Beranda / Romansa / Gus! I Lap Yuh! / [54] Kalah Sebelum Berperang

Share

[54] Kalah Sebelum Berperang

Penulis: qeynov
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-16 18:37:49

“Umi.. Kalau ketemu Mbak Tiana, katanya mau Umi dijewer, sampai telinganya putus?!”

Degh!

Tatiana berulang kali mengerjapkan kelopak matanya.

Dijewer?

Sampai putus?!

Wanita yang berhasil menyempurnakan kebahagiaan keluarga besarnya itu, kontan menangkup kedua telinganya dari balik jilbab. Ia bergerak cepat untuk melindungi organ miliknya, yang sedang diincar oleh sang ibu mertua.

“Mas..” Tatiana juga merengek.

“Ndak mungkin dijewer sampe putus, Dek..” Kekeh Khoiron. Pria itu membiarkan sang istri berlindung dibelakang tubuhnya.

“Ih, Mas..”

Tidak sampai putus, sama dengan tetap ditarik kan daun telinganya?! Tidak ada bedanya dong kalau begitu. Ia sama-sama disiksa. Padahal ia tak pernah berniat untuk membohongi ibu mertuanya. Semua murni karena papa dan mamanya ingin memberikan kejutan pada besan mereka.

“Sini makane Nduk, sama Mbah aja. Umi mu nggak bakalan berani jewer.”

Tatiana mengangguk. Ia berlari kecil, menghampiri Kyai Dahlan yang duduk di atas kursi goyangnya.

“Tolong lindungi
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Gus! I Lap Yuh!   [55] Ratu-nya Mas Gus

    Jemari Khoiron tidak sedetik pun melepas genggamannya pada tangan Tatiana. Pria yang tengah dilingkupi perasaan bahagia itu selalu berdiri disamping istrinya sejak tiba dari pasar hewan. Ia terus mengawal Tatiana, kemana pun sang istri ingin pergi.“Adek ndak lelah?”“Mas capek?” tanya Tatiana, kembali. Suaminya belum beristirahat. Dia menjadi imam saat shalat subuh, lalu bergegas mencari hewan-hewan yang akan keluarga besar Al Hidayah masak.“Sama sekali nggak, Adek. Mas seneng liat Adek semangat begini.”Semalam Kyai Dahlan telah membagi kabar bahagia keluarganya. Khusus hari ini, kegiatan belajar di pondok sengaja diliburkan. Kyai Dahlan meminta kerabat, pengurus serta para santrinya untuk membantu mensukseskan acara tasyakuran kehamilan Tatiana. Makanan yang mereka masak secara bersama-sama itu kelak akan dinikmati dan dibagi-bagikan kepada warga sekitar pesantren.Tidak Tatiana dan Khoiron sangka, anggota besar keluarga Al Hidayah menyambut antusias gelaran tersebut. Mereka menguc

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Gus! I Lap Yuh!   [56] Assalamualaikum Anak Ayah

    Brandon bergerak gelisah di atas pembaringannya. Ia merasa seperti ada satu bagian di dalam hati kecilnya yang terus meronta-ronta.Jam didinding kamar yang dirinya tempat telah menunjukkan pukul 3 dini hari, tapi sejak selesainya doa bersama untuk kehamilan Tatiana, ia sama sekali tak bisa beristirahat. Matanya terus terjaga, tak mau terpejam barang sedetik pun.“Gue kenapa sih?” Monolog Brandon, bertanya pada diri sendiri. Ia kebingungan. Apa yang dirinya rasakan sungguh aneh.Lingkungan disekitarnya tidak-lah sunyi. Telinganya bahkan dapat menangkap suara orang yang sedang mengaji, tapi mengapa ia seakan merasakan kehampaan. Terdapat lubang kosong yang menariknya masuk, seakan menjadikannya satu-satunya manusia yang tersisa di bumi.Brandon semakin tidak tenang karena berada sendirian di dalam kamar. Ia memilih bangkit, menuruni tempat pembaringannya. Ia harus mencari keramaian agar tak terus merasakan kesunyian.Kehampaan dan kesunyian yang menghampirinya begitu menyiksa. Mungkin

