Beranda / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / Bab 51 - Bab 60

Semua Bab Gus! I Lap Yuh!: Bab 51 - Bab 60

69 Bab

[51] Kamera Disebelah Mana?!

"Brandon udah disuruh ke rumah kan, Mas?!" "Sudah, Sayang." Soraya dan Januar menggelengkan kepala. Brandon sudah selayaknya saudara kembar bagi Tatiana. Keduanya tak memerlukan ikatan darah untuk menjalin tali persaudaraan yang erat. Mereka saling menjaga satu sama lain. Tidak hanya itu saja, merusak bumi pun, mereka bersama-sama. Mereka bahu-membahu, mengacaukan kedamaian para orang tua. Keduanya adalah kembar seiras versi dewasa. Lihat saja betapa bergantungnya Tatiana pada pemuda itu. Seperti Ipin yang tak bisa hidup tanpa Upin, begitu pula mereka berdua."Dia kayaknya khawatir banget, Mas. Maksa pengen ke rumah sakit segala. Kan jadi nggak surprise nanti." "Pasti ada yang lapor ke Brandon kalau kamu pingsan, Dek." Jawab Khoiron tak melepaskan netranya dari jalanan. Papa mertuanya meminta mereka pulang menggunakan kendaraan yang sama, sedangkan mobil miliknya kendarai oleh supir pribadi beliau."Udah pasti itu, Mas. HP aku aja penuh sama chat dia.""Kalian ini ya.. Coba kalau
Baca selengkapnya

[52] Bawaan Bayi

“Mas!” Tatiana mengacakkan kedua lengannya dipinggang. “Ada hubungan spesial apa, kamu sama dia?” Satu tangannya kini menunjuk pada wajah sang sahabat.“Ngaku kamu, Mas!”“Ngaco lo, Ti! Gue masih doyan cewek!” balas Brandon tidak terima. Berbeda dengan Khoiron yang memilih diam, Brandon merasa harus membela dirinya sendiri. Memang ia dan dosennya martabak telur, sampai ada jenis spesialnya segala.“Gue nggak percaya! Gue mencium bau-bau kebusukan disini!” Ngeyel Tatiana.Feeling-nya mengatakan jika antara suami dan sahabatnya menjalin hubungan melebihi dosen dengan mahasiswanya.Dibalik tembok yang menghubungkan ruang tamu dengan ruangan lainnya, Januar dan Soraya mengintip ketiga anak manusia itu. Keduanya lantas berghibah-ria.“Tiana mode nggak hamil aja udah bikin kepala pusing ya, Pah?! Apalagi sekarang. Papa liat tuh wajahnya Khoiron, kayak tertekan banget ngadepin anak kita.”“Papa juga kasihan, Mah. Nyampe nggak ya umurnya dia, sampe anak mereka kuliah nanti?”“Ragu, Mama, Pah.
Baca selengkapnya

[53] Surprise Untuk Umi Aisyah

Penghuni Pondok Pesantren Al-Hidayah dikejutkan dengan masuknya 2 buah mobil mewah, ke area tempat mereka menuntut ilmu. Mereka mulai bertanya-tanya, siapakah gerangan orang-orang yang berada di dalamnya.“Sopo ya kuwi [Siapa ya itu]?”“Plat-nya B— dari Jakarta itu,” seloroh seorang santri. “Mungkin Ning Tatiana..”“Ndak mungkin,” sangkal salah satu santri yang lain. “Kan berangkat dari Ndalem, Ning pake mobilnya Gus Khoir. Beda. Itu Alphard semua. Gus mobilnya Pajero.”“Loh! Menowo nganggo [Siapa tahu menggunakan] mobil orang tuanya Ning Tatiana? Iso wae! Ning Tatiana anaknya wong sugih kok [Bisa saja! Ning Tatiana anaknya orang kaya soalnya].”“Tetep ndak, yo!” Ngeyel santri yang sebelumnya menyebutkan brand mobil milik Khoiron. “Aku saksi waktu Ning Tatiana baru dianter sama keluarganya ke sini. Orang tuanya pakai mobil sedan.”“Apik tapine [Bagus tapinya]?”“Yo apik sih!”Seperti biasa, bisik-bisik santri dengan tingkat rasa ingin tahu yang tinggi menyambut kedatangan para tamu. S
Baca selengkapnya

