Share

Bab 27 - Kehebohan Para Siswa

Author: Kharamiza
last update Last Updated: 2024-11-21 22:00:02

Keesokan harinya--di jam pelajaran Biologi, semua siswa di kelasku berkumpul di belakang sekolah untuk tawuran. Eh, bukan ... bukan, maksudku untuk menanam bibit yang sudah kami persiapkan sebelumnya.

Semua siswa pada sibuk mencari tempat yang pas untuk menyimpan kantong bibitnya masing-masing.

Aku dan kelompokku memilih tempat di dekat pagar. Adnan dan Raka sudah sibuk menata kantong bibit menjadi 3 bagian.

Untungnya, karena mereka berdua tak banyak protes ketika diminta melakukan sesuatu. Tidak seperti Zavier yang terkadang protes dulu baru mengerjakannya, itu pun terpaksa setelah diancam namanya akan kucoret dari kelompok.

“Sa, tanamnya jangan terlalu dalam, nanti tumbuhnya kelamaan,” seruku tatkala melihat Larissa menggali tanah pada kantong bibit dengan sangat dalam.

Aktivitas Larissa sontak terhenti. Dengan raut polosnya ia menoleh padanya dan bertanya, “Loh, emang ngaruh?”

“Ngaruh, dong,” sahut Maya, “sesuatu yang dilaku
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Aishwa Maira
kabar mira gimana masih ganggu kamu g lun atau udah ada titik temu pelaku yg asli
goodnovel comment avatar
Ayu Widia Susanti
berasa magnet lah ya lun ... di tempelin Mulu ..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 28 - Tanaman Rusak

    Begitu jam istirahat tiba, aku, Maya dan Larissa langsung menuju warung yang di sebelah sekolah kami.Sebenarnya, bisa saja kami makan di kantin yang berada di dalam area sekolah. Hanya saja, kami butuh menu berbeda kali ini.Kami mengambil meja di sudut yang setidaknya sedikit menghindari dari keramaian dan tempatnya juga lumayan nyaman di sini.“Apa cuma gue yang ngerasa materi Biologi tadi lebih seru belajarnya langsung praktek daripada teori?” Maya membuka pembicaraan sambil menaruh dagunya di atas tangan. Aku hanya mengangguk seraya menyeruput es teh yang baru saja kubeli. Namun, sebelum sempat berkomentar, suara langkah beberapa orang mendekat. Aku mendongak dan langsung melihat Zavier dan teman-temannya berdiri di dekat meja kami.Astaga. Kenapa mereka ada di sini juga? Sengaja mengikuti atau bagaimana ini?“Boleh gabung?” tanya pria muda itu tersenyum lebar sambil menarik kursi dari meja sebelah, duduk dengan s

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 29 - Biang Keladi

    Aku menatap Maya dan Larissa bergantian, menuntut penjelasan. Namun, bukannya penjelasan yang kudapati, Maya justru menggeleng pelan. “Kita enggak tau, Lun. Pas datang tadi, udah kayak gini.”Larissa mengangguk dan menambahkan. “Iya, padahal kemarin masih baik-baik aja. Masalahnya, cuma tanaman kita aja yang rusak begini, yang lain aman-aman aja, tuh.”“Enggak mungkin ada sapi atau babi yang masuk sini. Bekasnya aja enggak ada. Jujur, ini aneh,” imbuh Maya tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya. Aku menggigit bibir bawah, menahan emosi yang mulai membakar. Ketika aku memandang sekeliling, mata ini seketika menangkap Lila dan Diana yang berdiri di dekat tanaman mereka di dekat tembok. Keduanya tampak cekikikan, berbisik satu sama lain sesekali melihat ke arah kami, seolah-olah menertawakan sebuah lelucon rahasia.Darahku mendidih. Tanpa pikir panjang, aku mengepalkan tangan, melangkah cepat menghampiri mereka, hingga jarak di antara kami