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-17
  • Gus! I Lap Yuh!   [57] Brandon Si Anak Durhaka

    Brandon cucunya, Mbah...“Brandon?!” Gumam Kristina— Mama Brandon. “Ah, yang punya nama Brandon kan bukan anak nakal itu aja kan, ya?!”Soraya mengangguk. Sama seperti nama putrinya, di dunia ini ada banyak gadis yang memiliki nama serupa.“Tapi itu suara Mbah Yai, Mah, Tan..” Tatiana ikut menimbrung. Ia mengenali suara yang terdengar. “Umi.. Mas Khoir memang punya saudara yang namanya Brandon juga?!”“Ndak, tuh, Ti. Sepupu-Sepupu Khoir ndak ada yang namanya Brandon Immanuel. Dari pihak Umi juga ndak.” Karena meski tidak ke-arab-arab-an, tetap tidak ada satu pun diantara keponakannya yang memiliki nama belakang Immanuel.“Immanuel?!” Pekik Tatiana, Soraya dan Kristina bersamaan.“Loh, iya.. Itu barusan disebut sama Mbah mu..” Tiga wanita berkerudung beda warna itu tertegun. Ada banyak Brandon Immanuel, tapi yang berada di lingkungan pondok Al Hidayah pasti hanya satu orang.Kamu sadar saat membuat keputusan ini? Apakah ada pihak lain yang memaksa kamu?Saya sadar, Mbah. Keputusan ini

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Gus! I Lap Yuh!   [58] Sib-Nasib!

    “Mas, kata Mbah, Brandon nanti mau dites bacaan surat-surat pendek buat sholat, ya?!”“Iya, Adek.”Dua tanduk langsung tumbuh dimasing-masing sisi kepala Tatiana. Ujung sudut matanya mengeluarkan kilat bersama bintang-bintang kecil yang bersinar.‘Hehehe.. Waktunya pembalasan, Wahai Manusia Terkutuk!’ Setan-Setan jahanam di dalam hati Tatiana membantin. Mereka beserta tuannya bergembira karena telah menemukan cara untuk membalaskan dendam.Selain merasakan penderitaannya pada awal-awal belajar shalat, Brandon pun akan merasakan kejamnya pembulian atas kekecewaan yang pria itu sebabkan. Dalam kamus Tatiana, dendam harus dituntaskan. Jika tidak, mungkin dirinya bisa menjadi hantu gentayangan ketika meninggal nanti.“Adek.. Kenapa ekspresinya begitu?!”“Eh?!” Tatiana tersadar dari lamunannya. Sial sekali! Iya terlalu bersemangat sehingga lupa, jika suaminya yang baik hati, bisa kapan pun mengendus rencana balas dendamnya.Hohoho!Bukan apa-apa. Khoiron Nabawi pasti tidak akan membiarkan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-18
  • Gus! I Lap Yuh!   [59] Langit Bumi Bersaksi

    “UMI! MAS KHOIR JAHAT! UMIII!!”Umi Aisyah dan semua orang berbondong-bondong menyambangi kamar keduanya. Tidak tertinggal pula Brandon yang membantu Kyai Dahlan untuk berjalan lebih cepat dari kemampuan beliau.“Khoiron Nabawi! Kamu apain Mantunya, Umi?!” “Astagfirullah!” Khoiron bergegas masuk ke dalam kamar mandinya. Ia sedang bertelanjang dada. Suatu kondisi yang tidak layak diperlihatkan kepada non mahramnya.Sedangkan Tatiana, perempuan itu menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Umi Aisyah. “Mas Khoir nakal, Umi!” Adunya tak menjelaskan apa pun.Di dalam kamar mandi, Khoiron cepat-cepat mengenakan kembali pakaiannya yang basah. Beruntung pakaiannya tidak langsung dirinya rendam tadi. Jadi masih ada yang bisa dirinya kenakan untuk menutupi auratnya.“Kenapa, Nduk?! Kenapa sampe nangis isek-isekkan gini?!” tanya Kyai Sholeh.Jika Tatiana begitu dipedulikan para mertuanya, Mama Soraya pun melakukan hal serupa kepada Khoiron. Perempuan yang melahirkan Tatiana itu mendekati menantu l

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Gus! I Lap Yuh!   [60] Pelakornya Getol Banget!