[54] Kalah Sebelum Berperang

“Umi.. Kalau ketemu Mbak Tiana, katanya mau Umi dijewer, sampai telinganya putus?!”Degh!Tatiana berulang kali mengerjapkan kelopak matanya.Dijewer?Sampai putus?!Wanita yang berhasil menyempurnakan kebahagiaan keluarga besarnya itu, kontan menangkup kedua telinganya dari balik jilbab. Ia bergerak cepat untuk melindungi organ miliknya, yang sedang diincar oleh sang ibu mertua.“Mas..” Tatiana juga merengek.“Ndak mungkin dijewer sampe putus, Dek..” Kekeh Khoiron. Pria itu membiarkan sang istri berlindung dibelakang tubuhnya.“Ih, Mas..”Tidak sampai putus, sama dengan tetap ditarik kan daun telinganya?! Tidak ada bedanya dong kalau begitu. Ia sama-sama disiksa. Padahal ia tak pernah berniat untuk membohongi ibu mertuanya. Semua murni karena papa dan mamanya ingin memberikan kejutan pada besan mereka.“Sini makane Nduk, sama Mbah aja. Umi mu nggak bakalan berani jewer.”Tatiana mengangguk. Ia berlari kecil, menghampiri Kyai Dahlan yang duduk di atas kursi goyangnya.“Tolong lindungi
Baca selengkapnya

[55] Ratu-nya Mas Gus

Jemari Khoiron tidak sedetik pun melepas genggamannya pada tangan Tatiana. Pria yang tengah dilingkupi perasaan bahagia itu selalu berdiri disamping istrinya sejak tiba dari pasar hewan. Ia terus mengawal Tatiana, kemana pun sang istri ingin pergi.“Adek ndak lelah?”“Mas capek?” tanya Tatiana, kembali. Suaminya belum beristirahat. Dia menjadi imam saat shalat subuh, lalu bergegas mencari hewan-hewan yang akan keluarga besar Al Hidayah masak.“Sama sekali nggak, Adek. Mas seneng liat Adek semangat begini.”Semalam Kyai Dahlan telah membagi kabar bahagia keluarganya. Khusus hari ini, kegiatan belajar di pondok sengaja diliburkan. Kyai Dahlan meminta kerabat, pengurus serta para santrinya untuk membantu mensukseskan acara tasyakuran kehamilan Tatiana. Makanan yang mereka masak secara bersama-sama itu kelak akan dinikmati dan dibagi-bagikan kepada warga sekitar pesantren.Tidak Tatiana dan Khoiron sangka, anggota besar keluarga Al Hidayah menyambut antusias gelaran tersebut. Mereka menguc
Baca selengkapnya

[56] Assalamualaikum Anak Ayah

Brandon bergerak gelisah di atas pembaringannya. Ia merasa seperti ada satu bagian di dalam hati kecilnya yang terus meronta-ronta.Jam didinding kamar yang dirinya tempat telah menunjukkan pukul 3 dini hari, tapi sejak selesainya doa bersama untuk kehamilan Tatiana, ia sama sekali tak bisa beristirahat. Matanya terus terjaga, tak mau terpejam barang sedetik pun.“Gue kenapa sih?” Monolog Brandon, bertanya pada diri sendiri. Ia kebingungan. Apa yang dirinya rasakan sungguh aneh.Lingkungan disekitarnya tidak-lah sunyi. Telinganya bahkan dapat menangkap suara orang yang sedang mengaji, tapi mengapa ia seakan merasakan kehampaan. Terdapat lubang kosong yang menariknya masuk, seakan menjadikannya satu-satunya manusia yang tersisa di bumi.Brandon semakin tidak tenang karena berada sendirian di dalam kamar. Ia memilih bangkit, menuruni tempat pembaringannya. Ia harus mencari keramaian agar tak terus merasakan kesunyian.Kehampaan dan kesunyian yang menghampirinya begitu menyiksa. Mungkin
Baca selengkapnya

[57] Brandon Si Anak Durhaka

Brandon cucunya, Mbah...“Brandon?!” Gumam Kristina— Mama Brandon. “Ah, yang punya nama Brandon kan bukan anak nakal itu aja kan, ya?!”Soraya mengangguk. Sama seperti nama putrinya, di dunia ini ada banyak gadis yang memiliki nama serupa.“Tapi itu suara Mbah Yai, Mah, Tan..” Tatiana ikut menimbrung. Ia mengenali suara yang terdengar. “Umi.. Mas Khoir memang punya saudara yang namanya Brandon juga?!”“Ndak, tuh, Ti. Sepupu-Sepupu Khoir ndak ada yang namanya Brandon Immanuel. Dari pihak Umi juga ndak.” Karena meski tidak ke-arab-arab-an, tetap tidak ada satu pun diantara keponakannya yang memiliki nama belakang Immanuel.“Immanuel?!” Pekik Tatiana, Soraya dan Kristina bersamaan.“Loh, iya.. Itu barusan disebut sama Mbah mu..” Tiga wanita berkerudung beda warna itu tertegun. Ada banyak Brandon Immanuel, tapi yang berada di lingkungan pondok Al Hidayah pasti hanya satu orang.Kamu sadar saat membuat keputusan ini? Apakah ada pihak lain yang memaksa kamu?Saya sadar, Mbah. Keputusan ini
Baca selengkapnya

[58] Sib-Nasib!