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 30 - Perhatian Adnan

    Jalanan sore itu sangat sepi, hanya suara angin yang berisik menemani perjalanan pulangku dari sekolah. Aku melaju santai dengan motor berknalpot suara besar, tetapi tak terlalu bising, menikmati embusan angin yang sesekali menerpa wajah, membuat rambutku hilir mudik. Namun, seketika ketenanganku sirna saat sebuah mobil sedan hitam yang sepertinya tak asing dalam pandangan melaju cepat dan berhenti mendadak di depanku, memblokir jalan.Aku menekan rem kuat-kuat. Motor berhenti dengan suara mendecit, nyaris saja aku kehilangan keseimbangan dan menabrak pembatas jalan.Di depan sana, pintu mobil terbuka dan seperti yang sudah kuduga, Mira dan teman-temannya keluar dengan ekspresi marahnya.“Sini lo!” bentak Mira sambil menunjuk wajahku. Aku melepas helm, mencoba tetap tenang meskipun dadaku mulai terasa panas. Bertanya dalam hati. “Mau apa lagi dia?”Belum juga turun dari motor, Mira dan Nadia menghampiriku, menarik kasar lengan

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 31 - Zavier Sensi

    Aku meringis kecil saat Adnan membantuku duduk di pinggir jalan. Lututku perih dan telapak tangan ini juga terasa panas akibat terbentur dengan aspal tadi.Adnan menatapku khawatir. Dan, entah mengapa seketika aku merasa canggung berada dalam situasi ini. “Benar-benar, ya, si Mira udah kelewatan sampai bikin lo kayak gini,” cecarnya, “lo bisa tunggu gue? Di dekat sini ada apotik. Gue perlu beli obat untuk luka lo ini.”Aku menggeleng cepat. Tentu saja, tak ingin merepotkan Adnan. Lagipula, menurutku ini hanya luka kecil meskipun memang sedikit perih. Akan tetapi, besok juga paling sudah kering.“Terima kasih, Adnan, tapi kurasa enggak perlu. Ini hanya luka kecil. Gue enggak apa-apa, kok.”“Luka kecil gimana? Benturan lo tadi keras dan ini lukanya perlu diobati, Lun.”Belum sempat kembali menolak, sebuah mobil yang cukup kukenali pun tiba-tiba berhenti.Zavier datang. Begitu keluar dari mobil, dia berlari menghampiri kam

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 1

    Aku menghentikan laju motor matic-ku dengan sekali rem halus, menatap lapangan parkir yang ternyata sudah penuh sesak. Mencari-cari tempat kosong hingga aku melihat satu ruang yang cukup luas. Tanpa pikir panjang, aku mengarah ke sana dan memarkirkan motor di tempat yang menurutku cukup nyaman untuk parkir. Helm kulepas lalu menyimpannya di spion sambil memperhatikan suasana sekitar. Tidak lama, deru mesin mobil berhenti tak jauh dari tempatku berdiri. Aku mendengar suara pintu mobil dibuka sedikit kasar, disusul langkah kaki yang makin mendekat. Begitu menoleh, seorang cowok tinggi sedang berjalan ke arahku dengan wajah merah padam. “Heh!” bentaknya, “ini tempat parkir gue!” “Kenapa lo parkir di situ, hah?” tanyanya penuh emosi. Aku berbalik, menatapnya dengan tenang, sama sekali tidak merasa terintimidasi oleh gertakannya dan gerak tubuh yang seolah-olah mengisyaratkan kalau ia paling berkuasa di sini. Aku belum mengatakan apa pun ketika dia yang justru tampak sedikit tersen

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 2

    Setelah bel pulang berbunyi, aku bergegas ke parkiran. Namun, begitu mendekati bekas motor kesayangan Kak Alina yang sudah aku modifikasi sedikit, biar terlihat keren, tiba-tiba perasaan tidak enak langsung muncul. Ternyata ban belakang kempes. Mataku menyipit, mengingat tadi pagi bannya masih baik-baik saja. Tidak mungkin ada paku bertebaran di parkiran sekolah elit ini, ‘kan? Sebab, yang biasanya bertebaran itu janji manis pemilik kumis tipis. Kecuali, ada yang sengaja iseng. Ah, aku tahu! Pasti ini ulah si Zavier. Siapa lagi yang punya niat buruk padaku sejak tadi pagi kalau bukan dia? Memang resek itu orang. Aku menghela napas, mencoba meredam amarah, hingga terdengar tawa keras dari belakang. “Wah, kasian banget, bannya kempes, ya?” Suara Zavier terdengar jelas. Dia datang bersama dua orang temannya, mereka tertawa mengejek. Zavier menatapku dengan senyum puas di wajahnya. “Kayaknya ada yang gak bakal bisa pulang, nih?” Aku menggertakkan gigi, menahan diri agar

