Home / CEO / Kembalinya Sang Istri Sah / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Kembalinya Sang Istri Sah: Chapter 21 - Chapter 30

49 Chapters

21. Papa Ethan

“Mama?” Serempak suara panggilan dari arah ruang tamu segera mengalihkan ketegangan Cara yang berdiri di ujung tangga. Suara familiar yang begitu ia rindukan tersebut membekukan seluruh tubuh Cara. Kepalanya berputar dan kelegaan yang menerjang dadanya membuat terperangah dengan keras.Lama, Cara hanya membeku. menatap dua anak berumur sembilan tahun yang berlari ke arahnya dengan langkah lebar-lebar. Kedua lengannya melebar, menghambur dan memeluk tubuhnya dengan erat.“K-kalian di sini?” Cara masih tak mempercayai apa yang dilihatnya. Kedua kembar ada di hadapannya. Setelah sepanjang malam kerinduan bercampur kecemasan yang tak berhenti menggantung di atas kepalanya, kini mereka ada di hadapannya. sungguh-sungguh ada di hadapannya. Bisa ia sentuh, ia cium dan ia peluk dengan kedua tangannya.Cheryl mengangguk, merangkul leher Cara saat wanita itu membungkuk. “Om Mano bilang akan membawa kami menemui mama.”“Papa Zevan membawa kami ke rumah kakek buyut.” Darrel memberitahu. “Kami tak
Read more

22. Keluarga Bahagia

Napas Cara tertahan. Emosi di wajah Ethan begitu pekat. Berhasil membuat bulu kudunya merinding. “Apa yang kau inginkan dari mereka?”Ethan semakin menundukkan kepalanya. Menyingkirkan jarak di antara wajah mereka. “Sepertinya aku sudah mengatakan padamu, kan?”Membuat si kembar kecewa padanya dan Zevan, ulang Cara dalam hati. Wajahnya memucat.“Jadilah istri yang patuh dan penonton yang baik, Cara. Mungkin itu akan menjadi satu-satunya kesempatan bagimu untuk memperbaiki hubungan kita. Sepertinya gambaran keluarga yang bahagia bersamamu dan si kembar bukanlah masa depan yang buruk untuk dibangun. Kau bersedia menjadi bagian dari kebahagiaan kami?”Cara membeku. Ethan seolah menekan kata kami. Merujuk pada pria itu dan si kembar dan mengecualikan dirinya. “Kau tak bisa begitu saja merebut mereka dariku.”“Katakan itu saat kau memalsukan keguguranmu dan menyembunyikan mereka dariku.”“Toh kau tak menginginkan mereka.”“Belum,” koreksi Ethan. Menarik tubuh dan menegakkan punggung. “Seka
Read more

23. Saudara Kandung

Rupanya tak hanya Zevan yang diundang Ethan untuk acara makan malam tersebut. Tetapi juga kedua orang tuan Ethan, Irina dan Roy. Yang sudah menunggu di dalam restoran. Ethan seolah sengaja memilih lokasi restoran yang ada di pinggiran kota. Dengan suasana yang lebih pribadi. Selain karena restoran ini juga salah satu bangunan yang baru dibelinya bulan lalu. Ekpreso Zevan seketika berubah dingin ketika beralih pada keangkuhan di wajah Ethan. “Kau menculik mereka?” Ethan tersenyum, kedua kaki tangannya menahan pria itu yang hendak bergerak ke arahnya dengan ancaman. “Lepaskan!” Zevan menyentakkan tangannya dari pegangan pengawal Ethan. Matanya melotot penuh kedongkolan. Menghela napas kasar dan mundur satu langkah. “Menculik? Kenapa pemilihan katamu terdengar sedikit menyinggung perasaanku, Zevan. Mereka anakku. Anak-anakku.” “Kau membunuh mereka.” “Mereka masih hidup, bukan?” Zevan menggeram. Wajahnya semakin menggelap dengan sikap santai yang dipamerkan oleh Ethan. Seolah sem
Read more

