Aku meringis kecil saat Adnan membantuku duduk di pinggir jalan. Lututku perih dan telapak tangan ini juga terasa panas akibat terbentur dengan aspal tadi.Adnan menatapku khawatir. Dan, entah mengapa seketika aku merasa canggung berada dalam situasi ini. “Benar-benar, ya, si Mira udah kelewatan sampai bikin lo kayak gini,” cecarnya, “lo bisa tunggu gue? Di dekat sini ada apotik. Gue perlu beli obat untuk luka lo ini.”Aku menggeleng cepat. Tentu saja, tak ingin merepotkan Adnan. Lagipula, menurutku ini hanya luka kecil meskipun memang sedikit perih. Akan tetapi, besok juga paling sudah kering.“Terima kasih, Adnan, tapi kurasa enggak perlu. Ini hanya luka kecil. Gue enggak apa-apa, kok.”“Luka kecil gimana? Benturan lo tadi keras dan ini lukanya perlu diobati, Lun.”Belum sempat kembali menolak, sebuah mobil yang cukup kukenali pun tiba-tiba berhenti.Zavier datang. Begitu keluar dari mobil, dia berlari menghampiri kam
Read more