Beranda / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Gus! I Lap Yuh!: Bab 21 - Bab 30

69 Bab

[21] Ya Nggak!

Tatiana berlari menyusul keberadaan Khoiron. Gadis itu sempat menabrak tubuh sang suami, sebelum bersembunyi dibalik punggung tegapnya. Tangannya pun meremas pinggang Khoiron dibalik baju koko yang suaminya kenakan.“Hey, kenapa, Dek?”“Umi mau goreng gue.” tidak ada umi Aisyah disekitar mereka. Jadi ia bisa leluasa tak ber-aku-kamu. Apalagi memanggil Khoiron dengan embel-embel mas.“Digoreng, Dek?” Khoiron tertawa mendengar penuturan sang istri, “nggak bakalan cukup penggorengannya, Sayang,” kelakarnya karena tidak mungkin uminya melakukan hal tersebut. Tatiana memberengut, merasa tidak dipercayai. Ia lantas semakin meremas pinggang Khoiron sampai pria itu meringis. Dimana letak tidak cukupnya. Sebelum digoreng, bisa saja tubuhnya dimutilasi terlebih dahulu kan? Apa suaminya itu tidak pernah menonton film sepanjang hidupnya— di dalam hatinya, gadis itu menggerutu hebat.Ah! Tatiana lupa kalau suaminya kamseupay!“Adek tangannya. Mas sakit loh.” Erang Khoiron meminta Tatiana mengakhi
Baca selengkapnya

[22] Pulang Ndalem

Rombongan Tatiana dan keluarga suaminya, diantarkan oleh Januar beserta istri, ke pangkalan bandar udara. Orang tuanya tidak dapat ikut dikarenakan pekerjaan sang papa, yang tidak bisa ditinggalkan. Pria itu sedang memantau audit yang dilakukan di perusahaan. Sehingga tak mungkin bisa mendampingi putri kesayangannya.“Jaga lisan ya, Ti. Inget jangan ngeluarin kata mutiara kamu. Kamu bawa nama keluarga suami kamu,” pesan Januar sembari membelai-belai kepala Tatiana. Ia tidak peduli dengan nama baiknya yang rusak, tapi tidak jika hal tersebut menimpa diri Tatiana dan besannya.“Anjing doang juga nggak boleh?”“Boleh..”Tatiana bergidik ngeri tatkala bukan papanya yang menjawab pertanyaannya, melainkan ibu mertuanya. Wanita itu berdiri disamping sang mama, meliriknya tajam sekali.“Kalau mau Umi hukum, ngapalin surah Al Baqarah, sampai kamu hafal.”Khoiron merundukkan kepalanya, membisikan berapa banyak ayat dalam surah kedua yang terdapat pada kitab sucinya itu. “Ada 286 ayat, Dek. Semua
Baca selengkapnya

[23] Hati-Hati Dengan Hati!

“Nopo mboten saget dipun pertimbangkeun, Pak Yai?”Di dalam khimarnya, Lia meremas tangannya. Gadis itu merasa kasihan terhadap ayahnya, yang seperti tengah memohon, hanya demi seorang calon pendamping untuknya. Salahnya memang. Ia sendiri yang mengatakan tidak akan pernah menikah, jika itu bukan dengan Gus Khoiron. Tidak masalah menjadi istri kedua asalkan bersama laki-laki yang dirinya cinta.Sebelumnya Lia sudah berusaha menghindar. Ia tidak menghubungi kedua orang tuanya. Namun siapa sangka, jika pihak ndalem mengirim utusan untuk memboyong mereka datang.“Ngomong apa dia, Ra?” bisik Tatiana, karena dirinya tidak memahami bahasa jawa. Ia lahir dan dibesarkan di Ibu Kota, meski papanya keturunan Jawa asli. Namanya saja Januar.“Minta Mbah buat mempertimbangkan lamarannya, Mbak,” jawab Zahra juga melalui bisikan. Keduanya duduk berdampingan, dengan umi Aisyah paling kanan.“Ngapunten, Pak,” Kyai Dahlan memohon maaf, “Kami ndak bisa kalau harus menyakiti hati menantu kesayangan kami.
Baca selengkapnya