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 3

    Begitu malam tiba, aku duduk sambil memandangi laptop di meja belajarku. Memikirkan seseorang yang mungkin bisa membantuku mencari tahu lebih banyak tentang Alina, seperti saran Tama--sepupuku tadi siang. “Coba cari teman yang paling dekat dengan Alina dulu. Lo bisa dapat setidaknya informasi penting dari situ.” “Astaga, gue baru di sini. Mana gue tau siapa yang paling dekat dengan Kak Alina?” Aku memijat-mijat kepala lalu mengusap-usap dagu. Sambil berpikir keras, aku menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Dan, seketika itu aku mengingat dua orang yang tadi mengaku sebagai sahabat Kak Alina. Sesaat, aku merasa senang, tetapi detik berikutnya, aku kembali cemberut. “Tapi, bagaimana kalau mereka cuma ngaku-ngaku?” Di tengah lamunanku itu, tiba-tiba ada ketukan dari pintu kamarku. Tanpa perlu mendapat izin dariku, pintu terbuka dan Bunda masuk sambil membawa segelas susu. “Aluna Sayang, kamu lagi apa?” tanyanya. “Eh, nggak ngapa-ngapain kok, Bun. Cuma lagi ... browsin

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 4

    Aku fokus mengikuti pelajaran meskipun sesekali mendapat gangguan dari setan di sebelahku. Zavier kerap diam-diam melemparku menggunakan gulungan kertas kecil. Dan, itu tak hanya dilakukan sekali dua kali, tetapi berlanjut di hari-hari berikutnya. Entah kenapa orang yang sangat menyebalkan seperti Zavier bisa-bisanya menjadi ketua kelas? Konyol sekali! Ketika jam istirahat tiba, aku memilih istirahat di belakang sekolah. Lumayan, di sana ada pohon jambu air yang buahnya banyak dan sudah matang. Maling sedikit, tidak apa-apa. Lagipula, kalau dibiarkan begitu saja nanti buahnya busuk. Jadi, mending aku makan saja, biar lebih berkah buat yang tanam. Kini, aku duduk pada salah satu cabang pohon sambil menggoyang-goyangkan kaki, memetik beberapa buahnya untuk kudiamkan di pangkuan. Sembari menikmati kedamaian ini, mataku tiba-tiba menangkap gerakan di bawah. Ada Zavier dan teman-temannya sedang berjalan melewati area itu. Tanpa pikir panjang, ide iseng langsung muncul di benakku

Latest chapter

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 31 - Zavier Sensi

    Aku meringis kecil saat Adnan membantuku duduk di pinggir jalan. Lututku perih dan telapak tangan ini juga terasa panas akibat terbentur dengan aspal tadi.Adnan menatapku khawatir. Dan, entah mengapa seketika aku merasa canggung berada dalam situasi ini. “Benar-benar, ya, si Mira udah kelewatan sampai bikin lo kayak gini,” cecarnya, “lo bisa tunggu gue? Di dekat sini ada apotik. Gue perlu beli obat untuk luka lo ini.”Aku menggeleng cepat. Tentu saja, tak ingin merepotkan Adnan. Lagipula, menurutku ini hanya luka kecil meskipun memang sedikit perih. Akan tetapi, besok juga paling sudah kering.“Terima kasih, Adnan, tapi kurasa enggak perlu. Ini hanya luka kecil. Gue enggak apa-apa, kok.”“Luka kecil gimana? Benturan lo tadi keras dan ini lukanya perlu diobati, Lun.”Belum sempat kembali menolak, sebuah mobil yang cukup kukenali pun tiba-tiba berhenti.Zavier datang. Begitu keluar dari mobil, dia berlari menghampiri kam

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 30 - Perhatian Adnan

    Jalanan sore itu sangat sepi, hanya suara angin yang berisik menemani perjalanan pulangku dari sekolah. Aku melaju santai dengan motor berknalpot suara besar, tetapi tak terlalu bising, menikmati embusan angin yang sesekali menerpa wajah, membuat rambutku hilir mudik. Namun, seketika ketenanganku sirna saat sebuah mobil sedan hitam yang sepertinya tak asing dalam pandangan melaju cepat dan berhenti mendadak di depanku, memblokir jalan.Aku menekan rem kuat-kuat. Motor berhenti dengan suara mendecit, nyaris saja aku kehilangan keseimbangan dan menabrak pembatas jalan.Di depan sana, pintu mobil terbuka dan seperti yang sudah kuduga, Mira dan teman-temannya keluar dengan ekspresi marahnya.“Sini lo!” bentak Mira sambil menunjuk wajahku. Aku melepas helm, mencoba tetap tenang meskipun dadaku mulai terasa panas. Bertanya dalam hati. “Mau apa lagi dia?”Belum juga turun dari motor, Mira dan Nadia menghampiriku, menarik kasar lengan

