Home / Romansa / Malam Penuh Gelora Bersama Bosku / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of Malam Penuh Gelora Bersama Bosku: Chapter 211 - Chapter 220

386 Chapters

Bab 211

Namun, ekspresi Preston tetap terlihat datar. Ditambah dengan nada canggung dan tegang, Preston memberi kesan seolah-olah dia sedang marah pada Livy.Livy tidak bisa menahan diri. Air matanya semakin deras. "Maaf, aku ... aku cuma nggak tahan lagi."Penampilannya yang sangat tertekan dan menyedihkan ini membuatnya terlihat seperti anak kucing yang terluka. Preston terdengar tidak berdaya. "Livy, apa kamu cuma bisa bilang maaf?""Aku juga bisa menangis kok," balas Livy langsung tanpa sadar. Begitu ucapan ini keluar, dia terdiam dan buru-buru memalingkan wajahnya.Namun, saat berikutnya, terdengar tawa rendah Preston. "Ya, aku bisa lihat."Suara tangisan yang lembut itu seolah-olah mengungkapkan ketidakpuasan. Tidak ada kekuatan, justru terdengar agak manja.Livy merasa telinganya memanas. Dia perlahan-lahan menelan obatnya dan berjanji, "Pokoknya aku nggak akan merepotkanmu lagi. Ke depannya, aku akan olahraga untuk memperkuat tubuhku.""Mm." Preston menjawab singkat sambil memijat kaki
Read more

Bab 212

"Nggak kok," bantah Livy secara spontan."Kalau begitu, tenang saja. Aku nggak ingin kakimu cedera lagi. Lagi pula, ada banyak hal yang perlu kamu kerjakan di kantor. Kalau kamu cedera, aku akan kesulitan."Suara Preston terdengar sangat rendah dan tenang. Hanya matanya yang terfokus pada dada Livy yang agak terbuka. Tanpa disadarinya, tatapannya menjadi lebih suram.Livy menghela napas, terus-menerus mencoba meyakinkan diri sendiri. Lagi pula, mereka sudah melakukan semuanya, jadi tidak perlu merasa malu.Kemeja Livy sudah dilepaskan oleh Preston, hanya tersisa bra berwarna krem. Meskipun Livy terus menenangkan diri di dalam hati, wajahnya tetap saja memerah.Tiba-tiba, ponsel Preston berdering. Itu panggilan dari Sylvia. Alis Preston agak berkerut, tetapi dia segera menjawab panggilan itu.Karena mereka terlalu dekat, Livy bisa mendengar suara Sylvia dari telepon. "Preston, kamu sudah janji mau makan malam bersama, 'kan?"Preston melirik Livy sejenak. Begitu Livy melihat tatapan itu,
Read more

Bab 213

Livy mencari sebuah bangku kecil, lalu duduk dan menjawab panggilan. Dia menyalakan pengeras suara."Kamu serius? Sudah ada begitu banyak kejadian dalam waktu yang begitu singkat? Livy, kamu masih nggak sadar juga ya? Sylvia itu cuma cari perhatian. Dia ingin merebut Preston darimu!"Livy sungguh gusar, tertekan, dan bingung. Jadi, dia mulai bercerita tentang semua hal yang terjadi belakangan ini.Charlene adalah sahabat terbaiknya. Livy ingin mencari orang untuk mengungkapkan unek-uneknya."Tenang sedikit, sebenarnya mereka memang pasangan dari dulu. Kalau bukan karena Sylvia kecelakaan dan kakinya cedera ....""Dia cedera karena Preston, itu 'kan bukan salahmu!" Charlene merasa tidak berdaya melihat Livy.Livy memang baik, tetapi hatinya terlalu lembut. Ditambah lagi masalah hubungan, dulu dia hanya fokus pada Stanley dan akhirnya dibohongi oleh pria berengsek itu. Sampai sekarang, dia masih seperti gadis bodoh."Kalau bukan wanita murahan, Sylvia pasti nggak akan datang begitu saja
Read more