[24] Gemas Sendiri

Khoiron sudah rapi dengan baju koko dan sarungnya. Pria itu pun menggunakan peci putih di atas kepalanya. Dulu ketika papanya mengenakan template serupa untuk shalat jumat, Tatiana akan mengolok papanya. Mengejek sang papa dengan julukan Pak Haji yang tersesat. Namun melihat look tersebut pada diri Khoiron, mengapa tak ada kesan Tukang Bubur Naik Haji ya di dalam diri suaminya?Aneh, tapi nyata. Khoiron tampak meneduhkan jiwanya.“Kenapa lihatin Masnya begitu, Dek?!”Usapan pada kepala Tatiana membuat dirinya tersentak. Secepat yang dirinya bisa, wanita itu mencoba menguasai diri atas kekagumannya.“Mau ikut Mas jamaah di masjid? Kebetulan Mas mau jadi imam subuh ini?” tawar Khoiron. Siapa tahu saja istrinya mau. Semalam ketika hendak membuat secangkir kopi, abinya menyarankan hal tersebut. Katanya lebih sering mengajak Tatiana mengelilingi pondok dapat meningkatkan citra istrinya.Sebenarnya Khoiron tidak masalah. Bagaimana pun citra sang istri dimata manusia, ia tak akan mengambil pu
Baca selengkapnya

[25] Pargoy

Khoiron tersenyum tatkala matanya melihat sosok cantik sang istri. Tatiana tengah menunggu dirinya di halaman masjid bersama umi dan adiknya. Wanita itu terlihat begitu menawan dengan niqab yang masih bertahan, menutupi sebagian wajah ayunya.Hatinya membuncah, mengetahui Tatiana tak melepaskan kain itu, hingga tanpa sadar ia berlari, bergegas memakai alas kaki secara asal. Pria itu tak menyadari jika alas kaki yang dirinya kenakan tertukar."Sandale [Sandalnya] Abi kuwi [itu] lho, Le!" Disamping anak pertamanya yang protes, Kyai Dahlan menggelengkan kepala, "wis-wis! Mirip Abi-ne pas awal-awal nikah!" Ucapnya, mengomentari ketidaksabaran cucunya yang ingin menemui sang istri."Putune nembe kasmaran, dimaklumi Mbah!" Kekeh Kyai Dahlan menyebut jika ayahnya harus memaklumi cucunya yang sedang kasmaran. Maklum saja, Tatiana sepertinya merupakan cinta pertama anaknya kepada lawan jenis. Hampir tak pernah Kyai Sholeh mendapatkan laporan jika putranya tengah dekat atau memiliki minat pada
Baca selengkapnya

[26] Dalem, Mas!

“Loh! Loh!” Tatiana memekik. Pintu mobil Khoiron tidak dapat dibuka walau ia sudah mencobanya. “Ir, lock-nya,” ujarnya agar Khoiron menonaktifkan pengunci dari control panel pria itu.“Maemnya di mobil aja, Dek. Biar Mas yang pesenin.”“Heh! Mana nikmat?!” Pekik Tatiana. Ia mencium gelagat mencurigakan dari ucapan suaminya. Jantungnya sudah aman loh, sejak Zahra bergabung ditengah-tengah mereka.Jika biasanya orang ketiga disebut setan, lain halnya dengan keberadaan Zahra. Gadis itu hadir seperti sosok malaikat. Menyelamatkan Zahra dari debar-debar tak jelas yang jantungnya hasilkan.“Buka ah!”“Mas aja yang turun, pesenin Adek sama Zahra.”“Astaga, Ir!! Nggak enak dimana di mobil!” geram Zahra. Lagipula hal tersebut cukup menyulitkan bapak penjual baksonya karena harus mondar-mandir demi pesanan mereka yang tak seberapa.“Mobil lo nggak ada meja portable-nya, Ir!”“InsyaAllah nggak ada beda, Sayang. Nanti Mas pegangin mangkoknya. Anggap aja tangan Mas mejanya, Adek.”Dibelakang Zahra
Baca selengkapnya

[27] Cemburu yang Menggemaskan

Akibat perghibahan yang dilakukan bersama adik iparnya, hidup Tatiana jadi tak tenang. Ia terus saja membaca pesan panjang yang Zahra kirimkan padanya.Alih-Alih merasa terpuaskan, jiwa kekepoan Tatiana justru semakin meronta-ronta karenanya. Tanda tanya di dalam pikirannya membesar, sebesar bola dunia.“Bran..”“Hem,” jawab Brandon.Pria muda itu sedang fokus dengan permainan 5 vs 5 diponselnya. Melihat keacuhan sahabatnya, Tatiana mendadak kesal. Ia kan sedang ingin meminta pencerahan. Berhubung kelas mereka kosong, karena sang dosen pengampu kecelakaan, tertabrak becak motor ketika menyeberang jalan.Malang sekali nasib dosen mereka. Namun sebagai mahasiswa, bukannya bersedih, anak-anak di kelasnya justru bahagia. Apa pun alasannya, yang penting kelas diliburkan. Seluruh mahasiswa dimuka bumi pasti seperti mereka.“God! Ti!” Berengut Brandon saat ponselnya ditarik secara paksa. “Gue lagi war, Tiana! Balikin HP gue!”Bukan Tatiana namanya jika tak bisa mengambil seluruh atensi Brando
Baca selengkapnya