24. a. Permainan Para Wanita Ethan

Tubuh Cara dibanting di tengah kasur. Cukup keras meski tidak menyakiti karena kasurnya yang empuk. Tubuh Ethan menindih di atas wanita itu. Satu tangan memaku kedua tangan cara di atas kepala sementara tangan yang lain menahan berat tubuhnya agar tak sepenuhnya menindih Cara. Wajah Ethan berada tepat di atas wajah Cara. Saling mengunci pandangan meski dengan emosi yang berbeda. “Aku tak pernah menyangka menyentuhmu bisa menjadi candu seperti ini, sayang,” kekehnya. Mengambil satu lumatan singkat dan dalam di bibir Cara. Sengaja membiarkan napas panasnya berhembus di seluruh permukaan wajah Cara. Cara menggeliat dengan sia. “Kau benar-benar keterlaluan, Ethan. Untuk apa kau menyiapkan kamar untuk mereka jika kau tidak berniat membuat mereka tinggal di sini.” “Kau berharap mereka tinggal di sini?” “Lalu apa yang sebenarnya kau inginkan? Kau ingin menggunakan mereka untuk mengancamku, kan?” Ethan tertawa kecil. ”Tidak, tapi aku suka kepercayaan dirimu. Hanya saja, aku yang menggun
Read more

24. b. Permainan Para Wanita Ethan

Beberapa saat kemudian … Dengan gaun malam pilihan Ethan, pria itu menyeret Cara masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun. Tak memedulikan rontaan Cara. “Di mana ini?” Cara memucat ketika mengedarkan pandangan ke sekeliling mobil yang mulai berhenti di area parkir. “Klub malam,” jawab Ethan dengan geli akan kebengongan di wajah Cara. Cara menoleh, menatap Ethan yang terkekeh. Ia bertanya bukan karena tidak tahu tempat macam apa ini. “Zaheer sedang mengadakan pesta ulang tahunnya. Dan kau akan menjadi pasanganku malam ini.” Entah kenapa Cara merasakan firasat yang buruk tentang ini. Begitu keduanya memasuki ruangan yang berisik hingga menyakiti gendang telinga Cara, Zaheer yang berpakaian warna gold dengan kilau terlalu mencolok tersebut langsung datang menghampirinya. Kepala pria itu dihiasi mahkota dengan warna senada. Karena suara yang terlalu bising, keduanya menyapa dan bicara dengan membaca gerakan bibir. Melambaikan tangan ke arah tamu undangan yang lain. Eth
Read more

25. Niat Jahat Emma

“Apa yang terjadi?” gusar Ethan begitu menemukan Zaheer yang berdiri di depan pintu ruangan berwarna putih tersebut. Ada kecemasan yang tersirat di kedua matanya. Muncul tanpa ia menyadarinya. “Seperti yang kau bilang, aku hanya menakutinya. Dan seperti yang kau bilang dia akan ketakutan. Tiba-tiba dia meminta waktu untuk ke kamar mandi. Dia mengatakan hanya lima menit, saat kupikir dia masuk ke dalam terlalu lama dan menemukannya pingsan. Entah dari mana dia mendapatkan obat itu, mulutnya sudah dipenuhi busa.” Ethan menggeram. “Apa yang dikatakan oleh dokter?” “Overdosis obat. Tepatnya obat apa, dokter masih belum memberitahuku. Dia ingin bicara denganmu. Sekarang perutnya sedang dikuras, selebihnya aku tak tahu. Aku hanya menyuruh mereka melakukan apa pun yang diperlukan agar dia selamat setelah mengatakan dia istrimu.” Kedua tangan Ethan mengepal kuat. “Dia sengaja.” Zaheer hendak mengatakan sesuatu untuk membantah, tetapi ia sendiri tak yakin dengan perkiraannya sendiri.
Read more

Part 26

Mata Ethan memicing tajam ke arah Cara, yang terengah pelan sambil menahan ringisan di wajah. “Apa yang dikatakannya benar?” Cara menyentakkan wajahnya dari genggaman Ethan yang mulai melonggar. “Jangan berpura tak tahu, Ethan. Kau yang memberikannya pada Emma, kan?” Alis Ethan menyatu. “Emma yang mengatakannya?” Cara membuang wajah. Tak perlu menjawab. Sandiwara Ethan memang selalu sempurna. Tak pernah tak sempurna. Pria itu yang mendorongnya jatuh, pria itu pula yang akan mengulurkan tangan ke arahnya. Membiarkan semua orang merundungnya, lalu menjadikan dirinya menjadi istimewa dibandingkan wanita-wanita pria itu yang lain. Ethan memang pria paling manipulatif yang pernah ia kenal. Kemarahan di dadanya masih bergemuruh meski Ethan mulai tampak tenang. Entah apa yang menjadi berbeda dirinya mati karena pria itu lewat tangan Emma atau dengan tangannya sendiri. Melihat kemarahan Ethan, sepertinya mati di tangannya sendiri adalah kelancangan yang tak bisa pria itu maafkan. Bukan
Read more