Bab 214

Livy memandang ke arah pintu. Sylvia berada di sana. Seperti biasanya, penampilannya tetap anggun."Lisa, aku boleh lihat dasi itu?" Ekspresi staf yang berdiri di sebelah Livy langsung berubah. Dia buru-buru menyerahkan dasi yang belum dibungkus itu dengan hati-hati."Bu Sylvia, kenapa nggak kabari kami dulu sebelum datang? Lihat dasi ini, model dan bahannya sangat bagus. Ini edisi terbatas lho."Sylvia meraba dasi itu. Dengan santai, dia mengeluarkan kartu dan mengabaikan Livy yang berada di sampingnya. Sambil tersenyum, dia berkata, "Aku beli dasi ini, Preston pasti suka."Livy tentu terkejut. Apa wanita ini tidak melihatnya? Itu tidak mungkin. Kekesalan mulai muncul di hati Livy. Dia memperingatkan, "Bu Sylvia, aku yang melihat dasi itu duluan."Sylvia seolah-olah baru menyadari keberadaan Livy. Dia terkejut dan berkata, "Oh, maafkan aku, Bu Livy. Aku nggak sadar kamu ada di sini."Bagaimana mungkin Sylvia tidak melihatnya? Livy sudah berdiri cukup lama di sini. Livy sebenarnya tida
Read more

Bab 215

Setelah itu, Livy sengaja melirik dasi itu dan menambahkan dengan tenang, "Jadi, aku berikan dasi itu untukmu saja."Kemudian, Livy langsung pergi. Setelah berkeliling sebentar di lantai bawah, Livy semakin merasa bahwa dia tidak bisa masuk ke dunia Preston. Ini karena dia melihat sebuah handuk yang harganya setara dengan gajinya.Ini adalah pusat perbelanjaan paling mewah di kota ini. Tanpa uang miliaran, seseorang hanya akan merasa malu untuk datang belanja.Awalnya, Livy berniat menggunakan kartu Preston untuk membeli barang apa pun tanpa melihat harganya. Namun, yang dikatakan Sylvia tadi ada benarnya juga.Bagaimanapun, Livy sudah tinggal dan makan gratis di tempat Preston selama ini. Dia juga belajar banyak hal. Sudah seharusnya dia memberi Preston hadiah. Namun, dia hanya bisa membeli barang dengan harga yang terjangkau.Livy menghela napas, lalu menuju mal yang lebih terjangkau. Setelah berkeliling, dia memutuskan untuk membeli dasi seharga jutaan.Entah Preston akan keberatan
Read more

Bab 216

Livy memalingkan wajahnya dengan agak canggung. Dia merasa hadiahnya seperti bom waktu. Dia tidak tahu harus bagaimana memberikannya kepada Preston."Ini ... hadiah untukmu."Preston termangu sejenak. Tebersit keterkejutan pada tatapannya. Kemudian, dia bertanya untuk memastikan, "Untukku?"Sudah beberapa hari berlalu sejak Preston memberi Livy kartu banknya itu. Dia sempat berpikir Livy sudah melupakan tugasnya dan merasa kesal. Siapa sangka, Livy masih mengingatnya."Ya." Livy menyerahkannya secara langsung. Kemudian, dia menjelaskan, "Aku nggak pakai uangmu, ini kubeli pakai gajiku. Harganya nggak mahal. Kalau kamu nggak suka, nggak apa-apa. Aku ...."Sebelum Livy selesai berbicara, kantong belanjaan di tangannya sudah direbut oleh Preston.Alis Preston tidak berkerut lagi, tetapi wajahnya masih dingin seperti biasa. Namun, Livy bisa merasakan bahwa suasana hatinya agak membaik."Aku nggak keberatan kok." Preston membuka kotak hadiah itu dan melihat sebuah dasi hitam. Jika dibanding
Read more

Bab 217

Livy menggeleng dan menimpali, "Aku nggak butuh uangmu. Aku bisa menghasilkan uang sendiri."Livy tidak ingin menjadi beban untuk siapa pun. Lagi pula, hubungannya dengan Preston hanya sebatas hubungan kontrak. Jika Preston memberinya uang, Livy merasa dirinya seperti wanita simpanan."Kuat juga pendirianmu." Preston menatap wajah Livy lekat-lekat. Bibir tipisnya tersungging sedikit. "Semoga pendirianmu nggak goyah nanti."Nanti? Sebelum Livy bereaksi, tangan besar Preston sudah masuk ke dalam pakaiannya.Mereka sudah sering berhubungan badan sehingga Preston tahu betul di mana titik sensitif Livy. Hanya dalam waktu singkat, Livy telah kehilangan kemampuan untuk melawan. Dia hanya bisa menerima ciuman panas Preston di lehernya. Ciuman itu semakin ke bawah hingga akhirnya mencapai pinggangnya yang sangat sensitif."Ja ... jangan ...." Tubuh Livy gemetaran. Ketika Preston hendak menciumnya lagi, Livy refleks mendorong. "Jangan di sini."Preston seolah-olah tidak mendengarnya dan menepis
Read more