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 29 - Biang Keladi

    Aku menatap Maya dan Larissa bergantian, menuntut penjelasan. Namun, bukannya penjelasan yang kudapati, Maya justru menggeleng pelan. “Kita enggak tau, Lun. Pas datang tadi, udah kayak gini.”Larissa mengangguk dan menambahkan. “Iya, padahal kemarin masih baik-baik aja. Masalahnya, cuma tanaman kita aja yang rusak begini, yang lain aman-aman aja, tuh.”“Enggak mungkin ada sapi atau babi yang masuk sini. Bekasnya aja enggak ada. Jujur, ini aneh,” imbuh Maya tanpa bisa menyembunyikan kesedihannya. Aku menggigit bibir bawah, menahan emosi yang mulai membakar. Ketika aku memandang sekeliling, mata ini seketika menangkap Lila dan Diana yang berdiri di dekat tanaman mereka di dekat tembok. Keduanya tampak cekikikan, berbisik satu sama lain sesekali melihat ke arah kami, seolah-olah menertawakan sebuah lelucon rahasia.Darahku mendidih. Tanpa pikir panjang, aku mengepalkan tangan, melangkah cepat menghampiri mereka, hingga jarak di antara kami

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 28 - Tanaman Rusak

    Begitu jam istirahat tiba, aku, Maya dan Larissa langsung menuju warung yang di sebelah sekolah kami.Sebenarnya, bisa saja kami makan di kantin yang berada di dalam area sekolah. Hanya saja, kami butuh menu berbeda kali ini.Kami mengambil meja di sudut yang setidaknya sedikit menghindari dari keramaian dan tempatnya juga lumayan nyaman di sini.“Apa cuma gue yang ngerasa materi Biologi tadi lebih seru belajarnya langsung praktek daripada teori?” Maya membuka pembicaraan sambil menaruh dagunya di atas tangan. Aku hanya mengangguk seraya menyeruput es teh yang baru saja kubeli. Namun, sebelum sempat berkomentar, suara langkah beberapa orang mendekat. Aku mendongak dan langsung melihat Zavier dan teman-temannya berdiri di dekat meja kami.Astaga. Kenapa mereka ada di sini juga? Sengaja mengikuti atau bagaimana ini?“Boleh gabung?” tanya pria muda itu tersenyum lebar sambil menarik kursi dari meja sebelah, duduk dengan s

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 27 - Kehebohan Para Siswa

    Keesokan harinya--di jam pelajaran Biologi, semua siswa di kelasku berkumpul di belakang sekolah untuk tawuran. Eh, bukan ... bukan, maksudku untuk menanam bibit yang sudah kami persiapkan sebelumnya. Semua siswa pada sibuk mencari tempat yang pas untuk menyimpan kantong bibitnya masing-masing.Aku dan kelompokku memilih tempat di dekat pagar. Adnan dan Raka sudah sibuk menata kantong bibit menjadi 3 bagian.Untungnya, karena mereka berdua tak banyak protes ketika diminta melakukan sesuatu. Tidak seperti Zavier yang terkadang protes dulu baru mengerjakannya, itu pun terpaksa setelah diancam namanya akan kucoret dari kelompok.“Sa, tanamnya jangan terlalu dalam, nanti tumbuhnya kelamaan,” seruku tatkala melihat Larissa menggali tanah pada kantong bibit dengan sangat dalam. Aktivitas Larissa sontak terhenti. Dengan raut polosnya ia menoleh padanya dan bertanya, “Loh, emang ngaruh?”“Ngaruh, dong,” sahut Maya, “sesuatu yang dilaku

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 26 - Aluna Terluka, Zavier Khawatir