    Tiga puluh hari telah berlalu. Waktu berjalan begitu cepat, hingga tak satu pun manusia menyadarinya. Tidak terasa, liburan perkuliahan pun juga sudah tiba. Seperti janjinya kepada sang ibu mertua, Tatiana akan menghabiskan hari-hari liburnya di pondok pesantren Al Hidayah.Kali ini— demi mempersingkat waktu, Khoiron memilih pulang menggunakan pesawat udara. Pria itu memikirkan kesehatan kakeknya. Beliau sudah terlalu tua untuk menempuh perjalanan jarak jauh. Tidak baik jika memaksakan pulang dengan mengendarai kendaraan pribadi. Belum lagi keadaan istrinya yang tengah berbadan dua. Khoiron tak tega terhadap keduanya.Terdapat perubahan besar yang Khoiron ambil, begitu pula dengan Tatiana yang memutuskan mengambil cuti kuliahnya. Untuk mengurangi rasa khawatir sang istri, Khoiron rela melepaskan gelarnya sebagai seorang pengajar.Ya— pada akhirnya, Khoiron menerima tawaran yang diberikan oleh papa mertuanya. Papa Tatiana itu mengatakan jika dirinya tidak lagi muda. Beliau ingin pensi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-19
  • Gus! I Lap Yuh!   [61] Sorry, Nggak Mempan!

    Mutia— Dosen yang mengampu salah satu mata kuliah Tatiana itu dengan percaya dirinya memperkenalkan diri. “Saya rekan mengajar Pak Khoiron di Jakarta, Pak Kyai, Bu Nyai.”“Oh, begitu.” Umi Aisyah menjadi orang pertama yang menanggapi perkenalan terlambat Mutia. “Dosennya menantu saya juga kan ya?” Beliau mempertanyakan apa yang terlewat untuk diperkenalkan wanita yang menjadi tamunya.“Ben-Benar..”“Wah, kebetulan sekali ini.” Menyematkan senyuman, Umi Aisyah lantas menanyakan bagaimana Tatiana ketika di kampus. Dan sebuah hal tidak terduga justru menjadi jawaban dari mulut Mutia.“Sebelumnya saya ingin meminta maaf, Bu Nyai. Bukan maksud saya menjelek-jelekkan. Saya hanya ingin berterus terang tanpa kebohongan. Kalau ditanyakan bagaimana Tatiana, menantu Bu Nyai cukup bermasalah di kampus. Dia anak nakal.”Tatiana mengepalkan jari-jarinya. Brandon ternganga dan Khoiron sendiri terdiam dengan berbagai pikiran yang berkecamuk di dalam otaknya. Sedang anggota keluar lain yang mendengar

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20
  • Gus! I Lap Yuh!   [62] Interaksi yang Membuat Pelakor Meradang

    “Mbak Lia, hati-hati. Kata temen ku yang tadi tugas di Ndalem, Mbak yang itu pelakor.”“Pelakor?”“Iya, Mbak.. Dia kesini mau godain Gus Khoir katanya.”“Hus,” Lia menyentuh punggung tangan juniornya di pondok, “ndak boleh suudzon,” ucapnya, memperingati agar tidak berpikiran buruk. Bagaimanapun juga, mereka merupakan tamu sang guru.“Serius, Mbak. Dia denger sendiri waktu tamunya ngobrol. Sampai nggak habis pikir loh temen ku.”“Wis-Wis.. Ayo kita ke masjid. Sebentar lagi adzan magrib.” Ajak Lia. Tidak ada yang perlu dirisaukan dari para tamu tersebut. Ia yang pernah mencoba peruntungan dengan tanpa malunya saja tidak berhasil. Gus mereka bukan laki-laki yang mudah digoda. Beliau begitu mencintai Ning Tatiana.Melewati Khalifa dan Mutia, Lia beserta santri lainnya menundukkan kepala. “Amit, Mbak.” Ucap mereka sopan sedikit membungkuk.“Kalian mau shalat di masjid ya?”“Betul, Mbak.” Jawab Lia mewakili adik-adiknya.“Kami boleh bareng?”“Monggo silahkan.”Di depan pagar masjid yang me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-20