[28] Na’am Ya, Zaujati

“Mas Khoiron, kenapa malah diem aja? Adek tanya! Cepet Jawab!!”Khoiron semakin terperangah mendengar tutur kata istrinya. Ia tidak tahu apa yang terjadi dengan diri Tatiana, tapi istrinya tampak berbeda. Perempuan itu memanggilnya dengan sebutan lain, sebutan yang ia inginkan.“Tatiana ada apa?”“Tat-Tatia-na?” Beo Tatiana, tersendat. Air di kerongkongannya tak mau bergerak turun ke bawah. Napasnya tercekat. Mimik mukanya semakin keruh.“Apa yang lo lakuin berdua-duaan sama cewek lain disini, Khoiron?” Kepalang marah dan tidak bisa mengendalikan dirinya, Tatiana tidak lagi bermanis-ria. Tanduk di atas kepalanya terlanjur mencuat tinggi.“Lo kenapa dah? Gue sama Pak Khoiron lagi bahas tugas kuliah. Dateng-Dateng nggak jelas. Iya deh, yang bininya!” Sinis kakak senior Tatiana, menampar keras gadis itu hingga mengingatkan dimana tempat kakinya berpijak saat ini.Kepalanya yang keras lantas berputar, menyadari beberapa pasang mata tengah mengintai dirinya bak mangsa. Hanya satu manusia ya
Baca selengkapnya

[29] Tatiana Barbarian Sujatmiko

Tatiana tidak pernah mengetahui jika pelukan tubuh Khoiron dapat sehangat ini. Setelah menjelaskan keadaannya— yang jelas baik-baik saja, Khoiron meminta izin untuk memeluknya. Sama seperti pria itu yang memiliki tanda tanya besar mengenai perilakunya, Tatiana pun demikian.“Jadi lo beneran cinta gue?”“Apa Mas salah mencintai istri sendiri, Dek?”Ish! Tatiana paling benci kalau pertanyaannya dibalas dengan pertanyaan lain. Mengapa tidak langsung menjawabnya saja. Tidak sulit seharusnya karena tadi pria itu sudah mengatakan perasaannya.Melihat Tatiana terdiam Khoiron mengeratkan pelukannya. “Ana Uhibbuki, Ya Zaujati.” Tersenyum, Khoiron mengucapkan kembali kata cintanya kepada sang istri.“Artinya Apa, itu Bahasa Arab lagi, kan?”“Em,” Khoiron menggumam, “nanti Adek cari sendiri ya di internet. Sekarang yang Mas pengen cuman peluk Adek,” tuturnya lalu menunduk untuk mendaratkan sebuah kecupan dikening Tatiana.“Kok gitu, gue penasaran ya, Ir.”“Mas, Sayang,” tegur Khoiron membenahi c
Baca selengkapnya

[30] Lord Tatiana

Tatiana mengetuk-ngetukkan jarinya ke atas meja. Mata memandang lurus sosok berkerudung biru tua yang saat ini tengah mengajar di kelasnya. Perempuan itu sedang mencari keributan dan Tatiana siap menyambut dengan tangan terbuka.“Tatiana, bisa coba jelaskan, apa yang saya baru saja terangkan?!”Tatiana melirik pada jam digital diponselnya. HTatiana berlalu dari lima menit dari pertTatianaan sebelumnya. Tatiana semakin yakin jika dosen bernama Mutia itu memang menargetkannya.“Apa di kelas ini cuma saya yang akan mendapatkan nilai A+, Bu Mutia?!” Sarkas Tatiana. “Ibu tidak memberikan kesempatan untuk teman-teman saya yang lain. Alangkah kasihannya mereka..” Tatiana memasang raut wajah tidak enak. “Maaf ya, Guys! Bu Mutia saking sayangnya sama gue, makTatiana dia pengen liat gue doang yang aktif di kelasnya.”“Kamu terlalu banyak omong, Tatiana! Katakan saja kalau kamu tidak bisa men..”Sayangnya Tatiana bukan gadis bodoh yang masuk menggunakan jalur pembelian kursi melalui orang dalam.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status