tidak bisa berbicara. Pria itu bertingkah sangat menyebalkan hari ini. Semua yang keluar dari mulutnya menyulut hasrat berperang.“Assalamualaikum, Rumah!” tekan Tatiana.Khoiron mengerti kekesalan istri cantiknya. Ia tertawa pelan, mengiku
Baca selengkapnya

[19] Nggak Gitu Juga Dong!

“Dek, tolongin, Mas.” Khoiron memandang Tatiana dipojokan. Mengiba supaya sang istri berkenan untuk membantunya keluar dari kemurkaan Umi Aisyah.“Umi, sakit.” Erang Khoiron karena Tatiana tak juga menunjukan pergerakan berarti. Selepas bersalaman dengan sang ibunda tadi, Khoiron harus merasakan pedasnya jeweran. Tubuhnya terpelanting ke atas akibat tarikan Umi Aisyah pada daun telinganya.“Le, kamu itu bisa ndak bilangin istri? Apa duitmu kurang, sampai ndak mampu beliin Tiana celana yang bener?!” Hardik Umi Aisyah. Usai sang menantu, Khoiron pun mendapatkan gilirannya. Sebagai seorang suami, putranya lah yang bersalah. Khoiron seharusnya dapat membimbing Tatiana, mengingat usia menantunya itu masih teramat belia. Tatiana membutuhkan bimbingan dan putranya belum mampu menjalankannya perannya dengan baik.“Gimana kalau ada tamu? atau pekerja di luar masuk, liat pakaian mantu, Umi, Khoir?!” Keresahan tersebut nyatanya juga terpikirkan oleh Umi Aisyah. Sudah menjadi tugas Khoiron untuk
Baca selengkapnya

[20] Mas Khoir! Umi Serem!

Khoiron— Pria itu berdiri disisi ranjang, dimana Tatiana terlelap. Ia merunduk, mensejajarkan bibirnya pada lubang telinga sang istri.Setiap malamnya, setelah Tatiana terlelap, Khoiron tak pernah absen membisikan doa. Berharap doa yang dirinya lantunkan dapat menjaga sang istri dari gangguan-gangguan setan yang terkutuk. Semoga saja alam bawah sadar Tatiana pun mengikuti bisikannya.Tak berhenti dengan doa pengantar tidur, Khoiron merangkum wajah mungil gadis yang dirinya nikahi. Hanya pada saat Tatiana tertidur, dirinya dapat menatap lekat kecantikan itu. Mengakhiri harinya dengan ciuman di atas kening istri cantiknya.“Selamat tidur ya Zaujati.” Ucapnya tersenyum lalu sekali lagi mendaratkan bibirnya.Khoiron tak langsung ikut merebahkan diri. Pertama-tama, dirinya membereskan barang-barang Tatiana. Merapikan laptop dan buku-buku pengantar milik istrinya. Sebelum menyimpan barang-barang tersebut, Khoiron memastikan jika tugas Tatiana sudah dirinya cetak. Hanya perlu membawanya ke te
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status