“Mas, kata Mbah, Brandon nanti mau dites bacaan surat-surat pendek buat sholat, ya?!”“Iya, Adek.”Dua tanduk langsung tumbuh dimasing-masing sisi kepala Tatiana. Ujung sudut matanya mengeluarkan kilat bersama bintang-bintang kecil yang bersinar.‘Hehehe.. Waktunya pembalasan, Wahai Manusia Terkutuk!’ Setan-Setan jahanam di dalam hati Tatiana membantin. Mereka beserta tuannya bergembira karena telah menemukan cara untuk membalaskan dendam.Selain merasakan penderitaannya pada awal-awal belajar shalat, Brandon pun akan merasakan kejamnya pembulian atas kekecewaan yang pria itu sebabkan. Dalam kamus Tatiana, dendam harus dituntaskan. Jika tidak, mungkin dirinya bisa menjadi hantu gentayangan ketika meninggal nanti.“Adek.. Kenapa ekspresinya begitu?!”“Eh?!” Tatiana tersadar dari lamunannya. Sial sekali! Iya terlalu bersemangat sehingga lupa, jika suaminya yang baik hati, bisa kapan pun mengendus rencana balas dendamnya.Hohoho!Bukan apa-apa. Khoiron Nabawi pasti tidak akan membiarkan
Baca selengkapnya

[59] Langit Bumi Bersaksi

“UMI! MAS KHOIR JAHAT! UMIII!!”Umi Aisyah dan semua orang berbondong-bondong menyambangi kamar keduanya. Tidak tertinggal pula Brandon yang membantu Kyai Dahlan untuk berjalan lebih cepat dari kemampuan beliau.“Khoiron Nabawi! Kamu apain Mantunya, Umi?!” “Astagfirullah!” Khoiron bergegas masuk ke dalam kamar mandinya. Ia sedang bertelanjang dada. Suatu kondisi yang tidak layak diperlihatkan kepada non mahramnya.Sedangkan Tatiana, perempuan itu menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Umi Aisyah. “Mas Khoir nakal, Umi!” Adunya tak menjelaskan apa pun.Di dalam kamar mandi, Khoiron cepat-cepat mengenakan kembali pakaiannya yang basah. Beruntung pakaiannya tidak langsung dirinya rendam tadi. Jadi masih ada yang bisa dirinya kenakan untuk menutupi auratnya.“Kenapa, Nduk?! Kenapa sampe nangis isek-isekkan gini?!” tanya Kyai Sholeh.Jika Tatiana begitu dipedulikan para mertuanya, Mama Soraya pun melakukan hal serupa kepada Khoiron. Perempuan yang melahirkan Tatiana itu mendekati menantu l
Baca selengkapnya

[60] Pelakornya Getol Banget!

Tiga puluh hari telah berlalu. Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak satu pun manusia menyadarinya. Tidak terasa, liburan perkuliahan pun juga sudah tiba. Seperti janjinya kepada sang ibu mertua, Tatiana akan menghabiskan hari-hari liburnya di pondok pesantren Al Hidayah.Kali ini— demi mempersingkat waktu, Khoiron memilih pulang menggunakan pesawat udara. Pria itu memikirkan kesehatan kakeknya. Beliau sudah terlalu tua untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Tidak baik jika memaksakan pulang dengan mengendarai kendaraan pribadi. Belum lagi keadaan istrinya yang tengah berbadan dua. Khoiron tak tega terhadap keduanya.Terdapat perubahan besar yang Khoiron ambil, begitu pula dengan Tatiana yang memutuskan mengambil cuti kuliahnya. Untuk mengurangi rasa khawatir sang istri, Khoiron rela melepaskan gelarnya sebagai seorang pengajar.Ya— pada akhirnya, Khoiron menerima tawaran yang diberikan oleh papa mertuanya. Papa Tatiana itu mengatakan jika dirinya tidak lagi muda. Beliau ingin pensi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status