Bab terbaru

  • Gus! I Lap Yuh!   [Final Ekstra Chapter] Mas Adnan Pengen Punya Adek

    “Mas Adnan, grrr!” Geraman tersemat pada panggilan yang Tatiana layangkan kepada sang putra.Ibu muda itu sudah lelah mengimbangi tenaga putranya yang seakan tak pernah ada habisnya.“Pake kopiahnya dulu, Mas Adnan! Mbah Uyut bentar lagi sampai loh!” Seru Tatiana.Dua hari Khoiron pergi demi untuk menjemput Kyai Dahlan. Awalnya merekalah yang ingin bertolak kesana mengingat usia sepuh sang kakek. Namun beliau melarang, dengan alasan kasihan pada cicit lelakinya. Selain itu beliau juga mengatakan jika dirinyalah yang merindu. Sudah sepatutnya dia yang menyambangi mereka ke Jakarta.“Nggak mau pake Ibu. Nanti Mas Adnan mirip tukang sate tak-iye itu!” Beo Adnan. Anak itu pernah bertanya mengapa setiap tukang sate yang dia temui memakai kopiah, dan ayahnya menjawab jika kopiah tersebut merupakan ciri khas mereka.“Ya kamu makainya kayak Ayah biar nggak dikira Abah-Abah penjual sate, Mas!”“Sini cepetan! Ibu nggak kuat kalau kamu ajakin lari-lari mulu!” timpal Tatiana, meninggikan suaranya.

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [5] Ngerti kan Sekarang?

    Kepulangan Tatiana dan Adnan dari sekolah disambut oleh kekepoan Soraya. Mama Tatiana itu langsung memberondongi putrinya dengan serangkaian kalimat tanya.“Kok kamu pulang bawa Mas Adnan? Tadi cepet-cepet pergi kemana, Ti?”“Ibu jemput Mas Adnan, Oma,” jawab Adnan mewakili ibunya.“Loh, kan belum waktunya pulang sekolah. Kok sudah dijemput? Mas Adnan nggak kenapa-napa kan?” tanya Soraya sembari mengekori anak dan cucunya.“Mas Adnan nggak kenapa-kenapa. Temen Mas Adnan yang masuk UKS, Oma.”“Hah?”Pemaparan tersebut semakin membuat Soraya bertanya-tanya. Jawaban sang cucu mengindikasikan jika telah terjadi sesuatu yang buruk, sehingga Adnan dijemput tak sesuai waktu kepulangannya.“Mas Adnan mau dibuatin es susu nggak?” tanya Tatiana setelah mendaratkan pantat Adnan ke atas sofa ruang keluarga mereka.“Mau, Ibu. Dikasih marshmallow di atasnya.”Tatiana membelai kepala Adnan, menyematkan ciuman dikening anak itu sebelum berkata, “oke.”Penasaran dengan apa yang terjadi, Soraya pun men

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [4] Ibu, Mas Adnan Anaknya Siapa?

    “Minggir!!” Teriak Tatiana sembari terus menekan klakson motornya berulang kali.“MINGGIR! GUE TABRAK YA LO LAMA-LAMA!”Perempuan muda beranak satu itu sama sekali tidak pernah menarik tuas rem setelah memutar gagang gas motor yang dipinjamnya. Motornya melaju bak pembalas nasional, menyalip pengemudi-pengemudi lain yang menggunakan jalanan searah dengan tempat dimana putranya mengenyam bangku pendidikan.Beberapa saat yang lalu, Tatiana mendapatkan telepon dari ibu wali kelas si bocil. Wanita itu berkata jika Adnan terlibat perkelahian dengan teman sekelasnya. Tentu saja hal tersebut membuat Tatiana panik bukan kepalang. Ia sampai meminjam motor bebek milik satpam rumahnya agar tak terjebak macet.Bukan apa-apa. Adnan meskipun seringkali bertindak seperti bocil kematian, anak itu cukup manis di luaran. Dia sama sekali tidak pernah bertengkar apalagi berkata keras terhadap orang lain. Nakalnya ya sebatas kenakalan wajar terhadap mamanya yang cantik. Jadi setelah mendapatkan informasi

