Aku menatap Maya dan Larissa bergantian, menuntut penjelasan. Namun, bukannya penjelasan yang kudapati, Maya justru menggeleng pelan. “Kita enggak tau, Lun. Pas datang tadi, udah kayak gini.”Larissa mengangguk dan menambahkan. “Iya, padahal kemarin masih baik-baik aja. Masalahnya, cuma tanaman kita aja yang rusak begini, yang lain aman-aman aja, tuh.”“Enggak mungkin ada sapi atau babi yang masuk sini. Bekasnya aja enggak ada. Jujur, ini aneh,” imbuh Maya tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya. Aku menggigit bibir bawah, menahan emosi yang mulai membakar. Ketika aku memandang sekeliling, mata ini seketika menangkap Lila dan Diana yang berdiri di dekat tanaman mereka di dekat tembok. Keduanya tampak cekikikan, berbisik satu sama lain sesekali melihat ke arah kami, seolah-olah menertawakan sebuah lelucon rahasia.Darahku mendidih. Tanpa pikir panjang, aku mengepalkan tangan, melangkah cepat menghampiri mereka, hingga jarak di antara kami
Read more