    Aku yang terkejut langsung menarik tanganku yang berada di bawah tangan Zavier. Sontak, pura-pura menggaruk tengkuk dan melihat sekeliling. Untungnya, teman-teman yang lain pada fokus dengan aktivitasnya masing-masing. Jadi, sepertinya insiden yang terjadi barusan tak dilihat oleh mereka. Anehnya, Zavier justru tak terlihat panik sama sekali. Malah tersenyum santai sambil menaik-turunkan alis seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Agaknya, dia memang sengaja memanfaatkan kesempitan yang penting ada kesempatan. Aku memilih bergabung dengan Maya dan Larissa. Zavier pun menyusul. Kami mulai memasukkan tanah ke dalam kantong bibit. “Lun, lo takut sama ulat, enggak?” Suara Zavier yang tak jauh dariku membuatku menoleh padanya sekilas. “Enggak,” jawabku singkat dan tentunya berbohong. Nyatanya, aku takut sama ulat. Geli. Hanya saja, tidak ingin menunjukkan kelemahanku padanya. “Kalau ini lo takut enggak?” Zavier mengangkat tangan berisi cacing hidup tepat di dekat wajahku. A

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 25 - Kerja Kelompok

    Di rumah Zavier, kami memulai diskusi untuk tugas kelompok yang diberikan Pak Jeff. Di mana setiap kelompok diminta untuk menanam tanaman dari benih biji-bijian yang nantinya bakal diamati setiap hari dan diukur tingginya dari mulai kecambah. Ya, begitulah risiko masik jurusan exact yang katanya ilmu pasti, kadang mengukur tumbuhan, mengukur setetes air, hingga mengukur kecepatan jatuhnya buah. Sayangnya, tidak bisa mengukur berapa lama yang dibutuhkan seseorang untuk bisa melupakan mantannya. Eya! “Jadi, sore ini, kita nyiapin tanahnya saja untuk bibit. Besok harus dibawa ke sekolah sekaligus bibitnya juga akan ditanam saat pelajaran Biologi.” Sambil memegang catatan, aku mulai menjelaskan rencana dengan serius. Hanya saja, ada seseorang yang terus mengalihkan perhatianku. Tepat di sofa lain, kulihat Zavier menatapku dengan pandangan yang tidak kutahu apa artinya? Bibirnya sesekali tersenyum tipis tiap kali aku berbicara. Rasanya seperti ada api yang membakar wajahku kerap k

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 24 - Belum Terima

    Tiba di rumah, aku melempar tas ke tempat tidur, lalu mengganti pakaian yang basah ini lebih dulu karena dinginnya masih terasa menyusup ke kulitku.Setelah itu, menghempaskan tubuh di tempat tidur. Pikiranku berkecamuk, memutar ulang perbuatan Mira dan teman-temannya yang membuat amarahku makin berkobar.Kurang ajar sekali mereka. Sepertinya, mereka belum tahu siapa Aluna sebenarnya?Aku menghela napas dalam-dalam, berusaha meredakan sedikit amarah yang terasa membakar di dada. “Oke, agaknya mereka memang perlu diberi sedikit pelajaran,” gumamku sambil menggigit bibir, menatap kosong ke langit-langit kamar. Dalam pikiranku, nama pertama yang muncul adalah Lila yang tampaknya paling lemah di antara mereka. Apalagi, kami satu kelas. Jadi, mudah saja untuk kugoyahkan.Dia juga tadi yang berani-beraninya membawa nama guru untuk menipuku. Lihat saja nanti, apa yang akan kulakukan padanya?Ah, memikirkan cara halu

  • Suami Rahasiaku Calon Pewaris Kaya Raya   Bab 23 - Kehabisan Kesabaran

    “Kalau gue yang nyingkirin lo gimana?” tanyaku balik menantangnya. Tawa yang tadinya meremehkanku seketika hening. Dapat kulihat mereka saling bertatapan satu sama lain seolah-olah tak percaya dengan apa yang baru saja kukatakan. Barangkali, mereka merasa herman karena aku berani melawan ketidakadilan. Kutatap mereka satu persatu sambil tersenyum sinis. Giliranku tertawa mengejek begitu melihat raut wajah mereka mulai kesal. “Berani lo nyingkirin gue? Punya nyali dari mana lo?” Mira memandangku sengit bak ingin menelanku hidup-hidup. Cengkeramannya pada kerah bajuku makin kuat, tetapi aku sama sekali tak merasa terintimidasi dengan perbuatannya. Aku hanya tertawa pelan sambil membalas tatapannya yang tajam itu. Dalam beberapa saat kami saling berbalas tatapan sengit seakan-akan ingin saling menerkam. “Berani,” jawabku pada akhirnya. Tanpa sedikit pun merasa takut ataupun gentar. Raut wajah Mira makin terlihat murka. Dengan percaya dirinya berkata, “Berani lo bilang? Be

DMCA.com Protection Status