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [3] Ketika Mas Adnan Ngajakin Ibu Ke Nekara

    “Ibu..”Tatiana mengangkat kedua tangannya ke atas.Tidak, tidak!— Ia tidak akan terpengaruh dengan raut memelas suami tercintanya. Pria itu harus merasakan betapa spektakulernya kelakuan anak mereka saat menginginkan sesuatu.‘Enak aja! Bikinnya bareng-bareng, masa bagian puyengnya, Ibu yang paling banyak.’ Dumel Tatiana, membantin.“Mau ini, Ayah! Mas Adnan mau ini.” Keras kepala Adnan dengan menunjuk satu unit mobil yang sedang dipamerkan pada lantai dasar sebuah Mall ternama di Jakarta.Tatiana terkekeh sembari memalingkan wajahnya. Biarlah ia berdosa. Namun wajah frustasi suaminya sangatlah menghibur jiwa emak-emaknya.“Beliin! Mas Adnan mau punya mobil yang pintunya 2, Ayah.”“Ya Allah, Mas.. yang pintunya 4 kan udah punya.”“Kan empat, nggak dua!” Ngeyel Adnan, membalas kata-kata sang ayah.“Mas..”“Enggak dalem!” potong anak itu menolak panggilan Khoiron.Khoiron menatap lembut kedua mata putranya yang membola. “Kok begitu jawab ke Ayahnya, Mas?” Sama seperti tatapannya, suara

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [2] Kehangatan Keluarga

    Mendekati pukul lima sore hari, Tatiana, Adnan dan Soraya— ketiganya tampak rapi, berjajar pada halaman luas kediaman mereka.Barisan vertikal yang ketiganya bentuk itu, merupakan pemandangan yang sehari-harinya akan terlihat jika saja tidak turun hujan kala hari hari kerja berlangsung.Di dalam barisan itu, ketiganya akan melakukan sebuah penghormatan besar kepada dua orang terkasih yang telah rela menghabiskan waktunya untuk bekerja keras agar mereka dapat hidup enak.Mereka akan menunggu kepulangan para pencari nafkah. Menyambut keduanya dengan senyum hangat supaya seluruh lelah yang merajai diri mereka sirna.Dalam hal ini, tradisi itu dibentuk setelah si kecil Adnan terlahir ke dunia. Sebuah kebiasaan kecil yang pada akhirnya terus dipertahankan dan menjadi rutinitas harian yang keberadaannya tak pernah ditinggalkan oleh Tatiana dan mamanya.“Itu mobil Ayah.” Seru Adnan, gembira. “Opa sama Ayah pulang, ye-ye-ye-ye!” Anak itu melompat kegirangan, merasa tak sabar untuk menyambut a

  • Gus! I Lap Yuh!   Ekstra Chapter [1] Ibu Angkat Tangan

    Tatiana tak pernah berhenti dibuat istighfar oleh atraksi anak laki-lakinya. Si kecil yang kini menginjak usia 5 tahun itu mempunyai banyak sekali tingkah. Kulit di dadanya mungkin sudah menipis saking seringnya dibelai secara mandiri karena kelakuan membagongkannya.“Ibu nyerah, Mas Adnan!” Tatiana mengangkat tangannya tinggi-tinggi. Ia menyerah, mengibarkan benderah putih ke angkasa.Ayah anak itu baru saja pergi beberapa menit yang lalu, dan si kecil sudah kembali berulah.Adnan memang sangat tahu caranya menguji batas kesabaran ibunya. Dia mencari momen terbaik saat satu-satunya manusia yang ditakutinya tak lagi berada di rumah.“Mas, Ya Allah! Ikan koinya Ibu loh, mati itu ntar Mas!” lontar Tatiana, lemas tak bertenaga.Tatiana pikir dengan dirinya menyatakan kekalahkannya, putranya akan berbaik hati untuk hengkang dari kolam kesayangannya. Namun ternyata, ia salah. Anak itu tetap melanjutkan kegiatan merusuhnya.“Mas Adnan baik loh, Ibu. Mas kan lagi bantu ikan koinya Ibu napas.