Bab 218

Preston terdiam sejenak, lalu menyahut, "Keluarga Widodo dan Keluarga Sandiaga selalu menjalin hubungan baik. Sylvia akan datang sebagai tamu terhormat Keluarga Sandiaga."David mengangguk mengerti, lalu mendekat sambil tersenyum nakal. "Lalu, gimana dengan istrimu? Dengan status kalian berdua, nggak mungkin terus disembunyikan, 'kan?""Aku cuma mau ingatin, Kak Livy jarang dandan, tapi dia tetap cantik. Pas acara ulang tahun nanti, kalau dia pakai gaun, pasti banyak yang terpukau dan menggodanya. Nanti kamu ....""Pergi sana!" tegur Preston dengan kesal. David pun buru-buru melarikan diri.Di ruang kerjanya, Preston segera menelepon. "Ya, ganti gaunnya dengan yang lebih tertutup. Jangan ada yang terlihat!"....Hari Senin, Livy datang ke kantor tepat waktu."Livy, gimana kondisimu? Kakimu masih sakit nggak?" tanya Ivana dengan khawatir.Kakinya tidak bermasalah lagi, tetapi semalam Preston membuatnya kelelahan hingga larut malam. Sekujur tubuhnya sakit."Aku baik-baik saja kok, cuma s
Read more

Bab 219

Nada perintah yang digunakan Zoey membuat Livy merasa kurang nyaman. Dia meletakkan dokumen dengan sembarangan, bahkan tidak menatap Zoey dan berkata dengan dingin, "Aku masih harus selesaikan kerjaan lain. Setelah beres, baru aku bantu lihatkan."Zoey langsung marah, "Livy, kalau kamu terus begini, progresku bisa tertunda!"Sekarang baru khawatir, kenapa waktu belajar dulu tidak serius? Livy sungguh kehabisan kata-kata melihatnya.Belakangan ini, Livy tidak punya mood atau waktu untuk menghiraukan Zoey. Jadi, dia membiarkan Zoey melakukan apa yang dia mau."Pokoknya aku akan periksa hari ini. Sekarang kamu kerjakan dulu laporan mingguan minggu lalu," instruksi Livy dengan tegas.Zoey menggigit bibirnya, semakin kesal. "Apa gunanya menulis laporan itu? Jangan-jangan kamu cuma cari alasan? Lalu, jadwal Pak Preston di mana? Aku 'kan anggota departemen sekretaris, otomatis aku juga sekretarisnya. Aku seharusnya dapat jadwalnya, 'kan?"Livy merasa agak bingung. Kenapa Zoey menginginkan jad
Read more

Bab 220

"Pak, aku ...." Livy merasakan pipinya memanas. Jangan-jangan Preston ingin melakukannya lagi di perusahaan?Tiba-tiba, ada sensasi dingin di lehernya. Livy menunduk dan melihat. Kalung ruby yang tadi sudah terpasang di lehernya."Memang bagus." Preston menatap wanita di pelukannya. Perhiasan akan semakin mempercantik seseorang dan kalung ini memang membuat Livy terlihat lebih menarik."Pak, aku ...."Tiba-tiba, pintu ruang kantor terbuka. Saat berikutnya, terdengar suara lembut Sylvia. "Preston, aku datang untuk ambil hadiah yang kamu janjikan."Kemudian, Sylvia mematung. Matanya menatap pemandangan di depan dengan tidak percaya. Dari kejauhan, Livy dan Preston tampak seperti sedang berciuman. Mereka berpelukan erat seperti pasangan romantis yang tidak bisa diganggu."Maaf, Preston. Apa aku datang di waktu yang salah? Apa aku mengganggu kalian?" Meskipun Sylvia berkata begitu, tidak ada sedikit pun rasa penyesalan di wajahnya. Sebaliknya, dia mendorong kursi rodanya masuk.Livy bergeg
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
39
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status