27. Bertemu Zevan

“S-sakit, Ethan,” rintih Cara. Tangannya berusaha menarik tekanan Ethan yang semakin kuat.“Aku tahu.” Pegangan Ethan akhirnya melonggar. Melengkungkan seringai jahat sembari mundur satu langkah dan membiarkan perawat menangani sang istri.Cara menggigit bibir bagian dalamnya, pandangannya tertunduk. Menghindari tatapan intens Ethan dan mengamati perawat yang segera menutup luka tusukan di sana dengan plester dan kembali memasang jarum infus di tangannya yang lain.“Kalian bisa keluar,” perintah Ethan tepat ketika si perawat menyelesaikan pekerjaannya. Kembali meninggalkan mereka berduaan.“Apakah kau akan berhenti memikirkan Zevan jika aku memenjarakannya?”Cara tercekat pelan. “Apa?”“Aku tak tahan ketika mendengar mereka memanggil Zevan. Sangat mengganggu. Dan semakin aku memikirkannya, sepertinya …”Cara menggeleng dengan cepat. “Tidak, Ethan.”Ethan tertawa kecil. “Aku tak butuh ijinmu.”“Zevan tidak bersalah. Akulah yang datang padanya.”“Ck, kau memang tak bisa menahan diri unt
Read more

28. Pembunuh

Cara memelintirkan lengannya dengan kesal. “Lepaskan, Zaheer.”Pegangan Zaheer semakin kuat, menghadang di antara Cara dan Zevan saat pria itu beranjak berdiri.“Bukankah keahlian Ethan memang menjadi menyedihkan?”“Katakan itu pada dirimu sendiri, Zevan. Apakah rumah utama kekurangan cermin untukmu?” Zaheer menyelipkan tawa kecil sebelum melanjutkan. “Atau kau terlalu malu menatap wajahmu sendiri?”Wajah Zevan membeku. Kata-kata Zaheer berhasil mengena di hatinya.“Meski kau cucu kesayangan kakek, kau tahu kakak masih berpikir logis untuk tidak menjadikanmu penerusnya, kan? Kenapa kau masih tak menyadari dirimu yang sebenarnya.”Zevan menggeram. Kedua tangannya mengepal.Pandangan Zaheer turun ke bawah. Tersenyum lebih tinggi. “Sejak kembali, rupanya kau kesulitan mengendalikan emosimu, ya? Apakah karena Ethan ternyata masih unggul dibandingkan dirimu? Bahkan setelah kau membuatnya berakhir di penjara.”Tatapan Zevan seketika beralih pada Cara. Yang mulai diselimuti kebengongan. “Omo
Read more

29. Hutang Di Masa Lalu

Suasana pemakaman tersebut diselimuti keheningan yang begitu intens. Isak tangis dan wajah duka menyelimuti semua orang. Terutama Zevan, yang masih tersungkur di tanah lembab tersebut. Kepala tertunduk, menyembunyikan wajah yang diselimuti air mata dan beberapa lebam hasil dari baku hantam di rumah sakit tadi pagi. Seolah tak hanya semua orang yang melayat yang merasakan kehilangan tersebut, langit bahkan ikut mendung dan rintik hujan membasahi pakaian hitam semua orang. Sebagian besar orang sudah meninggalkan area pemakaman. Menyisakan beberapa anggota keluarga inti “Jangan memikirkannya, sayang,” bisik Ethan dalam desisan tajamnya. Membekukan kaki Cara yang sudah bergerak. Mata Cara terpejam. Tak tahan menyaksikan kepiluan serta isakan zevan yang begitu mengiris hatinya. Sejak tadi dorongan untuk mendekati dan memeluk pria itu sangat sulit untuk ditahan. “Kumohon, Ethan. Hanya sekali ini saja.” Cara tak peduli jika harus memohon pada pria berengsek di sampingnya ini. Zevan se
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status