  • Gus! I Lap Yuh!   Keputusan Akhir

    Holla, temen-temen.Setelah banyak merenung, Qey mohon maaf karena pada akhirnya, cerita Gus! I Lap Yuh! ini akan tamat sesuai dengan naskah aslinya.Keputusan ini diambil karena beberapa aspek, khususnya dari segi kesehatan Qey yang tampaknya tidak mumpuni untuk mengerjakan 3 on going sekaligus.Takutnya, seluruh karya termasuk judul ini malah akan terbengkalai nantinya. Jadi, Qey putuskan untuk hanya meng-uploud ekstra partnya saja dan mengurungkan niat untuk melangkah ke seasion 2-nya. Bagi pembaca baru, cerita ini sudah ada sequelnya, judulnya Pelet Cinta Lolita!, ya. Disitu menceritakan kisah cintanya Mas Adnan dengan Female Lead, Lolita. Bu Tatik & Ayah Khoir ada disana juga kok, jadi kangen kalian sama pasangan ini akan sedikit terobati nantinya.Segitu aja ya temen-temen. Mohon doanya untuk kesembuhan Qey. Semoga diakhir tahun ini, sakitnya Qey ditutup dengan penutupan tahun. Doain Qey sehat dan pulih sedia kala ya. Amin, Amin.Terima kasih atas perhatiannya, Semua.Salam Saya

  • Gus! I Lap Yuh!   Diskusi yuk, Kak.

    Hai, semua. This is Qey.Kemarin saat Qey up chapter untuk ending, kebetulan ada kakak yang mengusulkan untuk dilanjutkan ke Season 2-nya. Untuk kakak-kakak yang lain bagaimana? Season 2-nya akan fokus ke Bu Tatik & keluarga kecilnya, termasuk Mas Adnan versi bocil ya. Karena untuk cerita Mas Adnan sendiri, versi dewasanya sudah ada tuh dijudul "Pelet Cinta Lolita." Kebetulan Mas Adnan tokoh utama prianya disana. Qey membutuhkan masukan sebelum akhirnya memutuskan apakah naskah chapter spesial yang ada akan tetap dijadikan chapter ekstra, atau digunakan untuk melanjutkan ke Season 2. Jadi, please komen ya semua. Terima kasih atas perhatiannya.

  • Gus! I Lap Yuh!   [ENDING]

    “Mas.. Zahra cantik ya?”Kepala Khoiron mengangguk, “iya, Dek,” ucapnya menjawab pertanyaan sang istri kepadanya.Pria itu meremas tangan Tatiana yang berada di dalam genggamannya, lalu kembali berucap, “tapi istri Mas ini, jauh lebih cantik.”Dibalik niqab yang dirinya kenakan, senyum seindah mekarnya bunga di musim gugur, menghiasi wajah Tatiana.“Mas ini! Zahra ratunya hari ini!” Tutur Tatiana, pura-pura menghardik Khoiron. Ia tidak ingin dibuat salah tingkah di momen bersejarah sahabat dan adik iparnya. Kalau pun ada kebahagiaan, seharusnya itu berasal dari acara penting mereka berdua. Bukannya dari hasil gombalan suaminya.Khoiron pun memalingkan wajahnya ke kanan. Ia menatap kedua manik Tatiana dalam. “Mas nggak mau bohong. Ibunya Mas Adnan wanita paling cantik. Ratunya Mas setiap hari.”“Uhuk!”Suara batuk dibelakang mereka menyadarkan Tatiana, jika saat ini keduanya tengah berada di dalam kerumunan santri-santri yang tengah menemani Zahra.“Ya Allah, Mas! Malu.”“Gus Khoir tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status